Mekanisme Kerja GeNose: Tidak Deteksi Virus tapi Screening VOC

20 Februari 2021 16:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, menyampaikan paparan saat rapat kerja bersama Komisi VII DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (26/11). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro, menyampaikan paparan saat rapat kerja bersama Komisi VII DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (26/11). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Alat screening COVID-19 GeNose C19 resmi diluncurkan oleh Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro, dalam acara launching GeNose untuk Kepariwisataan Indonesia secara virtual, Jumat (19/2).
ADVERTISEMENT
GeNose sendiri adalah alat yang diklaim dirancang untuk mengetahui seseorang yang terpapar COVID-19 melalui media embusan napas. Ia dikembangkan oleh ilmuwan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dipimpin Prof Kuwat Triyana, Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM.
Teknologi GeNose masuk kategori breathalyzer, yakni alat mendeteksi paparan virus melalui sampel embusan napas. GeNose bekerja dengan cara mengenali senyawa metabolit Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk dari orang yang sudah terinfeksi COVID-19 hanya melalui sampel napas.
Napas orang diambil ke dalam kantong udara khusus kemudian diindera melalui sensor-sensor dan diolah datanya dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk pendeteksian dan pengambilan keputusan.
Dengan begitu, GeNose tidak mendeteksi virus corona SARS-CoV-2 yang ada di dalam tubuh pasien. Melainkan, mengenali atau screening senyawa VOC dari embusan napas orang yang terinfeksi corona.
ADVERTISEMENT
“GeNose ini tidak didesain untuk mendeteksi virus. Jadi ini penting sekali untuk diluruskan. Bukan mendeteksi virus, tetapi alat ini bisa mendeteksi orang yang sudah terpapar virus,” kata Bambang Brodjonegoro, Menristek/Ka. BRIN, dalam konferensi pers yang berlangsung virtual, Jumat (19/2).
“VOC inilah yang menentukan orang sudah terpapar virus atau tidak. Pertanyaannya, bagaimana alat ini bisa menganalisa VOC ini terpapar virus atau tidak? Kebetulan, menariknya alat ini sudah menggunakan teknologi revolusi industri ke-4, menggunakan kecerdasan buatan (AI).”
Adapun kelebihan dari AI adalah machine learning, yakni mesin yang tidak pernah berhenti belajar. Dalam artian, ketika GeNose dijalankan, ia akan terus meng-update keakuratannya. Salah satu caranya adalah dengan mengumpulkan data-data yang sudah disimpan. Semakin sering GeNose digunakan, maka dia akan semakin akurat.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti menyambungkan kantong berisi hembusan nafasnya dengan alat GeNose C19 di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO

Cara menggunakan GeNose:

ADVERTISEMENT
Penggunaan alat GeNose didesain agar bisa digunakan dengan mudah dan efisien, serta tidak hanya bisa digunakan oleh tim medis dan non medis. Ke depan, tim UGM sudah punya sejumlah rencana untuk pengembangan GeNose. Pertama semua data yang ada di Indonesia nantinya akan langsung dikirim ke Central di UGM untuk dilakukan pengujian ulang apakah program perlu di-update atau tidak.
Kedua, tim UGM akan membuat alat khusus penyimpan data supaya penggunaan GeNose tidak lagi membutuhkan laptop sebagai pembantu analisa.
“Rencananya tim GeNose ke depan akan membuat alat khusus sehingga tidak perlu tambah laptop, dan dengan alat ini nanti data-data lebih gampang terkumpul di central datanya,” ujar Bambang.