Konservasi Air Bermula dari Rumah Tangga

26 Desember 2018 18:54 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kekeringan di Indonesia sudah menjadi sesuatu yang menahun terjadi: menurut data BNPB, kekeringan adalah bencana terbanyak keempat yang terjadi di Indonesia sejak 1815 hingga 2018 ini dengan 1.875 kasus.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, konservasi air menjadi penting untuk dikampanyekan di Indonesia. Konservasi air perlu dilakukan semua orang. Bukan hanya pemerintah, atau organisasi non-pemerintah, atau kelompok orang tertentu. Tetapi semua orang.
Konservasi air juga bisa dilakukan dari hal-hal sederhana. Anda bahkan bisa melakukannya di rumah, dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, apa saja yang Anda lakukan untuk mulai menggerakkan konservasi air di rumah?
Mulai Melakukan Penghematan Air di Rumah
Hal yang paling penting untuk dilakukan dalam usaha konservasi air adalah mulai melakukan penghematan air di rumah. United States Geological Survey menyebut rata-rata manusia menggunakan 300 hingga 380 liter air per hari atau setara dengan 16 hingga 20 galon air minum kemasan ukuran 19 liter setiap harinya. Air tersebut digunakan untuk minum, memasak, mandi, dan lainnya.
Konservasi air bisa dimulai dengan menutup keran agar tidak ada air yang terbuang. (Foto: Shutterstock)
Ada banyak hal yang bisa dilakukan di rumah untuk melakukan penghematan air. Pertama, kurangi penggunaan air yang tidak perlu, seperti jika sedang menyikat gigi atau bercukur, keran air wastafel ditutup kecuali untuk membasahi sikat gigi atau pisau cukur, dan saat membasuh muka dan mengambil air untuk berkumur. Kegiatan itu bisa menghemat beberapa liter air dibanding jika keran air dibuka terus menerus selama aktivitas menyikat gigi atau bercukur.
ADVERTISEMENT
Jika ada dana berlebih, Anda juga bisa memasang shower agar tidak lagi mandi menggunakan gayung. Pasalnya, mandi dengan shower bisa menghemat air hingga 65% dibanding mandi dengan gayung atau berendam.
“Penggunaan shower itu lebih jauh lebih efisien ketimbang (menggunakan) bak mandi. Itu sebenarnya mudah sekali dilakukan,” kata Glaudy Perdanahardja, Protecting Places Senior Manager The Nature Conservancy Indonesia, sebuah lembaga nirlaba yang memfokuskan diri pada kampanye konservasi alam yang berafiliasi dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara, saat ditemui di tengah-tengah acara ADES Conservacation di Bea Muring, Nusa Tenggara Timur, beberapa waktu lalu.
Anda juga bisa mempertimbangkan untuk mengganti mesin cuci lama Anda yang top-load (pintu atas) dengan mesin cuci front-load (pintu depan), yang lebih hemat air. Berbeda dengan mesin cuci top-load yang mengharuskan penggunanya memasukkan air yang banyak hingga semua pakaian terendam agar mesin bisa berputar dengan baik, mesin cuci front-load tidak memerlukan air yang banyak untuk mencuci karena mekanisme mesin yang berbeda. Akibatnya, mesin cuci front-load umumnya hanya membutuhkan setengah jumlah air yang dibutuhkan mesin cuci top-load untuk jumlah pakaian yang sama.
Mesin cuci front-load lebih hemat air dibanding mesin cuci top-load apalagi dua tabung. (Foto: Shutterstock)
Memperbaiki Pipa dan Keran Air di Rumah
ADVERTISEMENT
Lakukan pengecekan berkala terhadap pipa-pipa air di rumah. Cek juga kondisi alat flush toilet di kamar mandi. Jangan lupa untuk memastikan tidak ada keran air di rumah yang bocor.
Mengapa hal tersebut penting? Menurut United States Environmental Protection Agency, hampir 38.000 liter air di rumah terbuang percuma setiap tahunnya hanya karena masalah pipa dan keran air yang bocor. Jumlah itu setara dengan 2.000 galon air minum ukuran 19 liter.
Padahal, kebocoran pipa atau keran bisa diperbaiki dengan mudah dan tidak memakan biaya yang besar, kecuali jika Anda melakukan penggantian pipa air di rumah secara keseluruhan yang mungkin perlu dilakukan setelah 10 tahun atau lebih.
Hampir 38.000 liter air di rumah terbuang percuma setiap tahunnya hanya karena masalah pipa dan keran air yang bocor (Foto: Shutterstock)
Dengan memperbaiki pipa dan keran air di rumah, Anda juga bisa menghemat biaya bulanan air (dengan asumsi Anda menggunakan air dari PDAM atau perusahaan penyedia air lainnya) yang berlebih hanya karena air yang terbuang percuma akibat pipa dan keran air yang bocor.
ADVERTISEMENT
Membuat Biopori atau Sumur Resapan
Jika tempat tinggal Anda memiliki pekarangan yang cukup luas, buatlah lubang biopori atau sumur resapan. Apalagi, jika Anda mengandalkan air tanah sebagai sumber air bersih di rumah.
Lubang biopori dan sumur resapan pada dasarnya sama-sama memiliki fungsi untuk kemampuan tanah dalam meresapkan air. Perbedaannya terdapat pada bentuknya: sementara lubang biopori berbentuk kecil dengan diameter sekitar 10 cm, sumur resapan berbentuk lebih besar untuk menampung air hujan dalam jumlah besar agar kemudian meresap kembali ke dalam tanah alih-alih mengalir langsung ke selokan.
Dengan ukurannya yang kecil, lubang biopori pun lebih cocok untuk lahan pekarangan yang tidak terlalu luas, sementara sumur resapan lebih baik untuk pekarangan atau lahan yang luas.
ADVERTISEMENT
Menampung air hujan atau mengalirkannya ke dalam tanah adalah salah satu usaha yang bisa dilakukan. (Foto: Shutterstuck)
Keberadaan keduanya sangat penting bagi tanah di lingkungan Anda, karena dengan begitu, air hujan yang turun, terutama jika dalam debit yang besar, tidak serta merta terbuang ke selokan dan mengalir ke tempat lain, tetapi juga bisa kembali ke dalam tanah. Hal ini penting karena salah satu cadangan air terbesar dan terpenting bagi manusia adalah air tanah. Dengan usaha mengembalikan air ke dalam tanah, kita bisa memastikan bahwa air di dalam tanah tidak akan habis meski kita menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.
Mulai Menanam Tumbuhan di Sekitar Rumah
Tumbuhan, apalagi pohon, diketahui merupakan faktor utama agar air bisa tertahan di dalam tanah, dan tidak hilang ke lapisan tanah yang lebih dalam atau mengalir ke tempat lain. Itulah mengapa tumbuhan, apalagi pohon, memiliki peran yang sangat besar dalam usaha konservasi: tanaman dan pohon memastikan bahwa air tanah akan bertahan di dalam tanah agar dapat diambil kembali untuk kegiatan rumah tangga sehari-har
ADVERTISEMENT
“Kalau kita bicara soal daerah tangkapan air, semua unsur yang ada tanahnya bisa dijadikan daerah tangkapan air,” terang Glaudy Perdanahardja. “Yang jelas, tanah berpohon itu jauh lebih baik daripada tanah yang tidak diurus dan terbengkalai.”
Tanah dengan tanaman jauh lebih baik daripada tanah yang tidak diurus dan terbengkala (Foto: Shutterstock)
“Di rumah, terutama di daerah perkotaan, (walau) tanahnya terbatas, tapi ada sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menanam pohon,” lanjutnya.
Akar tanaman, terutama pohon, juga membantu tanah “meregang” sehingga tidak terlalu padat. Akibatnya, air hujan bisa meresap ke dalam tanah dengan baik dan tidak menciptakan genangan di tanah.
Karenanya, jika Anda memiliki pekarangan di rumah, manfaatkan area tersebut untuk menanam tumbuhan atau pohon untuk membantu tanah di rumah Anda meresap dan menyimpan air.
Membangun Kesadaran di Lingkungan Sekitar tentang Pentingnya Konservasi Air
ADVERTISEMENT
Terakhir, dan yang tidak kalah penting, adalah membangun kesadaran di sekitar Anda untuk mulai melakukan konservasi air. Dengan usaha bersama oleh banyak orang, akan terjadi perubahan yang nyata di lingkungan sekitar Anda, apalagi jika dibandingkan jika Anda hanya melakukan konservasi air seorang diri.
Apa yang dilakukan oleh warga Desa Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta, bisa menjadi contoh perubahan apa yang terjadi seandainya usaha konservasi air dilakukan secara massal. Lewat berbagai usaha, dari penanaman pohon hingga pembangunan embung, usaha konservasi air dilakukan oleh masyarakat secara bergotong royong, dan akhirnya menciptakan perubahan yang besar.
Berbagai hal yang bisa dilakukan untuk konservasi air (Foto: Anggi Bawono/kumparan)
“Kegiatan konservasi di Nglanggeran ini memang sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Jadi kami ada estafet keberlanjutan generasi sehingga tidak putus di tengah jalan. Ketika orang-orang tua kami anaknya ataupun cucunya bisa menikmati apa yang mereka lakukan sebelumnya,” kata Trianto, Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Nglanggeran.
ADVERTISEMENT
“Kalau orang Jawa itu biasanya punya falsafah, biasanya bekerja itu untuk anak cucu. Falsafah itu kita lanjutkan di Desa Nglanggeran, sehingga kita bekerja itu tidak untuk hari ini, tetapi kita bekerja, harapannya, bisa dinikmati oleh anak cucu kita,” lanjutnya.
Pendidikan tentang konservasi air pun perlu diberikan untuk anak-anak muda, terutama di lingkungan kita sendiri. Harapannya, konservasi air itu bisa berlanjut hingga ke generasi-generasi selanjutnya, agar perubahan yang diperjuangkan itu akan terus terasa dampaknya, dan tidak hanya terjadi di satu generasi saja.
“Di (masyarakat) kami itu, virus mencintai desa dan mencintai lingkungan ditanamkan sejak usia di kepemudaan kemudian, dan alhamdulillah, bisa mencapai ke tingkat (lembaga) desa,” ujar Sugeng Handoko, salah satu tokoh pemuda Desa Nglanggeran yang beberapa waktu lalu mendapatkan titel Pejuang Air ADES berkat usaha kerasnya bersama rekan-rekannya untuk mengampanyekan konservasi air di desanya.
ADVERTISEMENT
“Ketika saya masih SD, sudah dilibatkan. Diajak naik gunung, dikon nggowo bibit (disuruh membawa bibit tanaman), diajak nanam, diajak berkegiatan di situ, jadi rasa mencintai kawasan, gunung, dan lingkungan itu tumbuh baik dalam diri kami. Kemudian dari situ kami semakin intens lagi, bahwa ini harus ada pemanfaatan secara tidak langsung, yaitu dikemas dikembangkan menjadi atraksi kegiatan pariwisata.”
Hasilnya bisa dilihat saat ini. Wilayah Desa Nglanggeran, yang dulu merupakan wilayah yang tandus karena tanahnya yang merupakan tanah karst, kini menjadi daerah yang hijau dengan begitu banyak tanaman dan perkebunan yang terus hijau di sepanjang tahun.
Inspiratif, bukan?
Artikel ini merupakan hasil kerja sama kumparan dengan ADES. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ADES Conservacation, klik di sini.
ADVERTISEMENT