Lebih Efektif Mana untuk Cegah Corona, Face Shield atau Masker?

8 Juli 2020 7:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas pemberi komuni engenakan face shield saat ibadah hari Minggu di Gereja Katolik Roh Kudus Katedral Denpasar, Bali, Minggu (5/7). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas pemberi komuni engenakan face shield saat ibadah hari Minggu di Gereja Katolik Roh Kudus Katedral Denpasar, Bali, Minggu (5/7). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona telah mengubah gaya hidup semua orang. Mereka yang beraktivitas di area publik diwajibkan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus SARS-CoV-2, termasuk menggunakan masker dan face shield yang kini banyak dilakukan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, bagi sebagian orang, menggunakan masker membuat mereka cukup terganggu, seperti terasa pengap, panas, dan pernapasan sedikit terhambat. Mereka yang mengalami demikian, memilih menggunakan face shield yang dinilai lebih nyaman untuk digunakan. Face shield juga lebih mudah dilepas dan dibersihkan ketimbang masker.

Apakah face shield efektif cegah penularan virus corona?

Sejauh ini, penelitian ihwal efektivitas face shield masih sangat terbatas. Salah satu studinya diterbitkan dalam Journal of Occupational and Hygiene Environment 2014. Dalam studi itu dijelaskan para peneliti dari National Institute for Occupational Safety and Health melakukan serangkaian simulasi penggunaan face shield pada robot yang dapat bernafas.
Mereka kemudian menempatkan robot lain yang punya kemampuan batuk dan mengeluarkan virus flu dengan jarak 50 centimeter. Hasilnya, face shield mampu mencegah 96 persen virus dalam waktu lima menit.
Seorang anak mengenakan face shield saat bersepeda pada Car Free Day (CFD) di Jalan Gajah Mada, Jakarta, Minggu (5/7). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
Dalam tes tambahan, efektivitas face shield tampak cukup bervariasi, tergantung ukuran tetesan droplet yang dikeluarkan. Face shield juga punya kemampuan yang tidak dimiliki masker, yakni selain melindungi mulut dan hidung, alat ini juga dapat melindungi mata. Meski dapat mencegah paparan virus, belum ada penelitian yang membahas seberapa baik face shield membantu mencegah virus yang dikeluarkan orang terinfeksi melalui batuk.
ADVERTISEMENT
“Kami tidak memiliki penelitian yang menunjukkan bahwa face shield dapat memberikan perlindungan bagi orang-orang di sekitar jika mereka sakit,” ujar Saskia Popescu, ahli epidemiologi di George Mason University.
Beberapa orang juga skeptis terhadap penggunaan face shield karena memiliki celah di kedua sisinya. Meski berdasarkan hipotesis sementara celah tersebut tidak akan menimbulkan banyak masalah.
Sebagaimana diketahui, virus corona dapat menyebar melalui droplet yang dikeluarkan dari mulut atau hidung yang terinfeksi, kemudian jatuh ke bawah tertarik oleh gravitasi dalam radius 2 meter.
Untuk masuk ke celah face shield, virus perlu berlama-lama di udara dalam partikel yang lebih kecil disebut aerosol dan akhirnya berkumpul di kiri dan kanan face shield. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di udara, menyebabkan risiko paparan virus semakin tinggi.
Siswa mengenakan masker bersiap mengikuti ujian masuk perguruan tinggi nasional. Foto: Carlos Garcia Rawlins/REUTERS
Meski face shield dinilai mampu menahan virus corona, hal itu tidak dapat menjamin 100 persen orang terhindar dari corona. Sehingga alat tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk melindungi orang dari paparan virus.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penelitian mengenai efektivitas face shield juga masih sangat terbatas. Ini artinya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan seberapa efektif face shield dalam mengurangi penyebaran virus corona.
Hal demikian juga disampaikan dalam National Center for Biotechnology Information (NCBI), yang menyebut bahwa face shield tidak bisa dijadikan sebagai pengganti masker karena alasan-alasan tertentu.
Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) masih merekomendasikan penggunaan masker sebagai alat untuk mencegah penularan virus corona yang dinilai paling efektif dalam menahan laju penyebaran.
com-Face shield Foto: Shutterstock
Dalam studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine menyebutkan bahwa meski belum ada bukti langsung, namun penggunaan masker kain cukup efektif dalam mengurangi transmisi SARS-CoV-2. CDC juga merekomendasikan orang-orang untuk menggunakan masker kain di tempat umum di mana jarak sosial sulit diterapkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai tambahan, baik WHO maupun CDC menyarankan agar orang-orang senantiasa menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak fisik, menerapkan etika batuk dan bersin, serta rajin mencuci tangan. Bagaimanapun, penggunaan face shield dan masker tidak bisa menjadi jaminan orang terhindar dari infeksi virus jika tidak disertai dengan penerapan protokol lainnya.
Bagi mereka yang khawatir akan penularan virus melalui aerosol, penggunaan face shield dan masker pada saat bersamaan adalah hal yang paling baik dilakukan. Itu disampaikan langsung oleh William Lindsley, seorang bioengineer di National Institute for Occupational Safety and Health yang juga melakukan penelitian menggunakan robot batuk di 2014.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: