Mengapa Angka Kebakaran Hutan Indonesia di 2017 Turun Drastis?

21 Desember 2017 19:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran Hutan Riau 2015 (Foto: ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran Hutan Riau 2015 (Foto: ANTARA)
ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan jumlah bencana kebakaran hutan dan lahan di Indonesia tahun 2017 turun cukup drastis.
ADVERTISEMENT
Fakta ini Sutopo sampaikan dalam Konferensi Pers Evaluasi Bencana 2017 dan Prediksi Bencana 2018 yang digelar di Jakarta pada Kamis (21/12).
Dalam data statistik bencana tahun 2016 BNPB, tercatat ada 178 kasus kebakaran hutan, sementara pada tahun ini tercatat hanya terjadi 96 kebakaran hutan. Data 2017 ini adalah data yang tercatat hingga 19 Desember 2017.
Luas hutan dan lahan yang terbakar pun mengalami penurunan hingga 65,7 persen, dari semula 438.350 hektare pada tahun lalu menjadi 150.457 hektare pada tahun ini.
Jika dihitung sejak 2015, penurunan luas lahan dan hutan yang terbakar pada tahun ini mencapai 90 persen lebih. Sebab pada tahun 2015, luas lahan yang terbakar mencapai 1,61 juta hektare.
Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan di Aceh. (Foto: Syifa Yulinnas/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan di Aceh. (Foto: Syifa Yulinnas/Antara)
Titik panas atau hotspot pada tahun ini pun mengalami penurunan, yakni sebesar 33 persen, dari 39.739 titik di tahun 2016 menjadi tinggal 29.852 titik pada 2017.
ADVERTISEMENT
BNPB menganggap angka-angka penurunan di atas menunjukkan bahwa penanganan kebakaran hutan dan lahan pada tahun ini telah dilakukan dengan baik.
Sutopo mengatakan, salah satu faktor yang membuat angka kebakaran hutan di tahun ini turun drastis adalah kesiapan 6 daerah langganan kebakaran hutan dalam menetapkan status siaga darurat terhadap kebakaran hutan. Keenam daerah tersebut adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah.
“Dengan adanya siaga darurat, maka ada kemudahan akses bagi BNPB dalam memberikan bantuan-bantuan yang sifatnya tidak dimiliki daerah, contohnya pengerahan helikopter water bombing, pengerahan hujan buatan, serta pengerahan dana siap pakai untuk oprasional,” kata Sutopo.
Sutopo Purwo Nugroho (Foto: Shinta Indri Pratiwi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sutopo Purwo Nugroho (Foto: Shinta Indri Pratiwi/kumparan)
Selain itu, Sutopo juga mengapresiasi pencegahan yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang berupaya keras untuk menghentikan kebakaran hutan dan lahan, baik itu melalui penegakan hukum jalur perdata atau pidana maupun sanksi administrasi berupa pencabutan izin, sehingga korporasi-korporasi takut membakar lahannya dan betul-betul menjaga wilayahnya agar tidak terbakar.
ADVERTISEMENT
“Demikian juga masyarakat yang memiliki kebiasaan membakar hutan, sekarang mereka takut karena akan langsung ditangkap. Jadi pembakaran hutan dengan motif apa pun dilarang.”
Ke depannya BNPB memprediksi bahwa kebakaran hutan masih akan terjadi namun dapat diatasi dengan baik. Antisipasi kebakaran hutan dan lahan akan menjadi pekerjaan rumah bagi BNPB mengingat Sumatera Selatan, sebagai salah satu wilayah langganan kebakaran hutan, akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018.