Mengapa Orang Dewasa Takut Hantu?

26 November 2019 19:41 WIB
clock
Diperbarui 11 Desember 2019 19:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hantu di hotel Foto: giphy
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hantu di hotel Foto: giphy
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu sendirian di rumah dan merasa yakin ada seseorang yang sedang memperhatikanmu? Lalu kamu takut untuk berbalik, cemas jika memang ada sosok yang tidak diinginkan. Kamu mulai membayangkan ada sosok hantu yang bisa saja sedang berada di belakangmu.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, manusia tidak perlu khawatir saat mereka merasa tidak sendirian, walau situasinya sebenarnya mereka sendirian. Sebagian orang memiliki perasaan ini dan membuatnya tidak mungkin hidup sendiri atau tidur sendirian. Menurut Ricardo de Oliveira-Souza, seorang Psikiater di Institut Penelitian dan Pendidikan D'Or (IDOR) di Rio de Janeiro, ketakutan terhadap hantu mungkin jauh lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Ketika menyadari ketakutan terhadap hantu, kebanyakan orang merasa malu. Perasaan inilah yang mencegah banyak orang mendiskusikan ketakutan mereka kepada psikolog. Fenomena ini menarik bagi Oliveira-Souza di mana banyak pasien yang dirawatnya justru mengalami depresi akibat ketakutannya sendiri.
Menurutnya, pasien yang mengalami ketakutan hantu yang parah dapat disebut fobia, yang dalam istilah psikologi menggambarkan ketakutan luar biasa yang dipicu oleh situasi tertentu. Dalam kasus takut hantu, bisa jadi orang tersebut merasa takut sendirian, memikirkan film horor dan kekuatan supranatural lainnya.
Ilustrasi hantu Foto: pixabay
"Ini mungkin sama biasa dengan fobia umum yang kita temui setiap hari, seperti takut ketinggian atau serangga tertentu," kata Oliveira-Souza, kepada Live Science.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada November 2018 di Journal Frontiers in Psychiatry, Oliveira-Souza menyoroti beberapa kasus. Kasus pertama tentang seorang pelayan hotel berusia 46 tahun yang tinggal bersama orang tuanya. Ia mengalami ketakutan parah setelah ayahnya meninggal dan ibunya memutuskan untuk pindah.
Pelayan wanita itu takut tinggal sendirian di apartemen keluarganya. Ketika ibunya pergi untuk perjalanan akhir pekan sebelum pindah, wanita itu memilih berada di klub malam terdekat dan berkeliaran di jalan sekitar apartemennya daripada tidur sendirian. Ingatan yang mengganggu tentang pemakaman ayahnya menghantui wanita itu ketika dia mencoba tidur.
Kasus kedua, seorang pengacara berusia 54 tahun ragu-ragu untuk meninggalkan pernikahan yang buruk karena takut hidup sendirian. Semasa muda dia selalu tidur di kamar yang sama dengan kakak laki-lakinya, lalu menikah tergesa-gesa setelah kakaknya meninggalkan rumah karena ketakutan tidur sendirian.
Pengunjung terkejut dengan kehadiran tiba-tiba sosok menyerupai hantu. Foto: Dok. Traveloka
Pengacara itu menceritakan bahwa ketika sendirian di kantornya, ia merasa seperti seseorang mengawasinya, atau sesuatu akan muncul entah dari mana di depannya. Perasaan diawasi ini juga dikenal sebagai "Anwesenheit," kata Jerman yang berarti "kehadiran".
ADVERTISEMENT
Sedangkan dalam kasus ketiga, seorang gadis berusia 11 tahun menceritakan ketakutannya tentang kolong tempat tidur. Ia takut akan ada tangan yang menyeretnya ke bawah tempat tidur jika dia menggantung kakinya di lantai hingga ia percaya ada penampakan menakutkan yang bisa muncul di depan mukanya ketika gelap. Remaja itu mengalami fobia ketakutannya setelah masa pubernya, seperti yang dialami banyak orang dewasa.
Lalu, bagaimana cara mengatasi ketakutan terhadap hantu atau fobia supranatural? Penggunaan obat-obatan antidepresan atau benzodiazepin dengan dosis yang tepat adalah pengobatan paling umum digunakan dalam mengobati fobia spesifik ini.
"Terlepas dari kandungan gejala fobia dalam setiap kasus, obat ini menghilangkan kecemasan yang terletak pada inti dari ketakutan," ungkap Oliveira-Souza.
ADVERTISEMENT
Namun, ada beberapa pasien yang justru tidak mempan sehingga memerlukan perawatan intensif seperti terapi perilaku kognitif. Metode terapi bicara ini bekerja dengan menguraikan ketakutan spesifik, dalam hal ini pada hantu, berdasarkan pengalaman fisik dan emosional dari sebuah kecemasan.
Terkadang ada kemungkinan bahwa ketakutan terhadap hantu muncul dalam sprekturm atau kondisi mental yang berubah-ubah, terkadang takut, terkadang tidak. Kondisi ini bahkan bisa muncul pada seseorang tanpa claustrophobia, yakni ketakutan berada di ruang tertutup atau ruang sempit, seperti saat kita merasa tidak nyaman berada dalam lift yang rusak.
Dengan cara yang sama, seseorang tanpa fobia supranatural pun masih bisa berjuang untuk membuang ingatan film-film horor atau bayangan nyata dari novel-novel Stephen King, ketika ia sendirian di malam yang gelap dan sunyi.
ADVERTISEMENT