Mbah Rono: Tidak Ada Istilah Lahar Panas dan Lahar Dingin

28 November 2017 17:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lahar (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Lahar (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Di tengah ramainya berita erupsi Gunung Agung yang sampai sekarang masih berstatus Awas, ahli vulkanologi Surono menjelaskan adanya salah kaprah dalam penyebutan istilah lahar.
ADVERTISEMENT
Mbah Rono, sapaan akrab Surono, mengatakan bahwa tidak ada istilah lahar panas maupun lahar dingin. Lahar sendiri adalah aliran material vulkanik yang biasanya berupa campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng gunung-gunung berapi.
“Di istilah ilmiah, lahar itu hanya ada dua. Lahar letusan dan lahar hujan,” ujar Mbah Rono kepada kumparan (kumparan.com), Senin (27/11).
Mantan Kepala Badan Geologi dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) itu menjelaskan, lahar letusan adalah lahar campuran antara material padat dan cari yang keluar dari suatu gunung berapi.
“Misalnya gunung api mempunyai kawah, kawahnya berisi air, seperti Kelud. Begitu meletus, airnya terangkat, terlontarkan bercampur dengan material. Terus kemudian tersebar ke semua arah. Itu namanya lahar letusan. Lahar letusan pasti panas,” papar Mbah Rono.
ADVERTISEMENT
Lahar (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Lahar (Foto: Wikimedia Commons)
Adapun lahar hujan adalah campuran antara material letusan gunung api, seperti kerikil, kerakal halus, hingga batu-batuan besar ataupun endapan awan panas, dengan air hujan yang kemudian mengalir bergerak mengikuti lereng.
“Itu namanya lahar hujan. Lahar hujan itu bisa panas kalau yang tercampur dengan air hujan adalah endapan awan panas,” jelas Mbah Rono.
“Lahar hujan menjadi dingin kalau endapan yang menjadi lahar yang bercampur dengan air hujan itu bukan endapan awan panas,” imbuhnya lagi.
Meski ada lahar hujan yang dingin ataupun panas, ia menekankan tidak ada kata “lahar panas” dan “lahar dingin” dalam istilah keilmuan gunung api. Semuanya itu tetap disebut lahar hujan.
“Jadi lahar itu hanya ada lahar hujan dan lahar letusan,” tegas pria yang kini menjadi staf ahli Kementerian ESDM Bidang Kebencanaan itu.
ADVERTISEMENT