Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kreasionisme, Teori Anti Evolusi yang Bikin Harun Yahya Terkenal
13 Juli 2018 7:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang membuat nama Harun Yahya populer di Indonesia adalah karena teori kreasionismenya. Teori kreasionisme atau penciptaan ini berisi pandangan yang melawan teori evolusi Charles Darwin .
Darwin mengatakan makhluk hidup berevolusi seiring dengan berjalannya waktu sehingga mengalami perubahan secara fisik maupun genetik. Perubahan ini merupakan salah satu bentuk adaptasi makhluk hidup untuk menghadapi alam di sekitarnya.
Terhadap teori evolusi di atas, Harun Yahya menentangnya secara habis-habisan karena ia menolak keras anggapan bahwa manusia berasal dari kera yang telah berevolusi.
Sebenarnya, teori evolusi sudah mendapatkan berbagai tentangan sejak sebelum adanya Harun Yahya. Sejak buku fenomenal Darwin yang berjudul The Origin of Species terbit pada 1859, tentangan paling besar sudah datang dari pihak religius yang mengkhawatirkan teori evolusi Darwin akan menentang Tuhan sebagai Sang Pencipta dan menganggap campur tangan Tuhan tidak hadir dalam penciptaan makhluk hidup.
ADVERTISEMENT
Hal ini senada dengan apa yang diyakini Harun Yahya. Yahya menyatakan, Darwinisme adalah paham yang salah dan menjauhkan manusia dari Tuhan, bahkan dianggap jahat dan merupakan perbuatan Dajjal.
Lebih lanjut, Yahya menuliskan secara detail pemikiran teori kreasionismenya yang menentang teori evolusi Darwin dalam situsnya yang bertajuk Evolution Internasional . Dalam situs yang telah diterjemahkan ke dalam 32 bahasa, termasuk bahasa Indonesia itu, Harun Yahya menyatakan Darwinisme sebagai sebuah kebohongan yang berakar dari paham anti agama.
Yahya menjabarkan ada dua bukti ‘ilmiah’ yang mengatakan bahwa evolusi adalah sebuah kebohongan. Bukti pertama adalah evolusi tidak mampu menjelaskan bagaimana unsur protein dihasilkan karena sebuah protein, unsur paling penting dalam makhluk hidup, tidak mungkin muncul dengan sendirinya dan membutuhkan protein lain agar dapat menciptakan protein baru.
ADVERTISEMENT
Bukti kedua adalah dari fosil. Menurutnya, tidak ada fosil yang merupakan fosil peralihan, yaitu fosil yang menghubungkan suatu makhluk hidup dengan nenek moyangnya. Fosil ini seharusnya berguna untuk menentukan taksonomi makhluk hidup serta menentukan jejak evolusi nenek moyangnya hingga mendapatkan bentuk seperti makhluk hidup modern.
Sebagaimana pandangan para pemuka agama yang menentang teori Darwin, evolusi yang paling ditentang keras oleh Yahya adalah evolusi manusia. Ia menganggap teori evolusi menyatakan kera berevolusi menjadi manusia dan ini adalah sebuah penghinaan karena manusia disamakan dengan kera atau monyet.
Menurutnya, bagaimanapun, kera tidak akan pernah bisa menjadi secerdas manusia dan bahwa manusia diberikan berkah oleh Tuhan untuk dapat berpikir dan menjadi lebih superior dari makhluk lainnya.
ADVERTISEMENT
Yahya menjabarkan teori kreasionisme berdasarkan pemaknaannya terhadap ajaran Islam ke berbagai buku dan DVD. Salah satu bukunya yang terkenal berjudul Atlas of Creation atau Atlas Penciptaan.
Pandangan anti evolusi inilah yang kemudian paling banyak diamini oleh kaum religius di Indonesia karena dianggap telah memberikan bukti ilmiah bahwa Tuhan itu ada dan merupakan pencipta seluruh alam semesta dan makhluk hidup di dalamnya. Pandangan kreasionisme Yahya yang terjabarkan dalam berbagai buku dan DVD-nya telah mencapai ke banyak orang di dunia, termasuk di Indonesia, dan atas inilah namanya kemudian menjadi terkenal.
Meski nama Yahya terkenal sebagai penulis, ‘ilmuwan’, atau bahkan ‘ulama’ bagi sebagian orang. Namun bagi kalangan akademisi, teori Harun Yahya ini justru jadi olok-olok. Ia dikritik habis oleh para ilmuwan, baik di Turki, maupun dunia.
ADVERTISEMENT
Salah satu ilmuwan yang mengkritik gagasan Yahya adalah Aykut Kence, profesor biologi di Middle East Technical University di Ankara, Turki. Ia mengkritik gagasan tersebut karena Harun Yahya tidak punya kapasitas untuk berbicara mengenai sains.
Dikutip dari Haberler , Harun Yahya memang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi di bidang sains. Yahya hanya merupakan lulusan Akademi Seni Rupa Negeri, Istanbul, jurusan desain interior. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke Istanbul Universitesi jurusan Filsafat dan Sejarah. Namun ia tidak menyelesaikan pendidikannya di Istanbul Universitesi.
"Adnan Oktar (Harun Yahya) tidak memiliki kapasitas dan juga ijazah dalam bidang paleontologi maupun biologi untuk bisa berbicara mengenai hal ini (teori Darwin)," ujar Aykut.
Ia juga menambahkan bahwa berbagai gambar fosil dalam buku "Atlas of Creation" sama sekali tidak relevan dan malah membuatnya tertawa.
Ergi Deniz Ozsoy, dosen fakultas biologi Universitas Hacettepe di Ankara, Turki, juga memiliki pendapat yang sama. Buku Harun Yahya yang cukup populer di Indonesia, Atlas of Creation, disebutnya sama sekali tak ada faedahnya.
ADVERTISEMENT
"Di dalam buku itu tidak ada suatu hal berfaedah yang bisa diambil secara serius oleh orang-orang," kata Ozsoy. "Sama sekali tidak meningkatkan ilmu pengetahuan."
Di luar Turki, Kathryn L. Calame, ahli mikrobiologi dari sekolah kedokteran Columbia University, dan Kenneth R. Miller, ahli biologi dari Brown University di Amerika Serikat, mengaku bahwa mereka beserta banyak rekannya pernah mendapatkan kiriman buku Atlas of Creation.
Meski sama sekali tak terkesan dengan isi buku tersebut, mereka mengkhawatirkan dampak tersebarnya teori ngawur milik Harun Yahya. Apa yang disampaikan Harun Yahya dinilai para ahli menunjukkan sikap anti ilmu pengetahuan.
"Ide dari Harun Yahya menjadikan evolusi dianggap sebagai bagian dari pengaruh buruk Barat terhadap kebudayaan Islam," jelas Miller, dikutip dari New York Post . "Hal tersebut bisa menyebabkan tersebarnya sikap anti ilmu pengetahuan yang tentunya tidak akan membantu dunia Islam mengejar ketinggalannya."
ADVERTISEMENT