Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
ADVERTISEMENT
Siapa pemegang rekor material tertua di Bumi ?
Jika pertanyaannya dipersempit menjadi khusus material atau batuan yang terbentuk di Bumi, maka jawabannya adalah mineral di formasi geologi Jack Hills, Australia, yang berusia 4,4 miliar tahun. Rekor selanjutnya dipegang Acasta Gnein, kompleks geologi di Kanada yang berusia kekitar 4 miliar tahun, 6 ratus juta tahun setelah terbentuknya bumi.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika definisinya diperluas menjadi batu yang berasal dari luar Bumi tapi berada di Bumi?
Maka jawabannya dipegang oleh meteorit Murchison. Meteor seberat 100 kilogram ini ditemukan setelah menciptakan bola api terang di Australia pada 1969. Berdasarkan analisis ilmuwan individual, pasir yang terperangkap di dalam meteorit ini berusia hingga 7 miliar tahun, lebih tua dari Bumi dan Matahari, dan seisi Tata Surya.
Skenarionya adalah batuan ini berasal dari Tata Surya. Meteor ini, lebih spesifiknya butiran kuno “presolar grain”, berasal dari debu bintang (stardust) yang dilontarkan bintang lain di Bimasakti sebelum Matahari terbentuk.
ADVERTISEMENT
Ketika Matahari dan Tata Surya terbentuk, debu asing tadi berada di tempat yang tepat dan waktu yang tepat, terperangkap dan menjadi batuan di antara komet dan asteroid —yang kemudian menjadi meteor Murchison.
Kondisi luar angkasa memungkinkan pengawetan batuan. Berbeda di Bumi yang mengalami pelapukkan, luar angkasa yang hampa memungkinkan material utuh hingga jutaan bahkan miliaran tahun.
Batuan luar angkasa dapat mempertahankan bentuk mineralnya. Tidak hanya itu, ada ‘sidikjari kosmik' yang memungkinkan ilmuwan dapat mengestimasi usianya.
“Meskipun telah bekerja pada meteorit Murchison dan “presolar grain” selama hampir 20 tahun, saya masih terpesona bahwa kita dapat mempelajari sejarah galaksi kita dengan batu,” tambahnya, seperti dikutip Reuters.
Peneliti menentukan usia dari pasir dengan perhitungan akumulasi dampak eksposur radiasi kosmik (cosmic rays). Sinar ini memborbardir material, dan meninggalkan jejak yang terakumulasi dengan kecepatan yang konstan, sehingga memungkinkan untuk menjadi variabel estimasi waktu.
ADVERTISEMENT
Namun, metode tersebut meninggalkan rentang eror yang besar.
Makalah penelitian diterbitkan di jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences per 28 Januari 2020.