Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, peneliti menemukan skizofrenia dengan tipe berbeda dibandingkan skizofrenia yang dikenal selama ini, baik secara bentuk maupun strukturnya pada otak.
ADVERTISEMENT
Hasil temuan yang diterbitkan di jurnal Bran ini sekaligus menjadi terobosan dalam kajian terkait penyakit mental, serta menjadi jawaban mengapa ada perbedaan respons terhadap perawatan dan pengobatan di antara sejumlah pasien skizofrenia.
Para peneliti yang terlibat berasal dari University of Pennsylvania School of Medicine. Mereka memindai otak lebih dari 300 orang yang mengidap skizofrenia, serta lebih dari 360 otak yang sehat sebagai variabel kontrol.
Pemindaian otak memungkinkan peneliti mengamati volume grey matter atau lapisan tipis berwarna abu-abu yang terdiri dari miliaran neuron. Hasilnya, tim peneliti menemukan dua subtipe neuroanatomi skizofrenia yang berbeda secara signifikan.
Subtipe 1, ditemukan pada 60 persen pasien skizofrenia yang memiliki volume grey matter lebih rendah di seluruh otak dibandingkan orang sehat. Sementara itu Subtipe 2, ditemukan pada 40 persen sisanya, dengan volume grey matter yang mirip orang tanpa skizofrenia. Dengan kata lain, otak dengan tipe skizofrenia jenis baru ini punya level grey matter hampir menyerupai orang sehat.
ADVERTISEMENT
“Sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa orang dengan skizofrenia memiliki volume jaringan otak yang jauh lebih kecil daripada kontrol yang sehat. Namun, untuk setidaknya sepertiga dari pasien yang kami periksa, ini tidak terjadi sama sekali--otak mereka hampir sepenuhnya normal,” tutur pemimpin penelitian, Chistos Davatzikos dari Perelman School of Medicine di University of Pennsylvania, seperti dikutip IFL Science.
“Untuk ke depannya, kita tidak akan mengatakan ‘Pasien ini memiliki skizofrenia’. Kita akan bilang ‘Pasien ini punya subtipe atau pola (grey matter) abnormal’, alih-alih memiliki definisi yang luas untuk mengelompokkan semua orang,” lanjutnya.
Selain menemukan skizofrenia jenis baru, peneliti juga menduga ada tipe-tipe lain yang belum teridentifikasi. Namun, hal itu masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Secara umum, skizofrenia merupakan gangguan mental yang ditandai dengan halusinasi, perasaan mendengar suara-suara, pikiran paranoid berlebih, kekacauan berpikir, dan delusi. Gejala-gejala ini muncul berbeda-beda pada tiap pasien.
Meskipun skizofrenia bisa sembuh dengan obat-obatan, masih ada kendala bagi praktisi medis untuk menentukan pengobatan paling tepat untuk masing-masing pasien. Beberapa kesehatan pasien mengalami kemajuan signifikan, di saat pasien lain tidak menunjukkan gejala sembuh sama sekali. Kondisi serupa bahkan sering terjadi tanpa alasan yang jelas.
Temuan terbaru ini diharapkan dapat mengisi celah tersebut untuk menemukan pengobatan yang lebih efektif dan lebih spesifik bagi setiap tipe skizofrenia.
“Perawatan untuk skizofrenia bekerja sangat baik pada sebagian kecil orang, cukup baik pada sebagian besar orang, dan hampir tidak pada sebagian kecil orang. Kita kebanyakan tidak dapat memprediksi hasil itu, sehingga itu menjadi persoalan trial and error,” ujar salah satu peneliti, Daniel Wolf, profesor psikiatri di University of Pennsylvania.
ADVERTISEMENT
“Sekarang kita mulai memahami biologi di balik gangguan ini, maka kita diharapkan suatu hari akan memiliki lebih banyak informasi, pendekatan pribadi untuk perawatan,” pungkasnya.