Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Manusia Pigmi Modern di Flores Tak Ada Hubungan Genetis dengan Hobbit
5 Agustus 2018 13:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Pulau Flores yang terletak di Nusa Tenggara Timur, merupakan rumah bagi manusia purba Homo floresiensis yang punya ukuran tubuh kerdil. Mereka sering disebut pigmi karena memiliki ukuran tubuh kurang dari 150 centimeter. Ada pula yang menyebutnya 'Hobbit' jika dikaitkan dengan karakter fiktif di novel.
ADVERTISEMENT
Selama ini kita mengenal ada manusia purba Homo floresiensis yang hidup di Flores sekitar 190.000 hingga 50.000 tahun silam. Julukan manusia Hobbit itu sendiri, diberikan karena tubuh mereka hanya memiliki tinggi 106 centimeter.
Manusia pigmi di Flores itu sendiri ternyata bukan cuma Homo floresiensis yang sudah punah. Manusia pigmi modern kini masih hidup di Flores.
Manusia pigmi modern itu menempati desa Rampasasa, Kabupaten Manggarai. Uniknya, desa ini dekat dengan gua Liang Bua, tempat ditemukannya fosil Homo floresiensis pada tahun 2004. Saat ini, orang dewasa di Rampasasa hanya memiliki tinggi rata-rata 147 sentimeter.
Serena Tucci, peneliti dari Department of Ecology and Evolutionary Biology, Princeton Universty, Amerika Serikat, bersama dengan peneliti lain dari berbagai negara, melakukan penelitian terhadap DNA dari 32 manusia pigmi di Rampasasa.
ADVERTISEMENT
Dalam hasil studi yang diterbitkan di jurnal Science edisi Agustus 2018, ditemukan fakta bahwa manusia pigmi modern Rampasasa ternyata tidak memiliki hubungan genetis sama sekali dengan Homo floresiensis.
“Tidak ada tanda-tanda gen Hobbit (Homo floresiensis) pada orang Rampasasa yang hidup saat ini," kata Richard Green yang juga terlibat dalam studi ini dalam pernyataan resminya.
Studi ini juga menunjukkan bahwa penyebab dari tubuh pendek kedua kelompok manusia pigmi tersebut adalah karena makanan mereka. Mereka menemukan adanya bukti seleksi pada gen yang disebut dengan fatty acid desaturase (FADs).
Perubahan bentuk tubuh pada makhluk hidup yang berada di pulau yang terisolasi adalah peristiwa yang wajar.
Hal ini disebabkan karena sumber makanan yang terbatas dan predator pun tidak terlalu banyak. Bukan hanya manusia , gajah pun mengalami pengkerdilan di Flores.
ADVERTISEMENT
“Pulau adalah tempat yang sangat istimewa untuk evolusi (makhluk hidup),” kata Tucci. "Proses dwarfisme insular, menyebabkan mamalia menjadi lebih kecil."