Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
ADVERTISEMENT
Sekelompok mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan panel akustik atau peredam suara yang dibuat dari limbah onggok. Mahasiswa tersebut memanfaatkan limbah onggok hasil pengolahan tepung dari pohon aren.
ADVERTISEMENT
Kelompok mahasiswa yang mengembangkan alat ini adalah Ardhi Kamal Haq, Said Ahmad, Muhammad Dwiki Destian Susilo, dan Pamela Chanifah Zahro. Keempatnya mendapat ide mengolah limbah onggok ini usai melihat UMKM pengolahan tepung di Dusun Bendo, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
“Di sana per harinya limbah yang dihasilkan mencapai 600-700 kg limbah onggok. Limbah onggok itu diiarkan begitu saja dan mencemari,” kata Ardhi, saat memamerkan karyanya di Laboratorium Fisika Material FMIPA UGM, Jumat (24/10).
Ardhi menjelaskan ide mengolah libah ini sudah tercetus sejak 2016 lalu. Kemudian pada September 2018, riset dimulai. Setelah berbagai eksperimen, ditemukan formula yang tepat untuk membuat panel akustik dari limbah onggok ini.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan bahan yang diperlukan adalah limbah onggok yang sudah dipisahkan dan tepung kanji yang sudah dicampur air.
“Campur serabut dan serbuk (onggok) dengan 1 banding 1. 5 Kg limbah serbuk dan 5 serabut, jadinya 10 Kg. Itu untuk panel akustik dengan dimensi 50x50 cm,” kata Ardhi.
Lantaran pengeringan masih dilakukan secara manual maka diperlukan waktu 1-2 hari. Proses pengeringan inilah yang membuat pembuatan panel akustik lama. Ke depan mereka akan menggunakan oven untuk pengeringan limbah. Saat ini oven hanya digunakan pada tahap akhir saja.
“Kalau untuk tahap (produksi) industri bisa dengan oven yang mempercepat pengeringan,” ujar dia.
Dapat meredam 95 persen suara
Panel akustik karya mahasiswa UGM ini diklaim mampu bertahan hingga 5 tahun dengan perawatan berkala. Penemuan ini diklaim mampu meredam 95 persen suara. Artinya, jika suara yang datang 100 desibel maka hanya menyisakan 5 desibel saja.
Sementara itu, Dwiki Destian mengatakan inovasi ini sudah terdaftar di Surat Pencatatan Ciptaan di Kemenkumham. Selain itu, inovasi ini juga meraih medali emas dalam ajang internasional 2nd World Innovation Technology Expo (WINTEX) 2019 yang diselenggarakan Indonesian Invention and Innovation Promotion Association (INNOPA) pada 9-12 Oktober 2019 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
ADVERTISEMENT
“Banyak yang perlu diperbaiki, banyak pembelajaran, scaling up dari produksi, di awal prototipe kecil, walaupun sudah diuji bagus, tapi scaling up perlu banyak mencari referensi. Dan mempelajari lebih lanjut, termasuk estetik perlu banyak kerjasama dengan pihak artistik. Masih membuat prototipe, dan melihat pasar yang bisa diajak kerja sama,” pungkasnya.