Memahami Cesium 137, Jenis Radioaktif yang Ditemukan di Tangsel

15 Februari 2020 19:46 WIB
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melakukan pengecekan pada pakaian petugas yang baru saja ambil sampel tanah di lokasi penemuan limbah radioaktif Serpong, Sabtu (15/2). Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melakukan pengecekan pada pakaian petugas yang baru saja ambil sampel tanah di lokasi penemuan limbah radioaktif Serpong, Sabtu (15/2). Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Paparan radiasi radioaktif yang ditemukan di area tanah kosong Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, diketahui berjenis Cesium 137 atau Cs-137. Saat ini, Badan Pengawasan Tenaga Nuklir (BAPETEN) tengah menyelidiki dari mana bahan radioaktif itu berasal.
ADVERTISEMENT
Cesium sendiri sebenarnya merupakan unsur alami yang bisa dijumpai pada tanah, batu atau debu dengan konsentrasi rendah. Hanya saja, cesium alami atau Cs-133 hanya ada di lingkungan yang stabil.
Sementara Cs-137, bisa berasal dari reaktor nuklir atau merupakan produk sampingan dari pengujian senjata nuklir. Dalam laporan yang dimuat Agency for Toxic Substances and Disease Registry, AS, dijelaskan bahwa cesium tidak bereaksi keras dengan udara atau air. Senyawa ini umumnya sangat larut dalam air. Karena mudah terikat dengan klorida, Cs-137 biasanya hadir dalam wujud bubuk kristal, bukan dalam bentuk cairan murni.

Cs-137 punya manfaat sekaligus risiko medis

Dilansir laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat, Cesium-137 sengaja diproduksi salah satunya untuk dimanfaatkan dalam perangkat medis. Dalam dunia kedokteran, Cs-137 banyak diperuntukkan sebagai terapi radiasi yang mampu mengobati penyakit kanker.
ADVERTISEMENT
Meski bermanfaat secara medis, paparan cesium-137 juga bisa menimbulkan bahaya. Berkaca pada insiden nuklir yang terjadi di Rusia pada 1950-an, kontaminasi radioaktif membuat orang-orang terpapar CS-137 hampir setiap hari meski dalam jumlah yang relatif kecil.
Cs-137 yang berasal dari bencana nuklir atau ledakan bom atom memang tak dapat dilihat secara kasat mata, namun ia hadir dalam wujud debu dan puing-puing dari reruntuhan. Jika dalam jumlah yang besar, paparan eksternal Cs-137 bisa menyebabkan luka bakar, penyakit radiasi akut bahkan hingga kematian.
Paparan Cs-137 juga dapat meningkatkan risiko kanker karena paparan radiasi gamma berenergi tinggi. Ini karena paparan internal Cs-137, melalui konsumsi atau inhalasi, memungkinkan bahan radioaktif bisa didistribusikan ke jaringan lunak, terutama jaringan otot sehingga meningkatkan risiko kanker.
ADVERTISEMENT

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan paparan radiasi Cs-137?

Abdul Qohhar selaku Kabag Komunikasi Publik dan Protokol BAPETEN menjelaskan, langkah yang paling mudah untuk menghilangkan radiasi radioaktif adalah dengan memindahkan sumber radiasinya.
“Itulah mengapa dilakukan pengambilan sumber maupun pengerukan tanah (untuk kasus di Tangsel). hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan paparan ke nilai normal,” terangnya, kepada kumparanSAINS.
Paparan radiasi, imbuh Abdul, secara alami bisa menghilang dan berkurang dengan sendirinya. Seperti yang ia jelaskan, seluruh radionuklida (isotop dari zat radioaktif) memiliki apa yang disebut dengan waktu paruh. Artinya begini, dalam waktu paruh tersebut kekuatan zat radioaktif tertentu akan menjadi berkurang atau menjadi setengahnya.
Ilustrasi zat radioaktif. Foto: minka2507 via pixabay
Waktu paruh ini bisa berbeda-beda, menurut Abdul, ada yang berperiode detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, bahkan jutaan tahun.
ADVERTISEMENT
“Untuk Cs-137, waktu paruhnya 30 tahunan, artinya misal sekarang kekuatan barang ini saat ini bernilai 10, maka 30 tahun mendatang akan berkurang menjadi 5 lalu 30 tahun berikutnya jadi menjadi 2,5,” paparnya.
Dengan penemuan paparan radiasi Cs-137 ini, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah turun tangan melakukan clean up area yang terpapar radiasi di depan Kompleks Perumahan Batan Indah pada Sabtu (15/2). Clean up area merupakan upaya pertama yang sangat penting untuk menyelamatkan masyarakat dan lingkungan dari paparan radiasi.
BAPETEN juga melakukan upaya pengerukan tanah di lahan kosong Perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, tempat ditemukannya radioaktif jenis Cs-137. Pengerukan itu dilakukan untuk mencegah penyebaran radiasi. Selain tanah, BAPETEN juga sudah mengecek air di sekitar lokasi. Beruntung, mereka tidak menemukan kontaminasi radioaktif Cs-137 bisa larut dalam air.
Gegana Polri sisil Lokasi Paparan Radioaktif di Perumahan Batan Indah, Sabtu (15/2). Foto: Andreas Ricky Febrian/kumparan
Radiasi radioaktif ditemukan ketika BAPETEN melakukan uji fungsi rutin pemantauan radioaktivitas lingkungan di area Jabodetabek pada 30 hingga 31 Januari 2020 lalu. Uji fungsi dilakukan di wilayah Pamulang, Perumahan Dinas Puspitek, Daerah Muncul dan Kampus ITI, Perumahan Batan Indah, dan Stasiun KA Serpong.
ADVERTISEMENT
Secara umum nilai paparan radiasi lingkungan pada daerah pemantauan menunjukkan nilai normal (paparan latar), namun pada saat dilakukan pemantauan di lingkungan Perumahan Batan Indah, ditemukan kenaikan nilai paparan radiasi di lingkungan area tanah kosong di samping lapangan voli blok J.
BATAN mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik terhadap kejadian ini. Mereka memastikan bahwa kejadian ini telah ditangani oleh pihak yang berkompeten.