Makanan yang Dihinggapi Lalat Haruskah Dibuang? Ini Penjelasan Sains

16 November 2021 14:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lalat. Foto: Pexels via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lalat. Foto: Pexels via Pixabay
ADVERTISEMENT
Makanan yang dibiarkan terbuka cenderung mengundang lalat untuk datang dan hinggap di sana. Biasanya jika sudah dihinggapi, makanan tak boleh dikonsumsi karena mengandung penyakit. Benarkah demikian?
ADVERTISEMENT
Ravindra Palavalli-Nettimi dan Jamie Theobald, ilmuwan biologi dari Florida International University punya pendapatnya terkait hal itu lewat sebuah tulisan di The Conversation. Namun sebelum menjawab pertanyaan, keduanya mencoba menjelaskan terlebih dahulu apa yang dilakukan lalat saat mendarat di makanan.
Mereka mengatakan, ketika lalat hinggap di makanan, serangga tersebut perlu melepaskan cairan pencernaan untuk membuatnya menjadi sup agar dapat ditelan. Ada lebih dari 110.000 spesies lalat yang diketahui tidak memiliki gigi. Karena itu mereka tidak dapat mengunyah makanan padat.
Fakta menariknya lainnya adalah lalat punya kelebihan mencicipi makanan tanpa mulutnya. Begitu hinggap, mereka menggunakan reseptor di kaki mereka untuk memutuskan apakah mereka mengonsumsi sesuatu yang bergizi atau tidak.
Kamu mungkin pernah memperhatikan seekor lalat menggosok-gosokkan kakinya, layaknya pelanggan restoran yang lapar bersiap melahap makanan dengan menggosok tangan.
ADVERTISEMENT
Sebuah riset di Current Biology yang rilis 23 Maret 2020 lalu menyebut kebiasaan itu sebagai 'grooming' atau perawatan diri. Lalat pada dasarnya membersihkan dirinya sendiri, dan mungkin juga membersihkan sensor rasa pada bulu halus kakinya untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang ada dalam makanan yang dihinggapinya.

Haruskah makanan yang dihinggapi lalat dibuang?

Kembali ke pertanyaan tadi. Palavalli-Nettimi dan Theobald mengatakan, ketika seekor lalat hinggap di makanan, kemungkinan besar itu bukan satu-satunya tempat yang dihinggapi lalat pada hari itu. Mereka sering duduk di benda kotor, seperti tempat sampah atau makanan yang membusuk, yang penuh dengan mikroba.
Jika lalat tetap tinggal cukup lama, mikroba yang dibawa bisa naik ke menempel di makanan kamu. Hal ini tentu jauh lebih berbahaya daripada air liur mereka karena beberapa mikroba dapat menyebabkan penyakit, seperti kolera dan tifus, menurut penelitian yang rilis di jurnal Scientific Reports pada November 2017.
ADVERTISEMENT
Tetapi, jika lalat tidak tinggal lebih lama dari sekian atau satu detik, kemungkinan perpindahan mikroba rendah, dan makanan kamu mungkin baik-baik saja.
Ilustrasi lalat buah. Foto: nuzree via Pixabay
Meski begitu, ada baiknya kamu melakukan pencegahan. Cameron Webb, peneliti dari The University of Sydney, lewat tulisannya di The Conversation menyarankan makanan kamu tertutup saat menyiapkan, memasak, dan menyajikan. Jangan meninggalkan sisa makanan di dalam maupun di luar rumah.
Webb juga menganjurkan kamu memasang penyaring di jendela dan pintu untuk membantu menghalangi lalat masuk, serta meminimalkan sampah di sekitar rumah. Pastikan tempat sampah dibersihkan secara teratur, sampah rumah tangga ditutup, dan kotoran hewan dibersihkan secara rutin bagi yang punya hewan peliharaan.