Mengapa Luka di Kelamin Pengidap Sifilis Tidak Terasa Sakit?

12 Februari 2020 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Vagina Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vagina Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gejala sifilis kerap menyerupai penyakit lain seperti peradangan kulit, eczema, herpes, dan psoriasis. Karena itu, penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual) ini kerap dijuluki sebagai 'the great imitator' atau si peniru ulung.
ADVERTISEMENT
Menurut dr. Wresti Indriatimi, SpKK(K), M. Epid, dokter spesialis kulit dan kelamin yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo, kejelian dibutuhkan saat anamnesis atau wawancara pasien untuk menemukan kejelasan sumber penyakit, apakah infeksi sifilis atau bukan.
“Semisal ada gejala pasien mirip psoriasis, tapi kok lain, semisal kalau curiga seperti itu kita sebagai dokter menanyakan mengenai riwayat hubungan seksnya,” ujar dr. Wresti, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (12/2).
dr. Wresti Indriatimi, SpKK(K), M. Epid, dalam pemaparannya tentang penyakit sifilis di Jakarta Pusat, Rabu (12/2). Foto: Dok. Istimewa
Wresti memaparkan, beberapa gejala sifilis saat tahap awal (primer) memang bisa hilang tanpa diobati, antara lain luka pada kelamin, mulut, atau dubur yang tidak terasa sakit sama sekali. Kondisi itu membuat pengidap tidak merasa harus berobat ke dokter. Padahal, sifilis pada tahap dini sudah bisa ditularkan ke orang lain.
ADVERTISEMENT
Luka yang diderita pada stadium primer dapat hilang dalam 3-6 minggu. Walau begitu, infeksi bakteri terus menggerogoti tubuh dan berlanjut ke stadium berikutnya. Sering kali, gejala baru akan tampak lagi saat kondisi sudah terlampau kronis. Rentang waktu saat gejala hilang sebelum muncul lagi itu disebut sebagai tahap laten, sekaligus sebagai alasan sifilis disebut sebagai 'silent disease'.
“Kalau saya tanya (ke pasien) ‘Pernah ada luka enggak di kelaminnya?’ Mereka bilang enggak pernah. Karena tadi, kalau perempuan mungkin (lukanya) di dalam vagina, kalau laki-laki kadang-kadang juga ada dalam anus, tidak kelihatan sama sekali. Mau dia berhubungan seks seperti apa, mau ada gesekan seperti apa, tidak akan menimbulkan rasa nyeri,” lanjutnya.
Ilustrasi vagina. Foto: Shutterstock
Dipaparkan lebih lanjut, rasa tidak nyeri tersebut disebabkan adanya endarteritis atau peradangan pada dinding arteri di sekitar luka/lesi sifilis, sehingga sistem saraf sekitar daerah luka juga terganggu. Ketika sel saraf tak berfungsi normal, rasa nyeri yang dihantarkan oleh sistem saraf pun macet.
ADVERTISEMENT
“Karena kuman sifilis ketika masuk ke dalam kulit, kemudian masuk ke pembuluh darah, terjadi peradangan di sekitar pembuluh darah. Pembuluh darah yang kecil-kecil, (peradangan) disebut endateritis. Karena terjadi endarteritis, sehingga tidak ada saraf (yang menghantar rasa nyeri) yang bisa menuju kepada luka,” papar dr. Wresti.
Untuk mencapai diagnosis yang tepat, pasien harus menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium, termasuk tes darah. Ada dua jenis tes darah yang harus dilakukan untuk mendiagnosis sifilis, yaitu Tes Nontreponemal dan Tes Treponemal.
Beberapa kelompok yang harus secara rutin melakukan tes sifilis adalah meliputi ibu hamil, orang yang aktif secara seksual, pengidap HIV, serta orang yang melaksanakan Profilaksis prapajanan (Pre-exposure prophylaxis/PrEP) untuk mencegah HIV.