Manusia Pernah Hidup dengan Unicorn, Wujudnya Bukan Kuda Bersayap

6 Januari 2021 7:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi badak unicorn Siberia. Foto: Wikimedia Commons (CC BY SA 3.0)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi badak unicorn Siberia. Foto: Wikimedia Commons (CC BY SA 3.0)
ADVERTISEMENT
Ketika kita berbicara hewan unicorn, mungkin pikiran kita langsung merujuk kepada kuda bertanduk satu yang bisa terbang dan mengeluarkan cahaya di kepalanya. Namun, di dunia nyata, para ilmuwan memberi nama unicorn kepada hewan berotot besar dan berkulit tebal: Badak.
ADVERTISEMENT
Satu spesies badak yang mendapat nama istimewa ini adalah unicorn Siberia (Elasmotherium sibericum). Unicorn Siberia adalah golongan spesies terakhir dari genus Elasmotherium. Ia merupakan kelompok badak purba bertubuh raksasa yang berbobot 3,5 ton.
Unicorn Siberia dianggap punah selama "kepunahan latar belakang" yang luas yang terjadi selama Pleistosen awal dan tengah, yang mencakup periode dari sekitar 126.000 hingga 2,5 juta tahun yang lalu.
Spesies badak berbulu ini belum banyak dipelajari. Pada awalnya, para ilmuwan memperkirakan unicorn Siberia punah sekitar 100.000 hingga 200.000 tahun yang lalu, tetapi perkiraan terbaru menunjukkan bahwa kita, manusia, pernah hidup berdampingan dengan badak purba ini.
Fosil unicorn Siberia di Natural History Museum, London, Inggris. Foto: Ghedoghedo via Wikimedia Commons (CC BY SA 3.0)
Pada 2018, tim peneliti internasional yang menulis laporan di jurnal Nature Ecology and Evolution menemukan bahwa unicorn Siberia punah lebih muda dari yang sebelumnya diperkirakan. Berdasarkan fosil gigi purba yang mereka temukan, hewan yang dulunya hidup di Eropa Timur dan Asia Tengah ini ternyata bertahan hidup lebih lama dan baru mengalami kepunahan pada 39.000 tahun yang lalu di era kepunahan megafauna Quarternal (Quarternal megafaunal extinction).
ADVERTISEMENT
Quarternal megafaunal extinction sendiri adalah nama ilmiah dari peristiwa kepunahan besar-besaran di zaman es terakhir. Ini adalah masa di mana banyak hewan fantastis, seperti harimau bertaring tajam dan mammoth berbulu, punah karena perubahan iklim.
“Peristiwa kepunahan megafauna ini tidak benar-benar terjadi sampai sekitar 40.000 tahun yang lalu. Jadi Elasmotherium dengan tanggal kepunahan yang jelas 100.000 tahun yang lalu belum dianggap sebagai bagian dari peristiwa yang sama,” kata Adrian Lister, seorang anggota penulis laporan sekaligus peneliti di Natural History Museum di London, Inggris, dalam situs web resmi museum.
“Kami menentukan tanggal beberapa spesimen - seperti tengkorak lengkap yang indah yang kami miliki di Museum - dan yang mengejutkan kami, mereka berusia kurang dari 40.000 tahun.”
ADVERTISEMENT
Para peneliti memperkirakan, fosil gigi unicorn Siberia yang mereka temukan berusia sekitar 35.000 hingga 39.000 tahun. Nah, manusia sendiri mulai menyebar secara luas tepat sebelum kepunahan megafauna. Jadi, secara teori, kemungkinan badak ini mati bukan karena perubahan iklim, tetapi karena perburuan berlebihan yang dilakukan manusia atau manusia purba sebelum kita, Homo neanderthalensis.
Namun, dalam kasus ini, sepertinya peningkatan suhu lah yang membunuh hewan-hewan raksasa ini. Para peneliti mencatat bahwa unicorn Siberia memiliki beberapa adaptasi ekstrem yang membatasi pola makan mereka, jadi ketika vegetasi mulai berubah, badak raksasa bertanduk satu ini tidak dapat berubah cukup cepat untuk bertahan hidup.
Ilustrasi Badak Sumatera. Foto: AFP/GOH CHAI HIN
“Tidak ada bukti sama sekali bahwa orang-orang ada hubungannya dengan itu (kepunahan). Anda tidak dapat mengesampingkannya, tetapi kami tidak memiliki hubungan arkeologi apa pun dari hewan ini dengan manusia dengan cara apa pun di situs mana pun yang diketahui sejauh ini,” ucap Adrian. “Lingkungan di mana hewan itu hidup tampaknya telah berubah cukup banyak pada waktu yang sama saat ia punah.”
ADVERTISEMENT
Di saat badak purba lain yang melahirkan garis keturunan antelop dan badak modern bertahan dari kepunahan dengan mengubah perilaku untuk makan makanan yang berbeda, unicorn Siberia tidak bisa.
Peneliti menjelaskan, berdasarkan sudut antara bagian belakang kepala dan langit-langit (tulang di langit-langit mulut), posisi kepala unicorn Siberia lebih rendah daripada badak modern. Bentuk fisik semacam ini memungkinkan mereka memakan tumbuh-tumbuhan yang sangat dekat dengan tanah. Namun, ketika makanannya menghilang karena perubahan iklim, unicorn Siberia juga ikut ‘menghilang’.
Para penulis menunjukkan bahwa kepunahan sangat mungkin terjadi karena unicorn Siberia memiliki jangkauan geografis yang sangat terbatas, ukuran populasi yang kecil, dan tingkat reproduksi yang rendah.
Kepunahan badak Elasmotherium tidak diikuti saudara jauhnya, Rhinocerotinae, kelompok badak yang mencakup badak modern. Ia mampu bertahan hidup di saat Elasmotherium punah.
ADVERTISEMENT
Peneliti menunjukkan, kedua kerabat hewan purba ini berpisah menjadi kelompoknya sendiri sekitar 43 juta tahun lalu. Meskipun mereka terlihat mirip secara sekilas, badak purba sebagian besar merupakan bagian dari kelompok hewan yang sangat terspesialisasi yang tidak dapat bertahan dari perubahan iklim yang besar.