Mengenal Amuba ‘Pemakan Otak’ yang Tewaskan Bocah 6 Tahun

1 Oktober 2020 11:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Ameba Naegleria fowleri. Foto: Lata R. Chandel via Research Gate web
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ameba Naegleria fowleri. Foto: Lata R. Chandel via Research Gate web
ADVERTISEMENT
Seorang bocah berumur 6 tahun asal Texas, Amerika Serikat, meninggal dunia. Penyebabnya, ia terinfeksi amuba ‘pemakan otak’ dari sumber air umum kota tempatnya tinggal.
ADVERTISEMENT
Bocah bernama Josiah McIntyre ini tinggal di Danau Jackson, dekat kota Houston, Texas. Menurut laporan NBC News, Josiah terinfeksi amuba Naegleria fowleri dan dilaporkan meninggal dunia pada 8 September lalu.
Amuba Naegleria fowleri biasanya ditemukan di air tawar bersuhu hangat, seperti danau, sungai, termasuk kolam renang. Menurut Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC), biasanya manusia terinfeksi ketika berenang di air yang terkontaminasi bakteri tersebut.
Infeksi amuba N. fowleri pada manusia sebenarnya jarang terjadi. Meski begitu, infeksi organisme satu sel ini dapat sangat cepat menyebabkan kematian bagi manusia.
Naegleria fowleri perama kali ditemukan pada 1965 silam di Australia. Sejak saat itu, amuba ini dipercaya telah berevolusi hingga dapat tinggal di AS yang memiliki iklim cukup berbeda. Kasus infeksi N. fowleri rata-rata banyak ditemukan di Selatan atau Barat Daya AS, dengan setengah di antaranya terjadi di Florida dan Texas.
Ilustrasi amuba Naegleria fowleri. Foto: CDC via Wikimedia Commons
Amuba ini memang sulit dilihat dengan mata telanjang. Ukurannya hanya sebesar 8 hingga 15 mikrometer, sekitar tiga sampai empat kali lebih kecil dari ketebalan rambut manusia. Amuba dapat berubah menjadi cysts atau mengkristalkan diri ketika lingkungannya tidak mendukung.
ADVERTISEMENT
Ini sebabnya amuba masih bisa hidup meski air tempat tinggalnya membeku saat musim dingin. Ketika air menghangat, ia akan berubah kembali menjadi tropozoit, jenis amuba yang siap memakan otak manusia yang kurang berhati-hati.

Bagaimana Amuba Dapat ‘Memakan Otak’ Manusia?

Amuba N. fowleri hanya dapat hidup pada air tawar. Danau dan sungai menjadi tempat terbaik bagi mereka untuk hidup.
Selain itu, amuba ini juga perlu diwaspadai di kolam renang, air sumur, akuarium, dan genangan air lainnya. Sebenarnya, jika tempat-tempat seperti kolam renang dan akuarium dirawat dengan baik, amuba ini tidak akan dapat bertahan hidup.
Sejatinya, amuba memakan bakteri ketika hidup di alam. Namun, jika secara tak sengaja masuk ke tubuh manusia, otak menjadi sumber makanan yang ia sukai.
ADVERTISEMENT
Amuba ini hanya dapat masuk ke tubuh manusia lewat hidung. Biasanya, infeksi terjadi pada seseorang yang menyelam atau berenang di danau. N. fowleri diyakini tidak dapat menginfeksi manusia yang meminum air terkontaminasi amuba.
Seseorang yang terinfeksi juga tidak mungkin dapat menularkan infeksi amubanya ke orang lain.
Ilustrasi amuba Naegleria fowleri. Foto: CDC via Wikimedia Commons
Penelitian menunjukkan, bahwa N. fowleri tertarik pada zat kimia yang ada di sistem saraf manusia. Zat kimia ini ditemukan pada saraf yang digunakan untuk berkomunikasi dengan otak.
Ketika sudah masuk ke hidung, amuba akan bergerak menuju saraf olfaktori (sistem saraf untuk indera penciuman). Setelah itu, amuba akan bergerak terus menuju bagian frontal atau depan dari otak manusia dan mulai makan.
Setelah tiba di otak, amuba Naegleria fowleri akan mengeluarkan dua jenis enzim protease. Enzim ini digunakan untuk melarutkan protein pada sel otak agar dapat dikonsumsi.
ADVERTISEMENT

Seberapa Sering Infeksi Amuba Terjadi dan Menyebabkan Kematian?

Amuba Naegleria fowleri sebenarnya cukup banyak ditemukan di alam. Namun, infeksi hingga menyebabkan penyakit kronis amoebic meningoencephalitis (PAM) dan kematian jarang terjadi.
Menurut CDC, infeksi yang menyebabkan kematian terjadi sekitar 0 hingga 8 kasus per tahun. Namun, ada kemungkinan banyak kasus yang tidak dilaporkan dengan benar karena gejalanya mirip penyakit meningitis, peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang.
Penelitian lain menemukan, bahwa banyak orang memiliki sistem imunitas yang baik terhadap Naegleria fowleri. Artinya, bisa saja cukup banyak orang yang pernah terinfeksi namun sistem kekebalan tubuhnya berhasil melawan amuba tersebut.
Oleh karena itu, ilmuwan juga masih belum dapat menentukan apakah infeksi N. fowleri sangat jarang terjadi tapi berujung fatal, atau sering terjadi namun jarang mengakibatkan kematian.
ADVERTISEMENT
Tim dokter juga cukup kesulitan untuk mengidentifikasi infeksi amuba ini. Pasalnya, belum ada sistem tes cepat yang memadai dalam identifikasi infeksi ini. Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk memastikan apakah seseorang terinfeksi amuba atau tidak.
Masalahnya, gejala sudah akan muncul sekitar 2 hingga 15 hari sejak infeksi terjadi. Kematian kemudian hadir sekitar 3 hingga 7 hari setelah gejala tersebut muncul.
Biasanya, pasien akan mengalami gejala seperti sakit kepala, demam, hilang nafsu makan, muntah, kejang, hingga koma. Tak jarang, infeksi menyebabkan pasien berhalusinasi dan kehilangan pengelihatan.
Pengobatan yang secara khusus diberikan untuk melawan infeksi ini juga belum dimiliki. Beberapa obat ditemukan dapat membunuh N. fowleri di laboratorium, namun efektivitasnya pada tubuh manusia masih dipertanyakan.
ADVERTISEMENT

Bagaimana Cara Terhindar dari Infeksi Amuba ‘Pemakan Otak’?

Cara paling mudah tentu adalah dengan menghindari aktivitas seperti berenang, menyelam, dan lain sebagainya di air pada musim panas. Jika ingin berenang, penggunaan klip hidung untuk membantu menghindari amuba masuk lewat hidung. Tidak bermain lumpur juga dapat membantu seseorang terhindar dari infeksi yang mematikan.
Apabila membutuhkan air untuk dikonsumi, rebus air hingga mendidih dapat membunuh amuba Naegleria fowleri. Selain itu, saringan dengan lebar pori-pori yang tidak lebih besar dari 1 mikrometer juga dapat digunakan.
(EDR)