llmuwan Temukan 30 Spesies Baru Hewan Aneh Penghuni Laut Dalam Samudra Pasifik

2 Agustus 2022 10:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Psychropotes dyscrita, dijuluki tupai bergetah, adalah sejenis teripang yang ditemukan di laut dalam Samudera Pasifik. Foto: Dok. Ekspedisi DeepCCZ, Yayasan Gordon & Betty Moore & NOAA
zoom-in-whitePerbesar
Psychropotes dyscrita, dijuluki tupai bergetah, adalah sejenis teripang yang ditemukan di laut dalam Samudera Pasifik. Foto: Dok. Ekspedisi DeepCCZ, Yayasan Gordon & Betty Moore & NOAA
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilmuwan menemukan lebih dari 30 spesies baru yang hidup di laut dalam Samudra Pasifik. Ekspedisi ini tidak hanya mengambil gambar, tapi juga mengamankan sampel yang kemudian diangkat ke permukaan untuk dianalisis.
ADVERTISEMENT
Temuan ini dipublikasikan di jurnal ZooKeys pada 18 Juli 2022 lalu. Hewan yang ditemukan ada yang memiliki bentuk timun, pisang, bintang laut, dan lain sebagainya.
Ekspedisi ini meneliti wilayah Pasifik yang bernama Clarion-Clipperton Zone (CCZ), pertengahan antara Hawaii, AS, dan Meksiko, seluas 6 juta kilometer persegi. Wilayah ini punya cukup terkenal untuk ekstraksi mineral dengan komoditi seperti nikel, kobalt dan tembaga, sehingga ekspedisi ini penting untuk mengetahui spesies penghuni sebelum pertambangan dimulai.
Empat spesimen teripang Psychronaetes dikumpulkan, dan dianggap mewakili spesies baru. Foto: Dok. ekspedisi DeepCCZ, Yayasan Gordon & Betty Moore & NOAA.
"Laut dalam sedikit dipelajari," kata Dr Guadalupe Bribiesca-Contreras, penulis utama studi dari Natural History Museum.
Masih jarang ekspedisi yang membawa pulang spesimen hewan. Selama ini peneliti meneliti hewan bawah laut hanya bermodalkan analiisa foto. Namun itu tidak cukup untuk mengidentifikasi spesies.
ADVERTISEMENT
Melalui ekspedisi ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana keanekaragaman hayati, struktur komunitas, rentang spesies, konektivitas, dan fungsi ekosistem di berbagai skala bekerja di Clarion-Clipperton Zone.
Spesimen bintang laut tipe baru lain, dengan bagian tubuh yang rapuh, seperti lengannya. Foto: Dok. Ekspedisi DeepCCZ, Yayasan Gordon & Betty Moore & NOAA
Peneliti menggunakan robot remotely operated vehicle (ROV) yang menyelam sampai ke kedalaman 3.100 hingga 5.100 meter. Robot dilengkapi dengan lengan yang dapat mengambil hewan membawanya ke permukaan untuk dianalisis, termasuk genetikanya.
Dengan analisis genetik (genom) dapat diketahui kedudukan spesies baru tersebut di takson. Peneliti mengambil 48 hewan, yang 39 di antaranya berpotensi menjadi spesies baru.
“Penelitian ini penting tidak hanya karena jumlah spesies baru yang berpotensi ditemukan, tetapi karena spesimen megafauna ini sebelumnya hanya dipelajari dari foto dasar laut,” kata Guadalupe.
"Tanpa spesimen dan data DNA yang mereka miliki, kami tidak dapat mengidentifikasi hewan dengan benar dan memahami berapa banyak spesies berbeda yang ada."
Bintang laut 'pemalas' Zoroaster yang belum teridentifikasi ini adalah salah satu spesies yang mungkin baru bagi ilmu pengetahuan. Foto: Dok. Ekspedisi DeepCCZ, Yayasan Gordon & Betty Moore & NOAA
Di antara penemuan itu ada spesies baru bintang laut yang terbaring ‘malas kelelahan’. Ada juga sejumlah spesies teripang baru, serta cacing, ubur-ubur, karang, dan invertebrata lainnya.
ADVERTISEMENT
Mereka juga melihat beberapa hewan yang sudah dikenal di ekspedisi ini. Salah satunya adalah Psychropotes dyscrita, teripang kuning yang dijuluki 'tupai bergetah', yang pertama kali dideskripsikan pada 1920.
Tim peneliti juga mengamati spesies yang disebut Peniagone vitrea, teripang laut dalam lainnya yang ditemukan oleh ekspedisi HMS Challenger pada 1870-an.
Peniagone vitrea adalah salah satu spesies laut dalam tertua yang diketahui, ditemukan oleh ekspedisi Challenger pada tahun 1870-an. Foto: Dok. Ekspedisi DeepCCZ, Yayasan Gordon & Betty Moore & NOAA
"Kita tahu bahwa hewan berukuran milimeter kecil yang disebut makrofauna sangat beraneka ragam di dalam kegelapan samudra," ungkap Guadalupe.
"Namun, kami tidak pernah benar-benar memiliki banyak informasi tentang hewan yang lebih besar yang kami sebut megafauna, karena sangat sedikit sampel yang dikumpulkan. Studi ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa keragaman mungkin sangat tinggi dalam kelompok-kelompok ini juga."