Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Melihat Langkah Antisipasi Swasta untuk Cegah Kebakaran Hutan di Indonesia
17 September 2021 8:58 WIB
·
waktu baca 4 menitSetiap tahunnya, kebakaran hutan dan lahan (karhutla ) menjadi bencana yang paling diwaspadai ketika musim kemarau datang. Langkah pencegahan seperti pemantauan dan deteksi dini yang masif pun menjadi salah satu kunci demi menghindari kerugian akibat bencana tahunan ini.
Pemantauan dipusatkan di sebaran titik panas (hotspot) dan titik api (firespot) yang ada di daerah rawan kebakaran pada musim kemarau. Di antaranya dengan mengoptimalkan patroli pemantauan, menggelar operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), hingga mengintensifkan program pencegahan berbasis masyarakat lewat Masyarakat Peduli Api (MPA)—paralegal yang diinisiasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Semua harus digerakkan untuk deteksi dini. Monitoring di area-area yang rawan hotspot. Manfaatkan teknologi untuk memonitoring dan pengawasan dengan sistem dashboard,” kata Presiden Jokowi dalam arahannya pada awal tahun ini.
Namun pemerintah seharusnya tidak bekerja sendiri. Pencegahan kebakaran akan lebih optimal bila dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat, termasuk peran aktif pihak swasta.
Contohnya dilakukan oleh Grup APRIL (Asia Pacific Resources International Limited), perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan produksi pulp dan kertas. Berlokasi di Pangkalan Kerinci, sekitar 70 km dari kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Grup APRIL (PT Riau Andalan Pulp and Paper/RAPP) selama ini memang dikenal sebagai perusahaan yang mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam operasionalnya.
Tak mengherankan bila produsen kertas “PaperOne” ini juga menerapkan kebijakan zero tolerance terhadap pembakar hutan. Mereka memiliki tim penanggulangan kebakaran yang dilengkapi peralatan mumpuni sebagai garda terdepan dalam pencegahan kebakaran.
Dalam membantu kerja tim pemadam kebakaran (firefighter), Grup APRIL memaksimalkan peran deteksi dini di seluruh konsesi hutan tanaman industri (HTI) yang dikelolanya. Perusahaan juga memiliki komitmen untuk mencegah kebakaran di kawasan masyarakat dalam radius 3 km dari batas perusahaan.
Selain itu, salah satu upaya deteksi dini kebakaran yang dilakukan APRIL adalah pemantauan intensif lewat Karhutla Monitoring System (KMS). KMS merupakan bagian dari Fire Command Centre (FCC) yang didirikan perusahaan sebagai pusat pemantauan kebakaran.
KMS menjadi ruang pemantauan yang dimiliki APRIL untuk mendeteksi dini titik api di wilayah pengelolaan HTI perusahaan maupun di sekitar batas perusahaan. Ruangan ini dilengkapi teknologi yang tersambung dengan 58 kamera CCTV di lapangan, drone, serta alat monitor cuaca yang dipasang di sejumlah titik di wilayah penanaman.
KMS juga selalu menyajikan data real time dari Sipongi, yakni aplikasi pendeteksi dini kebakaran hutan milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Lewat KMS, tim penanggulangan kebakaran dapat memantau hotspot dan firespot secara jarak jauh, serta menganalisa dan bergerak cepat untuk mengidentifikasi adanya asap atau kemungkinan titik api yang tidak teridentifikasi oleh tim lapangan.
Sebab dalam periode rawan kebakaran, operator di lapangan terkadang sulit memonitor secara jelas sehingga tim yang berjaga di KMS dapat membantu mengawasi dengan lebih efektif. Dengan begitu, KMS juga bisa disebut sebagai layer kedua dalam deteksi dini setelah pemantauan langsung di setiap estate (lokasi penanaman).
“Ruang Pemantauan ini sangat penting untuk mendeteksi kebakaran saat api masih kecil sehingga tim firefighter dapat merespons dengan cepat. Kami juga dapat memantau kondisi titik api di luar konsesi, dengan cara ini kami dapat menghentikan kebakaran memasuki konsesi kami,” jelas Head of Operation, Fire and Aviation Department APRIL Group, Ian Wevell.
Bukan hanya KMS, FCC juga memiliki dua fungsi lainnya, yakni sebagai posko komando tim respons cepat pengendalian kebakaran serta lokasi untuk peralatan pemadaman tambahan.
Fokus dalam penanggulangan kebakaran, Grup APRIL telah berinvestasi lebih dari USD 9 juta untuk sumber daya yang diperlukan. Termasuk untuk helikopter, airboat, 39 menara pengintai dan kamera pemantau, 521 pompa air, serta pelatihan personel dan relawan pemadam kebakaran.
“Kami juga menyiagakan 1.156 petugas pemadam kebakaran garda terdepan untuk menjinakkan api yang tiba paling awal di tempat kebakaran. Selain itu, dikerahkan pula 640 petugas pemadam kebakaran sekunder atau cadangan dan 480 petugas pemadam kebakaran dari masyarakat setempat,” kata Manajer Pencegahan dan Konservasi Kebakaran APRIL, Dani Sumitran.
Tak hanya fokus pada pemadaman kebakaran, APRIL juga melanjutkan program pencegahan karhutla berbasis komunitas lewat Desa Bebas Api atau Fire Free Village Program (FFVP). Tahun ini, FFVP melibatkan 17 desa di Kabupaten Siak dan Pelalawan, Provinsi Riau.
Dengan adanya FFVP, masyarakat tak hanya dapat mengendalikan wilayah tempat tinggalnya dari kebakaran, tetapi juga mampu menerapkan metode pertanian yang berkelanjutan dalam membuka lahan tanpa harus membakarnya (slash and burn).
Bukan tanpa alasan, berdasarkan informasi BNPB, 99 persen penyebab kebakaran ditengarai oleh ulah manusia. Mereka sengaja membakar lahan untuk alasan tertentu.
Sejak 1 Juli, Grup APRIL mengumumkan periode rawan kebakaran di seluruh wilayah konsesi dan pemasoknya yang berada di Provinsi Riau, hingga 30 September 2021. Sosialisasi ini dilakukan sebagai langkah antisipasi untuk mencegah terjadinya karhutla di musim Kemarau.
Saat periode rawan kebakaran terjadi, lewat FFVP Grup APRIL akan memberikan edukasi sekaligus bantuan pertanian berkelanjutan sehingga potensi terjadinya karhutla dapat ditekan.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan APRIL Group