Mengenal 2 Jenis Mesin PCR untuk Tes Virus Corona

8 April 2020 19:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang dokter berjalan di dekat alat tes swab virus Corona berupa Polymerase Chain Reaction diagnostic kit (PCR) di Laboratorium Rumah Sakit Pertamina Jaya. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
zoom-in-whitePerbesar
Seorang dokter berjalan di dekat alat tes swab virus Corona berupa Polymerase Chain Reaction diagnostic kit (PCR) di Laboratorium Rumah Sakit Pertamina Jaya. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
ADVERTISEMENT
Sejak 16 Maret 2020, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman telah ditunjuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk melakukan pengujian spesimen virus corona di Indonesia. Mereka bertugas melakukan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi materi genetik spesifik yang terdapat di dalam virus.
ADVERTISEMENT
Kepala LBM Eijkman, Prof Amin Soebandrio mengatakan, pihaknya dalam sehari bisa melakukan 180 tes menggunakan dua mesin PCR yang mereka miliki saat ini. Dalam waktu dekat, Amin berharap bisa meningkatkan kapasitas pengujian 270 hingga 1000 tes per hari dengan rencana penambahan satu mesin PCR berkapasitas 800 tes per hari.
“Ditargetkan bisa 1.000 (tes COVID-19) per hari akhir April,” ujar Amin, kepada kumparan, Rabu (8/4).
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio. Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan
Amin menjelaskan, virus corona SARS-CoV-2 tergolong dalam jenis virus RNA. Untuk melakukan pengujian terhadap jenis virus ini, maka RNA harus diekstraksi terlebih dahulu melalui prosedur yang cukup riskan sehingga prosesnya harus berlangsung di laboratorium BSL 3.
“Para petugas laboratorium dan peneliti memiliki risiko tinggi terpapar virus. Oleh karena itu harus dilakukan di fasilitas BSL 3. Minimum BSL2 dengan prosedur yang sangat ketat,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Amin mengungkap, metode PCR yang digunakan Eijkman saat ini bersifat kuantitatif atau quantitative real-time PCR. Metode ini disebutnya berbeda dengan PCR yang konvensional.
“Dengan PCR ini kita bisa ikuti perkembangan reaksinya dan juga sekaligus bisa memperlihatkan berapa banyak sebetulnya partikel virus yang ada di sampel tersebut,” imbuhnya, sembari menyebut mesin PCR tersebut lebih canggih dibandingkan mesin PCR pada umumnya.
com-Ilustrasi tes darah yang positif corona. Foto: Shutterstock
Lebih jauh, Amin menjelaskan terdapat beberapa model mesin PCR yang bisa digunakan untuk mendeteksi COVID-19. Pertama, ada mesin PCR yang bersifat open system. Artinya, penggunaannya bisa untuk mendeteksi berbagai reaksi.
“Tapi, ada juga mesin PCR yang sudah fix. Artinya kita tinggal masukkan sampel saja ke situ kemudian semua proses akan dilakukan oleh mesin. Sampel dimasukkan dalam cartridge kemudian dimasukkan ke dalam mesin itu lalu mereka akan proses semuanya,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, kekurangan dari mesin PCR ini adalah ia tidak bisa dipakai untuk mendeteksi reaksi-reaksi yang lain. Dengan kata lain, deteksi harus bergantung pada sistem yang ada di cartridge. Namun karena lebih sederhana, tidak diperlukan laboratorium BSL 3 untuk menggunakan mesin PCR jenis ini.
“Tapi kapasitasnya juga tidak besar. Sekali running lebih cepat sekitar 1 jam tapi maksimal 8 sampai 16 tes. Sehingga harus dilakukan berulang-ulang. Sedangkan yang open system, sekali running itu bisa sekitar 90 sampel kita bisa periksa walaupun agak lama sekitar 3 sampai 4 jam,” katanya.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT