Melestarikan Alam dan Satwa Indonesia dengan Fotografi

26 Agustus 2021 19:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan Sungai Kampar dari, dipotret dari atas. Foto: Restorasi Ekosistem Riau (RER).
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan Sungai Kampar dari, dipotret dari atas. Foto: Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Menjepret momen sambil melestarikan alam, memang bisa?
Inilah yang menjadi motivasi dua sosok yang memiliki profesi berbeda, tetapi memiliki passion yang sama. Mereka adalah Regina Safri, perempuan yang telah malang melintang di dunia fotografi sejak 16 tahun lalu, dan Prayitno Goenarto, seorang ekologis di program restorasi ekosistem hutan rawa gambut terbesar di Sumatera, Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Kecintaan pada alam dan isinya membuat mereka tak gentar keluar masuk hutan demi menyalurkan hobi lewat tangkapan lensa kamera. Regina, yang dikenal banyak menghasilkan karya fotografi di alam lepas mengatakan, profesi ini secara tak langsung juga menyuarakan untuk menjaga keberlangsungan alam di sekitar kita.
Lewat imaji, masyarakat dapat diingatkan kembali bahwa kita hidup bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang hidup di alam bebas. Lewat jepretan kameranya, Regina ingin bercerita bahwa kita harus bersama-sama menjaga keindahan keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini.
Tak heran, perempuan yang kerap disapa Rere kini juga menulis buku dan bergiat dalam pelestarian alam. Sampai hari ini, Rere telah menerbitkan dua buku foto yang memiliki tujuan untuk mengedukasi generasi muda tentang pentingnya alam dan satwa liar serta tumbuhan yang hidup di dalamnya.
“Buku yang saya buat semua dari kantong saya sendiri. Tujuannya sederhana, hanya ingin memberikan edukasi bagi adik-adik di sekolah, generasi milenial, generasi muda semuanya untuk sadar tentang keberlangsungan alam. Apalagi mereka yang ada di kota, jauh sekali dari alam. Ini cara saya mendukung pelestarian alam,” ucap Rere dalam kelas virtual bertajuk “Wildlife Photography in Times of Pandemic: Hobby, Adventure, and Career” yang diselenggarakan Kompas Festival 2021, Jumat (20/8).
Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus). Foto: Prayitno Goenarto, RER.
Berbeda dengan Rere, Prayitno adalah seorang ahli ekologi di program Restorasi Ekosistem Riau (RER). Sebagai pekerja yang sehari-harinya berada di hutan, memotret berbagai spesies satwa menarik adalah hal yang biasa dilakukan Prayitno.
Hobinya di bidang fotografi membuatnya terbiasa mendokumentasikan satwa-satwa liar lewat lensa, khususnya burung, yang mana hasilnya digunakan sebagai bukti ilmiah dan dijadikan referensi dalam berbagai publikasi yang dikeluarkan oleh RER.
“Gambar yang saya ambil memang banyak diperuntukkan untuk kajian RER. Upaya ini dapat mendukung pelestarian alam, karena dapat menjadi penunjang data penelitian ilmiah mengenai satwa tertentu. Selain itu, melalui foto masyarakat dunia juga jadi tahu, ‘Oh, Indonesia itu seperti ini’,” ujarnya.
Lebih dari itu, Prayitno mengatakan profesi ini dapat mempertemukan keindahan seni fotografi dengan cerita penting untuk menjaga alam, yang mana sesuai dengan passion-nya di bidang restorasi dan perlindungan alam.
“Lewat fotografi satwa liar, kita dapat meningkatkan minat publik terhadap inisiatif pelestarian alam. Kita bisa meningkatkan minat dan awareness masyarakat mengenai konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia,” ujarnya.

Restorasi Ekosistem Riau (RER) dan kontribusi pelestarian alam

Kegiatan kontrol dan pemantauan spesies burung di wilayah RER. Foto: Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Salah satu bukti nyata upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang dapat ditemukan di Indonesia adalah Restorasi Ekosistem Riau (RER). RER merupakan program restorasi ekosistem terbesar di pulau Sumatra; juga memberikan perlindungan bagi berbagai spesies yang menjadi perhatian.
RER merupakan program restorasi ekosistem hutan rawa gambut yang diinisiasi oleh Grup APRIL, salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia yang beroperasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau. RER merupakan bagian dari komitmen keberlanjutan perusahaan penghasil produk “PaperOne” tersebut dalam implementasi pendekatan produksi-proteksi yang mengacu pada Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0.
Grup APRIL termasuk bagian dari Grup Royal Golden Eagle (RGE) yang mengelola sekelompok perusahaan manufaktur berbasis sumber daya alam (SDA) dan beroperasi secara global. Melalui RER, Grup APRIL berkomitmen melindungi, merestorasi, dan mengelola ekosistem hutan rawa gambut yang memiliki nilai ekologi penting. Tak hanya itu, RER turut andil dalam menjaga stok karbon dan melestarikan keanekaragaman hayati di area konsesi seluas lebih dari 150.000 hektare (ha) di Provinsi Riau. Besaran lahan tersebut berada di Semenanjung kampar dan Pulau Padang, yang setara dengan luas kota London.
Sampai 2020, sebanyak 823 spesies flora dan fauna tercatat hidup kawasan restorasi ini. Jika dirinci, terdapat 76 spesies mamalia, 308 spesies burung, 101 spesies amfibi dan reptil, 192 spesies pohon, 89 spesies ikan, serta 57 spesies serangga (Odonata). Dari jumlah itu, sebanyak 66 spesies tercatat di Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) sebagai spesies yang perlu mendapatkan perhatian konservasi.
Salah satu kegiatan penting yang dilakukan RER adalah mengkaji kondisi hutan untuk merumuskan strategi restorasi ekosistem yang tepat. Dan, salah satu aspek yang dikaji adalah kehidupan liar yang ada di dalamnya. Inilah juga yang menjadi pekerjaan dari Prayitno sebagai tim ekologi RER.
Dalam kelas virtual ini, Prayitno juga menyelipkan informasi penting mengenai hutan gambut yang merupakan fokus program restorasi ekosistem RER. Hutan gambut menyimpan karbon dalam jumlah yang besar, dan merupakan sumber air bersih yang dapat mendukung aktivitas masyarakat lokal yang berada di sekelilingnya. Berdasarkan Progress Report RER 2020, stok karbon area konsesi RER di Semenanjung Kampar tercatat sebesar 2,1 miliar ton.
“Dari angka sebesar itu, stok karbon yang ada di RER 97 persennya berada di bawah permukaan gambut. Maka dari itu, penting untuk menjaga seluruh aspek alam, bukan hanya yang terlihat oleh mata,” imbau Prayitno.
Semenanjung Kampar di Sumatra adalah salah satu area gambut terbesar di Asia Tenggara, sekaligus merupakan yang paling terancam. Foto: Restorasi Ekosistem Riau (RER).
Setuju dengan pendapat Prayitno, Rere yang kini sedang menempuh studi master jurusan studi Kajian Lingkungan di Universitas Indonesia juga berharap bahwa foto-foto yang dihasilkan oleh wildlife photographer dapat memperlihatkan sisi lain dari alam.
“Dengan melihat foto yang menginspirasi, semoga teman-teman bisa melihat sudut pandang lain bahwa alam ini harus dijaga bersama-sama. Pelestarian alam bisa dimulai dari rumah dan diri sendiri,” tukas Rere.
Ungkapan Rere merupakan cerminan dari apa yang juga dilakukan oleh RER. Untuk menyeimbangkan ekosistem, RER terus melakukan restorasi, pencegahan kebakaran dan berkolaborasi dengan masyarakat untuk memanfaatkan hutan dengan cara-cara yang lestari. Dengan kiat-kiat ini, segala bentuk kegiatan yang menggunakan sumber daya alam dapat lebih berkelanjutan (sustainable).
Mahout dan gajah di Lampung (2016). Foto: Regina Safri.
“Saya enggak foto-foto orang utan atau gajah saja. Pada beberapa kesempatan juga foto komunitas, tumbuh-tumbuhan, wilayah penangkaran dan rehabilitasi. Ini supaya masyarakat bisa memperluas sudut pandang yang lebih luas, supaya akhirnya sadar bahwa perlindungan dan pelestarian alam adalah tentang semuanya, tidak bisa dipisah atau dipilih-pilih,” tutup Rere.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Restorasi Ekosistem Riau (RER)