Memahami Sifilis: Penyakit Senyap, Berbahaya, dan Bisa Mematikan

12 Februari 2020 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi kulit yang terkena psoriasis. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi kulit yang terkena psoriasis. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sifilis kerap dijuluki sebagai “silent disease” dan “the great imitator”. Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan bakteri Treponema pallidum ini memang bisa muncul tanpa gejala, sehingga kerap tidak disadari pengidapnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, sekalipun memunculkan gejala, sifilis rentan disalahartikan sebagai penyakit lain karena tanda-tandanya mirip penyakit peradangan kulit, eczema, psoriasis, dan herpes.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan sepanjang Juli-September 2019, tercatat ada sekitar 1.586 pasien sifilis di Indonesia. Pasien datang dari beragam kelompok, seperti wanita dan pria pekerja seks, lelaki seks dengan lelaki (LSL), pengguna obat-obatan suntik (injection drug user/IDU), waria, pasangan risti (berisiko tinggi), dan pelanggan pekerja seks.
Di lain pihak, RS Dr. Cipto Mangunkusumo melaporkan terjadi peningkatan jumlah pasien yang berobat akibat sifilis. Pada 2016 tercatat ada 45 pasien, 2017 tercatat 49 pasien, dan 2018 meningkat lagi menjadi 63 pasien.
“Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sifilis sampai saat ini masih minim, termasuk tentang deteksi dini terhadap penyakit ini. Padahal sifilis merupakan penyakit menular seksual yang dapat menyerang organ lain seperti jantung, otak, dan saraf pada tahap lanjut di kemudian hari,” ujar dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDSV, CEO Klinik Pramudia, saat ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (12/2).
dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDSV dalam pemaparannya tentang penyakit sifilis di Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Foto: Dok. Istimewa
Ia menambahkan, banyak pasien sifilis yang baru berobat setelah masuk stadium lanjut. Penyebabnya sering kali memang karena sifilis bisa menginfeksi seseorang tanpa menimbulkan gejala.
ADVERTISEMENT
Adapun sifilis terjadi dalam empat tahapan yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten, dan sifilis tersier. Pada tahap primer atau tahap awal, ditandai dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.
“Jangan sepelekan jika ada luka atau benjolan di kelamin, meskipun itu enggak terasa sakit. Segeralah berobat. Kalau mau sembuh enggak perlu malu,” lanjut dr. Anthony.
Memang, luka bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diobati dalam 3-6 minggu. Namun dokter menyebut, infeksi sifilis tidak akan sembuh begitu saja dan berlanjut ke stadium berikutnya, yakni tahap sekunder. Gejala ditandai dengan munculnya ruam dan bercak kemerahan di telapak kaki dan tangan.
Ilustrasi penyakit kelamin. Foto: derneuemann via pixabay
Sama seperti pada stadium primer, ruam-ruam pada masa sekunder bisa hilang secara spontan. Namun tingkat keparahan infeksi akan terus berlanjut ke tahap laten. Kondisi sifilis yang tanpa gejala terjadi pada tahap ini. Tidak ada lesi ataupun gejala lain yang tampak.
ADVERTISEMENT
“Untuk mengetahuinya, perlu tes serologi aktif. Ada 60-85% kasus tetap asimtomatik (tidak menyadari adanya penyakit) selama bertahun-tahun tanpa terapi,” ujar dr. Wresti Indriatmi, SpKK (K), yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo.
“Sifilis kemungkinan baru ditemukan saat pasien berobat karena keluhan penyakit kulit atau keluhan organ lain seperti jantung, gangguan mental, gangguan penglihatan, hingga selaput otak,” tutur Wresti.
Pada tahap akhir di stadium tersier, sifilis sudah mencapai kondisi paling berbahaya dan mematikan. Jika tidak diobati, bakteri sifilis bakal merusak organ-organ tubuh antara lain jantung, otak, saraf, pembuluh darah, tulang, kelumpuhan, demensia, tuli, kebutaan, impotensi, kerusakan hati, bahkan kematian.