Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Lebaran adalah momen terbaik untuk bermaaf-maafan. Saudara, teman, serta handai taulan, saling mengulurkan tangan, berpelukan, menyingkirkan rasa tidak senang atau permusuhan di hati.
ADVERTISEMENT
Manfaat dari saling memaafkan ini ternyata luar biasa. Sebuah riset yang dipublikasikan di Journal of Health Psychology, menemukan bahwa memberi maaf, baik bagi diri sendiri atau pada orang lain, serta punya manfaat positif bagi tubuh. Memberi maaf bisa melindungi seseorang dari stres dan terhindar dari bahaya pada kesehatan mental.
Dalam riset ini, tim peneliti mempelajari dampak dari stres pada kesehatan mental seseorang. Mereka juga mempelajari bagaimana kesehatan mental seseorang yang pemaaf jika dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Untuk itu, para peneliti mempelajari 148 orang dewasa. Para responden diminta memberi jawaban untuk menilai tingkat stres mereka, kecenderungan untuk memaafkan, dan kesehatan mental serta fisiknya.
Riset menemukan adanya hubungan antara orang yang sering mengalami stres memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih buruk. Tapi, para peneliti juga menemukan bahwa pada orang yang mudah memaafkan, baik diri mereka dan orang lain, hubungan itu menghilang.
ADVERTISEMENT
"Hubungan itu nyaris menghilang, secara statistik tidak ada," ujar pemimpin riset Loren Toussaint, seperti dilansir Time. "Jika Anda tidak memiliki kecenderungan untuk memaafkan, Anda merasakan efek langsung dari stres. Anda tidak memiliki pelindung dari stres itu."
Sayangnya, para peneliti tidak mengetahui bagaimana kepribadian mudah memaafkan bisa melindungi seseorang dari efek buruk stres. Para peneliti menduga bahwa orang yang pemaaf mungkin memiliki kemampuan untuk mengatasi stres yang lebih baik. Atau reaksi mereka terhadap faktor penyebab stres lebih "tumpul".
Patut kita pahami juga bahwa riset ini terbilang riset kecil. Respondennya hanya 148 orang saja. Artinya, perlu riset lebih dalam untuk benar-benar memahami manfaat menjadi seseorang yang pemaaf.
Meski begitu, Toussaint mengatakan bahwa ia mempercayai kalau memberi maaf bisa dipahami untuk dimanfaatkan. Menurutnya, banyak ahli terapi yang menggunakan rasa memaafkan dalam terapi.
ADVERTISEMENT
"Memaafkan mengambil hubungan buruk antara stres dan sakit mental lalu membuatnya menjadi tidak ada," kata Toussaint. "Saya pikir kebanyakan orang ingin merasa nyaman dan baik, memaafkan memberi kesempatan untuk melakukannya."