Lucinta Luna Positif Pakai Amphetamine, Apa Itu?

17 Februari 2020 19:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lucinta Luna memberika keterangan pers terkait Kasus penyalahgunaan Narkotika yang Menjeratnya, Polres Jakarta Barat, Jumat (14/2). Foto: Giovanni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lucinta Luna memberika keterangan pers terkait Kasus penyalahgunaan Narkotika yang Menjeratnya, Polres Jakarta Barat, Jumat (14/2). Foto: Giovanni/kumparan
ADVERTISEMENT
Lucinta Luna terbukti positif amphetamine. Hal tersebut diketahui setelah pihak kepolisian membawa Lucinta untuk menjalani pemeriksaan darah ke Lab BNN Lido di Bogor, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
"Hasilnya positif amphetamine," ujar Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Audie Latuheru, saat ditemui di kantornya, Senin (17/2).
Pemeriksaan darah ini merupakan lanjutan penyelidikan polisi setelah Lucinta ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan psikotropika. Sebelumnya, Lucinta Luna ditangkap di salah satu apartemen di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (11/2) dini hari.
Lucinta Luna saat dibawa ke BNN Lido, dari Polres Jakarta Barat, Jakarta, Rabu (12/2/2020). Foto: Ronny
Meski sudah terbukti positif, Audie enggan menjelaskan lebih jauh. Menurutnya, dari hasil tersebut, pihaknya masih melakukan pengembangan.

Apa itu amphetamine?

Menurut lembaga studi Center for Substance Abuse Research (CESAR), amphetamine adalah sekelompok obat psikoaktif buatan yang disebut sebagai stimulan sistem saraf pusat. Kelompok kolektif dari amphetamine di antaranya adalah:
ADVERTISEMENT
Ilustrasi amphetamine Foto: Shutterstock
Penggunaan amphetamine dapat menghasilkan peningkatan jenis aktivitas otak tertentu. Efeknya dapat membuat pengguna merasakan energi, fokus, dan kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Menurut CESAR, amphetamine pertama kali dibuat di Jerman pada akhir 1887 oleh seorang ahli kimia Rumania bernama Lazăr Edeleanu. Namun, sifat stimulannya tidak benar-benar ditemukan sampai sekitar tahun 1930-an, ketika mulai digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat melalui merek dagang Benzedrine.
Seiring berkembangnya waktu, praktisi medis menyadari bahwa ada efek samping dari mengonsumsi amphetamine, terlebih ketika obat ini kemudian berpotensi tinggi untuk disalahgunakan hingga menyebabkan kecanduan obat. Barulah pada tahun 1970-an, muncul undang-undang baru yang membatasi penggunaan amphetamine untuk kepentingan medis.
ADVERTISEMENT
Saat ini, para ahli medis merekomendasikan amphetamine sebagai obat untuk berbagai gangguan, mulai dari kecanduan alkohol, narkolepsi, depresi, penurunan berat badan, hiperaktif pada anak-anak, dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan. Saat ini, hanya dextroamphetamine, lisdexamphetamine, serta methylphenidate, yang diizinkan untuk penggunaan medis.

Bentuk amphetamine

Menurut laporan Alcohol and Drug Foundation (ADF), amphetamine punya bentuk yang beragam. Obat-obatan ini bisa dalam bentuk bubuk, tablet, kristal, dan kapsul. Ketika dijual secara ilegal, amphetamine biasanya dikemas dalam aluminium foil, kantong plastik, atau balon berukuran kecil.
Ilustrasi obat ilegal. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Warna bubuk amphetamine dapat berkisar dari putih hingga coklat, dan kadang-kadang memiliki jejak abu-abu atau merah muda. Menurut ADF, obat ini memiliki aroma yang kuat dengan rasa yang pahit.
ADVERTISEMENT
Amphetamine sendiri biasanya dikonsumsi dengan cara ditelan, disuntikkan, atau dihisap (diendus).

Efek penyalahgunaan amphetamine

Bila diminum sesuai resep dokter, amphetamine dan obat-obatan terkait tidak menyebabkan kecanduan. Namun, menurut laporan Centre for Addiction and Mental Health (CAMH), obat ini dapat menimbulkan kecanduan jika disalahgunakan.
Penggunaan amfetamin dalam tahap kronis dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental yang serius, jelas CAMH. Amfetamin dapat mengurangi nafsu makan dan kelelahan, menyebabkan kekurangan gizi dan tidur, hingga akhirnya membuat penggunanya lebih rentan terhadap penyakit.
Ilustrasi overdosis Foto: Pixabay
Penggunaan amphetamin secara terus-menerus menimbulkan berbagai dampak, seperti halusinasi, delusi, paranoia, hingga perilaku aneh. Gejala-gejala ini biasanya akan hilang beberapa minggu setelah penggunaannya dihentikan.
Berhentinya seorang pecandu amphetamine mengonsumsi obat tersebut juga turut memberikan efek yang beragam. Menurut catatan CAMH, beberapa gejalanya adalah kelelahan, gangguan tidur, mudah marah, rasa lapar yang hebat, depresi, kecenderungan perilaku bunuh diri, hingga kekerasan.
ADVERTISEMENT
Overdosis dapat menyebabkan kejang, koma, dan bahkan kematian karena meledaknya pembuluh darah di otak, gagal jantung, atau demam yang sangat tinggi.