Mbah Rono Yakin Dentuman di Jabodetabek Berasal dari Erupsi Anak Krakatau

11 April 2020 8:34 WIB
Ilustrasi Gunung Anak Krakatau Muntahkan Abu Vulkanik. Foto: Dok. Humas BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gunung Anak Krakatau Muntahkan Abu Vulkanik. Foto: Dok. Humas BNPB
ADVERTISEMENT
Warga di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, hingga Bekasi mendengar suara dentuman misterius sekitar pukul 02.00 WIB hingga pagi hari, pada Sabtu (11/4). Ahli vulkanologi yang juga mantan Kepala Badan Geologi dan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono alias Mbah Rono, menyebut suara dentuman itu berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi dari situs MAGMA Indonesia (magma.esdm.go.id), Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada pukul 22.35 WIB, Jumat (10/4). Tinggi kolom abu mencapai kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut. Erupsi tersebut terus terjadi sepanjang malam hingga suaranya bisa terdengar sampai Jabodetabek, menurut Mbah Rono.
“Malam hari yang sepi, semua mengisolasi diri, suara deru kendaraan lenyap terimbas corona. Maka tidak salah, dentuman GAK (Gunung Anak Krakatau) membahana, mengusir sepi. Itulah alam,” ujar Mbah Rono, kepada kumparan, Sabtu (11/4).
Mbah Rono menambahkan, hal itu merupakan fenomena alam biasa yang tidak perlu ditakuti. Gunung Anak Krakatau diibaratkan sebagai anak-anak yang ingin cepat tinggi dan besar, sehingga harus bergerak dinamis dengan cara meletus, melontarkan material pijar, kilatan petir, dan suara seperti pesawat terbang akan lepas landas.
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Sabtu (11/8). Foto: Dok. PVMBG
Ia juga bercerita, dirinya pernah dipanggil mantan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, karena kekhawatiran masyarakat yang mendengar suara dentuman Anak Krakatau setiap malam.
ADVERTISEMENT
“Saya jawab, siang juga ada dentuman, tidak terdengar karena bising kendaraan, dll. Idem saat ini, mobil-mobil tidur di garasi, suara dentuman GAK mengusir sepi. Tidak perlu takut, kita negara yang banyak memiliki gunung api,” lanjutnya.
Berbeda pendapat dengan Mbah Rono, Kepala Bidang Gunung Api PVMBG, Hendra Gunawan, membantah jika suara tersebut berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Hendra mengatakan tak ada suara dentuman yang terdengar dari pos pemantauan Anak Krakatau.
"Letusannya itu kecil. Jadi bayangkan, kalau letusan kecil, dari pos enggak kedengaran, bisa kedengaran sampai Depok-Bogor enggak? Ini cuma sekitar 500 meter letusannya," kata Hendra kepada kumparan, Sabtu (11/4).
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Sabtu (11/8). Foto: Dok. PVMBG
Menurut Hendra, untuk bisa terdengar di jarak sejauh itu, dibutuhkan letusan yang tinggi dari Gunung Anak Krakatau. Padahal, kata dia, saat ini letusan Gunung Anak Krakatau tidak terlalu besar dan hanya bersifat strombolian atau ringan.
ADVERTISEMENT
Menanggapi perkara jarak, Mbah Rono sendiri berpendapat gelombang suara merambat bergantung pada tekanan udara yang bisa tidak sama di tiap daerah atau lokasi. Ini menyebabkan banyak warga Banten tidak mendengar suara dentuman tersebut, yang notabene lebih dekat dengan Anak Krakatau.
Menurut data PVMBG, Gunung Anak Krakatau telah mengalami 106 kali erupsi sepanjang 2019, dengan intensitas gempa tercatat paling banyak 80 kali dalam sehari.
Sejarah mencatat, Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api muda yang muncul dalam kaldera pasca-erupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau. Aktivitas erupsi usai pembentukan Anak Krakatau dimulai sejak 1927, pada saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut.
Tubuh Anak Krakatau lantas muncul ke permukaan laut sejak tahun 1929. Hingga sekarang, Gunung Anak Krakatau berada dalam fase konstruksi, yakni terus menerus membangun tubuhnya hingga besar.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!