LIPI Belajar dari Peneliti Filipina Susun Rekomendasi Mitigasi Bencana

27 Maret 2019 21:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera Filipina. Foto: Pemerintah Filipina.
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Filipina. Foto: Pemerintah Filipina.
ADVERTISEMENT
Indonesia dan Filipina punya kemiripan. Keduanya berada di wilayah Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) dan berada dekat samudra-samudra yang luas. Akibatnya, dua negara anggota ASEAN ini sering dilanda bencana, mulai dari gempa, banjir, gunung meletus, sampai siklon atau badai tropis.
ADVERTISEMENT
Kemiripan itulah yang akhirnya mendorong para peneliti di Indonesia mencoba belajar dari peneliti Filipina dalam menyusun rekomendasi ilmiah untuk membuat regulasi terkait mitigasi bencana. Sebab, Filipina punya pengalaman dalam membuat sistem dan regulasi mitigasi bencana berdasarkan hasil kajian dan penelitian para peneliti di negeri itu.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah mulai belajar dari peneliti Filipina, salah satunya dengan mengadakan kegiatan “Focus Group Discussion (FGD) On Role Of Academic and Scientific Institutions in Policymaking for Disaster Risk Reduction and Climate Action In Indonesia” di kantor LIPI di Jakarta.
Acara ini dihadiri antara lainoleh Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Sri Sunarti Purwaningsih, dan Direktur Eksekutif University of Philippines Resilience Institute, Mahar Lagmay.
Dr Sri Sunarti Purwaningsih, M.A Director,PMB-LIPI. Foto: Alfadillah/kumparan.
Harapan dari acara FGD atau workshop ini adalah LIPI dan banyak pihak lainnya bisa memberi hasil rekomendasi yang tepat untuk pemerintah Indonesia terkait mitigasi bencana. Tujuannya agar nantinya pemerintah Indonesia juga bisa menerapkan mitigasi bencana berdasarkan rekomendasi ilmiah berbagai pihak.
ADVERTISEMENT
"Penting bagi kita untuk belajar dari pengalaman negara-negara Asia Tenggara lainnya tentang sejauh bagaimana para pakar akademis dan ilmiah dapat mendukung pembuatan kebijakan untuk pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim," ujar Sri Sunarti Purwaningsih saat acara.
"Maka dari itu, workshop ini sangat diperlukan. Dari University of Philippines kita belajar dengan mereka, karena kondisi mereka kan memang hampir sama dengan kita, banyak bencana," kata Sri lagi.
Mahar Lagmay menceritakan, proses perumusan kebijakan mitigasi bencana di Filipina harus melalui proses yang sangat panjang, melibatkan banyak pihak, banyak pekerjaan, dan banyak hal. Termasuk juga melibatkan masyarakat setempat.
Dr Mahar Lagmay Executive Director, UP-RI Foto: Alfadillah/kumparan.
Pada akhirnya yang terpenting adalah rekomendasi ilmiah dari berbagai hasil kajian dan penelitian banyak pihak, bisa diatur secara resmi oleh pemerintah dan wajib diterapkan oleh semua orang.
ADVERTISEMENT
“Itu harus dimasukkan dalam kebijakan. Bagaimana memasukkannya ke dalam kebijakan adalah bagian yang sulit. Itu sangat sulit. Di Filipina, kami punya pengalaman itu. Dan kami ingin berbagi dengan mitra ASEAN kami seperti Indonesia,” kata Lagmay.