Mengapa Ada Wajah Manusia di Banyak Benda?

28 Februari 2017 9:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Benda-benda mati yang tampak seperti wajah. (Foto: imgur.com)
zoom-in-whitePerbesar
Benda-benda mati yang tampak seperti wajah. (Foto: imgur.com)
Di kota Saitama, Jepang, ada sebuah museum yang penuh dengan batu. Itu bukan museum biasa. Museum itu memang sengaja menampilkan segala macam batu, mulai dari batu mata anak panah hingga batu meteorit. Museum itu bernama The Hall of Curious atau Chinsekikan.
ADVERTISEMENT
Batu-batu yang dipajang di Museum Chinsekikan bukan dipilih karena nilai sejarah ataupun saintifik bebatuan tersebut. Batu-batu itu dipilih lantaran bentuk mereka menyerupai wajah-wajah manusia.
Lebih dari 1.700 batu yang dipajang dalam museum yang berlokasi di barat laut Tokyo itu diklasifikasikan sebagai jimenseki, yang dalam bahasa Jepang berarti “batu dengan wajah manusia”.
Di dalam museum itu ada batu yang menyerupai wajah Elvis Persley, Dwayne Jhonson, bintang rock Jepang Demon Kakka, mantan presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev, mantan presiden Rusia Boris Yeltsin, hingga Yesus. Ada pula bebatuan yang mirip wajah tokoh kartun seperti Nemo, Mickey Mouse, dan lainnya.
Pendiri museum, Shozo Hayama, mengumpulkan koleksi bebatuan itu selama lebih dari 50 tahun hingga kematiannya pada 2010 lalu. Hobinya itu memberi contoh salah satu kebiasaan aneh manusia: kebiasaan melihat wajah pada segala hal, terutama, atau ternyata, pada benda-benda yang tak berbentuk wajah.
ADVERTISEMENT
Koleksi batu di Museum Chinsekikan. (Foto: Instagram @tessarlo)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi batu di Museum Chinsekikan. (Foto: Instagram @tessarlo)
Kini cobalah kamu luangkan sejenak waktumu untuk mengamati benda-benda di sekitarmu. Kamu mungkin akan melihat wajah-wajah tak bernyawa di sekelilingmu.
Atau bahkan jika dalam kehidupan sehari-hari kamu kerap melihat benda-benda di sekelilingmu menyerupai wajah, kamu sesungguhnya tak seorang diri. Ada banyak orang lainnya yang juga sepertimu. Dan bahkan ada penjelasan ilmiahnya.
Dalam sebuah penelitian tahun 2014, Dr. Kang Lee dari Universitas Toronto memperlihatkan pola acak abu-abu di sebuah layar ke sejumlah orang yang dipilih secara acak. Kemudian orang-orang itu ditanyai apa yang mereka lihat.
Lebih dari sepertiga mereka menyebut melihat wajah, meskipun tidak ada pola yang benar-benar menunjukkan gambar wajah.
Besi berkarat yang tampak seperti wajah. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Besi berkarat yang tampak seperti wajah. (Foto: Wikimedia Commons)
Dalam psikologi, kecenderungan melihat wajah di tempat-tempat yang tak biasa itu disebut sebagai pareidolia. Pareidolia adalah sebuah fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak --seringkali sebuah gambar atau suara-- yang dianggap penting.
ADVERTISEMENT
Pareidolia berasal dari gabungan dua kata bahasa Yunani kuno, yakni 'para' yang berarti sesuatu yang salah dan 'eidolon' yang berarti gambaran atau bentuk. Pareidolia adalah salah satu bentuk apophenia, kecenderungan untuk melihat hubungan atau pola pada hal-hal yang tak berhubungan atau acak, misalnya benda atau ide.
Bagian benda yang tampak seperti wajah. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Bagian benda yang tampak seperti wajah. (Foto: Wikimedia Commons)
Jika kamu merasa memiliki pareidolia, kamu tak perlu khawatir. Kamu tak perlu cemas dan berpikir bahwa itu adalah penyakit psikologi yang serius.
Sebab, pareidolia itu wajar terjadi pada setiap orang seiring dengan daya ingat atau memori yang ada di dalam kepala masing-masing. Kamu akan mengasosiasikan segala sesuatu seusai dengan apa yang pernah kamu lihat dan alami.
Menurut Kang Lee seperti yang dikutip dari Daily Mail, “Pareidolia itu normal-normal saja karena memang otak kita secara tidak sadar bekerja untuk mengenali wajah, baik secara nyata maupun pada benda mati."
ADVERTISEMENT
Benda yang tampak seperti wajah. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Benda yang tampak seperti wajah. (Foto: Wikimedia Commons)