Mata Wanita Ini Terinfeksi Cacar Sapi dari Kucing Peliharaannya, Kok Bisa?

14 Juni 2021 8:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memahami bahasa kucing. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memahami bahasa kucing. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Jika memelihara kucing di rumah, kamu harus selalu mencuci tangan dengan sabun setiap pasca-memegang hewan kesayanganmu. Jangan lalai dengan tugas sederhana tersebut, apabila tak mau bernasib sama dengan perempuan Inggris satu ini.
ADVERTISEMENT
Wanita yang identitasnya dirahasiakan ini mengalami iritasi hebat pada mata akibat virus langka cacar sapi. Infeksi tersebut tertular dari kucing peliharaannya.
Ia pergi ke unit gawat darurat rumah sakit setelah mata kanannya mengalami iritasi merah dan keluar cairan. Gejala tersebut berlangsung selama lima hari.
Mata kanan seorang perempuan di Inggris mengalami infeksi akibat cacar sapi yang ditularkan dari kucing peliharaannya. Foto: Miles Kiernan dan Nikolaos Koutroumanos via NEJM
Upaya pengobatan infeksi mata pada umumnya, seperti memberi antibiotik dan antivirus, tidak berhasil. Simtomnya semakin parah hingga pasien mengalami selulitis orbita, infeksi pada lemak dan otot di sekitar mata yang dapat menyebabkan jaringan matanya mengalami nekrosis atau mati.
"Kekhawatiran kami adalah infeksi akan merusak penglihatannya secara permanen, atau mungkin menyebar di luar orbit (rongga mata)," terang Dr. Miles Kiernan, dokter mata Royal Free Hospital di Inggris, yang menangani pasien, seperti dikutip Live Science.
ADVERTISEMENT
Kucing peliharaan si perempuan itu menjadi petunjuk di balik infeksi matanya. Pasien mengaku kepada dokternya bahwa dua minggu sebelumnya kucingnya mengalami luka di kaki dan kepalanya.
Luka pada kaki kucing peliharaan milik seorang wanita Inggris yang positif cacar sapi. Foto: Miles Kiernan dan Nikolaos Koutroumanos via NEJM
Sampel lesi (luka kulit) dan mata pasien kemudian diteliti dan hasilnya positif orthopoxvirus, keluarga virus yang mencakup virus variola (cacar), virus cacar sapi, dan virus cacar monyet. Setelah sekuens genetik dilakukan untuk analisis lebih lanjut, infeksi mata pasien terkonfirmasi diakibatkan cacar sapi.
Meski namanya cacar sapi, penyakit ini juga dapat menginfeksi banyak spesies, termasuk kucing dan manusia. Menurut Merck Veterinary Manual, cacar sapi jarang menjangkiti sapi dan inang utamanya adalah hewan pengerat.
Dr. Kiernan mengatakan, kucing dapat terinfeksi ketika membunuh hewan pengerat yang membawa cacar sapi. Penularan zoonosis dari kucing ke manusia jarang terjadi dan risikonya bisa dikurangi dengan tindakan kebersihan, seperti mengenakan sarung tangan saat memegang luka hewan.
ADVERTISEMENT
Sementara manusia dapat terinfeksi cacar sapi melalui kontak langsung dengan luka akibat infeksi pada kulit kucing. Dr. Kiernan menduga mata pasiennya terinfeksi saat tengannya menyentuh atau menggosok matanya setelah membelai kucing kesayangannya.
Mata kanan seorang perempuan di Inggris mengalami infeksi akibat cacar sapi yang ditularkan dari kucing peliharaannya. Foto: Miles Kiernan dan Nikolaos Koutroumanos via NEJM
Dr. Kiernan dan koleganya belum pernah melihat kasus infeksi cacar sapi pada mata dan hanya sedikit kasus yang pernah dilaporkan dalam jurnal medis. Kasus tersebut juga menyebut infeksi sulit untuk diobat.
Sejumlah ahli biologi terkemuka dan spesialis penyakit menular merekomendasikan Dr. Kiernan dan koleganya melakukan pengobatan denan tecovirimat, obat anti-orthopoxvirus untuk mengobati cacar, termasuk cacar sapi. Sayangnya, obat tersebut tidak tersedia di Inggris, sehingga tim dokter perlu mendapatkannya dari lembaga pemerintah Strategic National Stockpile di AS.
Perempuan tersebut menerima pengobatan tecovirimat dalam waktu lama dan harus melalui pembedahan untuk mengangkat jaringan mati di sekitar matanya. Perawatan ini berhasil membersihkan infeksinya dan pasien kembali memiliki penglihatan di mata kanannya enam bulan kemudian, meski kelopaknya turun dan gerakan mata sedikit terganggu akibat pengangkatan jaringan mati di sekitar matanya.
ADVERTISEMENT
Studi kasus ini sudah ditulis dalam jurnal ilmiah The New England Journal of Medicine (NEJM) pada 5 Juni 2021.