Melihat Lebih Dekat Lahar Merah Gunung Islandia yang Erupsi Usai Tidur 900 Tahun

24 Maret 2021 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lava mengalir dari gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia 20 Maret 2021. Foto: SIGTRYGGUR JOHANNSSON/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Lava mengalir dari gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia 20 Maret 2021. Foto: SIGTRYGGUR JOHANNSSON/REUTERS
ADVERTISEMENT
Setelah tertidur selama kurang lebih 900 tahun, gunung berapi Fagradalsfjall di Islandia akhirnya menyemburkan lava pijar merahnya untuk pertama kali pada Jumat (19/3). Ia memuntahkan lava cair ke seluruh sisi tubuhnya dan mengakibatkan langit berubah menjadi berwarna merah.
ADVERTISEMENT
Sekitar empat jam setelah letusan awal pada 20.45 GMT (03.45 WIB), lahar menutupi sekitar satu kilometer persegi atau hampir 200 lapangan sepak bola. Salah seorang pendaki bernama Brjorn Steinekk mengabadikan letusan gunung berapi tersebut.
Sama seperti bencana letusan gunung berapi lainnya, ini memberikan dampak dan bahaya bagi masyarakat di sekitar gunung. Namun, tak sedikit para pengunjung gunung Fagradalsfjall yang justru menikmati pemandangan letusan tersebut.
Rekaman video yang diambil menggunakan drone tersebut memperlihatkan lahar merah yang mengalir dari salah satu sisi gunung Fagradalsfjall. Jalur tersebut tampak sangat menyala dan lahar tersebut mampu membentuk jalur api yang sangat rapi.
Ada banyak aliran lahar di seluruh sisi gunung. Setiap jalur lahar besar memecah jalan dan membentuk cabang-cabang jalur yang lebih kecil dengan sangat indah.
ADVERTISEMENT
“Ini sangat menakjubkan,” kata Ulvar Kari Johannsson, seorang pengunjung gunung Fagradalsfjall. “Baunya memang sangat tidak enak. Tapi yang menyenangkan bagi saya adalah warna merah jingganya jauh, jauh, lebih dalam dari yang diperkirakan.”
Badan Meteorologi Islandia (Icelandic Meteorological Office/IMO) mengatakan, bahwa letusan ini dianggap kecil dan aktivitas vulkanik sudah menurun sejak Kamis (18/3) malam. Lava pijar yang dimuntahkan saat letusan memiliki lebar sekitar 500 hingga 700 meter.
Aliran lahar diperkirakan tidak akan menimbulkan bahaya apa pun, termasuk penerbangan dari Bandara Internasional Keflavik Islandia dan kota nelayan Grindavik, meski keduanya hanya berjarak beberapa mil saja dari letusan.
“Saat ini, polusi gas diperkirakan tidak akan menimbulkan banyak ketidaknyamanan bagi masyarakat, kecuali yang dekat dari sumber letusan,” kata IMO. “Emisi gas akan dipantau dengan ketat.”
ADVERTISEMENT
Ahli geofisika Magnus Tumi Gudmundsson mengatakan kepada AFP bahwa letusan itu menandakan periode letusan baru, "yang mungkin berlangsung berabad-abad dengan letusan, mungkin berjarak 10 tahun hingga 100 tahun."
Islandia terkenal dengan aktivitas vulkaniknya. Negara ini memiliki 32 sistem vulkanik aktif, karena posisi pulau yang berada di atas punggung bukit Atlantik tengah, yang terbentuk sebagai akibat dari retakan raksasa di dasar laut di mana lempeng Amerika Utara dan Eurasia bergeser satu sama lain saat bergerak ke arah yang berlawanan.
Gerakan inilah yang dapat menyebabkan gempa bumi dan aliran besar batuan cair, yang dikenal sebagai magma, naik dengan cepat ke permukaan. Material yang meletus mendorong melalui retakan itu yang kemudian membentuk punggung bukit itu sendiri.
Lava mengalir dari gunung berapi di Semenanjung Reykjanes, Islandia 21 Maret 2021. Foto: SIGTRYGGUR JOHANNSSON/REUTERS
Letusan ini tidak berbahaya karena bersifat efusi, dengan lahar merembes keluar badan gunung dengan kecepatan tetap. Sementara letusan berbahaya biasanya bersifat menumpuk dan meledak keluar, seperti yang pernah terjadi pada gunung berapi Eyjafjallajökull di Islandia pada 2010 silam.
ADVERTISEMENT
Gunung Eyjafjallajökull melepaskan awan abu atau yang biasa disebut ‘wedhus gembel’ ke atmosfer. Gara-gara letusan itu, lalu lintas udara Eropa terhenti selama berminggu-minggu sampai abu mengendap.