Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Kebakaran lahan yang saat ini sedang melanda hutan hujan Amazon di Brasil telah mencapai rekor terparah jika dibandingkan selama kurun waktu sejak tahun 2013. Para ilmuwan memperingatkan bahwa kebakaran ini bisa jadi pertanda buruk bagi umat manusia dalam memerangi perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Luar Angkasa Brasil (National Institute for Space Research/INPE), sedikitnya ada 72.843 titik api yang tersebar di seluruh wilayah Brasil dan sebagian besar titik api itu berada di lembah Amazon pada tahun 2019 ini. Jumlah ini sudah 80 persen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kebakaran yang terjadi sepanjang tahun 2018 lalu.
Sejumlah foto dan video yang tersebar di media sosial menunjukkan bagaimana kebakaran di Amazon telah memorak-morandakan hutan di wilayah tersebut. Terlihat gumpalan asap raksasa membumbung tinggi dengan garis api yang meninggalkan jejak hitam di belakangnya. Bahkan, asap kebakaran dilaporkan telah mencapai jalanan di kota Sao Paulo, yang memiliki jarak 2.700 kilometer dari titik kebakaran.
ADVERTISEMENT
Foto-foto yang diunggah oleh para warganet menunjukkan pemandangan gelap dengan langit berwarna hitam di siang hari akibat kebakaran di Amazon. Di kawasan tersebut, Matahari seakan diselimuti asap dan abu sehingga siang menjadi tampak seperti malam hari.
Satelit Uni Eropa, Copernicus, merilis peta yang memperlihatkan asap dari api menyebar ke seluruh Brasil hingga ke pantai Atlantik timur. Asap itu menutupi hampir setengah dari negara tersebut dan bahkan menyebar ke Peru, Bolivia, dan Paraguay.
Amazon sering disebut sebagai paru-paru dunia karena berkontribusi menghasilkan 20 persen oksigen di atmosfer Bumi. Selain itu, Amazon juga dianggap penting dalam memperlambat pemanasan global dan merupakan rumah bagi spesies flora dan fauna yang tak terhitung jumlahnya.
ADVERTISEMENT
Sungai Amazon membentang melewati beberapa negara di Amerika Selatan. Namun, lebih dari dua pertiga hutan hujan Amazon terletak di Brasil. Ironisnya, menurut INPE, lebih dari setengah luas lapangan sepak bola di Amazon di Brasil hancur di setiap harinya.
Para Aktivis Lingkungan Menyalahkan Presiden Brasil
Melihat kebakaran dan deforestasi yang terus terjadi di Amazon, para aktivis dan kelompok pemerhati lingkungan telah lama melakukan kampanye untuk menyelamatkan Amazon. Tidak hanya itu, mereka juga menyalahkan Presiden Brasil saat ini, Jair Bolsonaro, karena telah membiarkan hutan Amazon dalam keadaan berbahaya. Mereka menuduh Bolsonaro lalai dalam menjaga lingkungannya dan justru mendorong pada deforestasi besar-besaran.
Kebijakan lingkungan yang dikeluarkan Bolsonaro sejak awal telah dinilai kontroversial. Ia membuat janji kampanye akan memulihkan ekonomi dengan cara mengeksplorasi potensi ekonomi Amazon.
ADVERTISEMENT
Beberapa minggu lalu, direktur INPE dipecat usai bertengkar dengan Bolsonaro. Pertengkaran itu ditengarai oleh data satelit yang ditunjukkan INPE dengan klaim deforestasi di hutan Amazon pada Juni 2019 tercatat 88 persen lebih tinggi dibandingkan dengan Juni tahun sebelumnya. Bolsonaro menuding bahwa temuan INPE itu merupakan kebohongan.
Menurut sekretaris eksekutif organisasi nirlaba lingkungan Observatorium da Clima, Carlos Rittl, kebijakan yang dibuat Bolsonaro mungkin telah membuat para penebang, petani, dan penambang berani untuk mengambil alih area lembah Amazon.
Pemotongan anggaran dan campur tangan pemerintah federal Brasil membuat orang-orang lebih mudah untuk mengeksploitasi hutan Amazon. Badan penegakan hukum lingkungan Brasil melihat pemotongan anggarannya sebesar 23 juta dolar AS atau setara dengan Rp 327 miliar. Data resmi yang dikirim ke CNN oleh Observatorio do Clima menunjukkan operasi lembaga penegakan hukum lingkungan di Brasil telah turun sejak Bolsonaro dilantik menjadi presiden.
ADVERTISEMENT
Pada Rabu (21/8) kemarin, Bolsonaro mengatakan bahwa kebakaran di Amazon mungkin disebabkan oleh organisasi non-pemerintah untuk menarik kritik internasional kepada pemerintahannya.
“Kejahatan ada, dan kami perlu memastikan bahwa jenis kejahatan ini tidak meningkat. Kami mengambil uang dari LSM. Mereka sekarang merasakan kesulitan karena kekurangan dana. Jadi, mungkin ada LSM yang melakukan tindak kriminal ini untuk menciptakan pandangan negatif terhadap saya, dan terhadap pemerintah Brasil. Ini adalah perang yang kita hadapi,” ujar Bolsonaro, sebagaimana dilansir CNN.
Pada Juli lalu, Greenpeace menyebut Bolsonaro dan pemerintahnya sebagai “ancaman terhadap keseimbangan iklim” dan memperingatkan bahwa dalam jangka panjang, kebijakan yang dibuat Bolsonaro akan menanggung “biaya besar” bagi ekonomi Brasil.
Di sisi lain, aktivis lingkungan dan organisasi macam World Wildlife Fund memperingatkan bahwa jika Amazon tak bisa dikembalikan dan hutan hujan telah menjadi sabana kering serta tidak bisa dihuni lagi satwa liar, maka alih-alih menjadi sumber oksigen dunia, Amazon justru bisa mengeluarkan karbon yang merupakan pendorong utama perubahan iklim.
ADVERTISEMENT