news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Material Pasir Ini Lebih Tua dari Bumi dan Matahari

26 Agustus 2022 10:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batuan dari formasi geologi Jack Hills, Australia, berusia 4,4 miliar tahun. Foto: James St. John
zoom-in-whitePerbesar
Batuan dari formasi geologi Jack Hills, Australia, berusia 4,4 miliar tahun. Foto: James St. John
ADVERTISEMENT
Siapa pemegang rekor material tertua di Bumi?
Jika pertanyaannya dipersempit menjadi khusus material atau batuan yang terbentuk di Bumi, maka jawabannya adalah mineral di formasi geologi Jack Hills, Australia, yang berusia 4,4 miliar tahun. Rekor selanjutnya dipegang Acasta Gnein, kompleks geologi di Kanada yang berusia kekitar 4 miliar tahun, 6 ratus juta tahun setelah terbentuknya bumi.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika definisinya diperluas menjadi batu yang berasal dari luar Bumi tapi berada di Bumi?
Maka jawabannya dipegang oleh meteorit Murchison. Meteor seberat 100 kilogram ini ditemukan setelah menciptakan bola api terang di Australia pada 1969. Berdasarkan analisis ilmuwan individual, pasir yang terperangkap di dalam meteorit ini berusia hingga 7 miliar tahun, lebih tua dari Bumi dan Matahari, dan seisi Tata Surya.
Pasir yang kemudian diberi nama “presolar grain” ini sekitar 60 persennya berusia 4,6 miliar tahun, dan 10 persennya berusia 5,6 miliar tahun. Butiran pasir tersebut hanya berukuran 2 hingga 3 mikrometer (1 milimeter = 1.000 mikrometer).
Bulir pasir di meteor Murchison berusia lebih 7 miliar tahun, menjadikannya material tertua di bumi. Foto: Janaina N. Avila/Handout via REUTERS
Skenarionya adalah batuan ini berasal dari Tata Surya. Meteor ini, lebih spesifiknya butiran kuno “presolar grain”, berasal dari debu bintang (stardust) yang dilontarkan bintang lain di Bimasakti sebelum Matahari terbentuk.
ADVERTISEMENT
Ketika Matahari dan Tata Surya terbentuk, debu asing tadi berada di tempat yang tepat dan waktu yang tepat, terperangkap dan menjadi batuan di antara komet dan asteroid —yang kemudian menjadi meteor Murchison.
Kondisi luar angkasa memungkinkan pengawetan batuan. Berbeda di Bumi yang mengalami pelapukkan, luar angkasa yang hampa memungkinkan material utuh hingga jutaan bahkan miliaran tahun.
Batuan luar angkasa dapat mempertahankan bentuk mineralnya. Tidak hanya itu, ada ‘sidikjari kosmik' yang memungkinkan ilmuwan dapat mengestimasi usianya.
“Meskipun telah bekerja pada meteorit Murchison dan “presolar grain” selama hampir 20 tahun, saya masih terpesona bahwa kita dapat mempelajari sejarah galaksi kita dengan batu,” tambahnya, seperti dikutip Reuters.
Meteor Murchison, meteorit seberat 100 kilogram yang mendarat di Australia tahun 1969. Foto: The National Museum of Natural History
Peneliti menentukan usia dari pasir dengan perhitungan akumulasi dampak eksposur radiasi kosmik (cosmic rays). Sinar ini memborbardir material, dan meninggalkan jejak yang terakumulasi dengan kecepatan yang konstan, sehingga memungkinkan untuk menjadi variabel estimasi waktu.
ADVERTISEMENT
Namun, metode tersebut meninggalkan rentang eror yang besar.
Makalah penelitian diterbitkan di jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences per 28 Januari 2020.