Mengenal Gaya Hidup Zero Waste: Mengurangi, Memilah, Mengolah Sampah

25 Desember 2019 11:04 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maurilla Imron, founder Zero Waste ID (ZWI) Foto: Foto: via Instagram @murielimron
zoom-in-whitePerbesar
Maurilla Imron, founder Zero Waste ID (ZWI) Foto: Foto: via Instagram @murielimron
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Maurilla Imron, mengisahkan keresahannya saat mengetahui Indonesia adalah penyumbang sampah kedua terbesar di dunia yang dibuang ke laut. Tak sekadar prihatin, ibu satu anak itu lantas tergerak untuk membuat sebuah resolusi di tahun 2018, ia ingin mengurangi sampah diri sendiri dan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Maurilla memang sedang tidak tinggal di Tanah Air. Usai menempuh pendidikan di Belanda, ia sempat bekerja di sebuah industri fesyen dan menetap di Negeri Kincir Angin.
Permasalahan sampah plastik di Indonesia yang terus mengusiknya, mendorong Maurilla untuk terus mengumpulkan informasi tentang gaya hidup yang mendukung resolusinya. Maurilla kemudian diperkenalkan dengan zero waste lifestyle dari Bea Johnson dan Lauren Singer. Keduanya adalah orang berkebangsaan Amerika Serikat yang telah berhasil menjalani gaya hidup nol sampah.
Ilustrasi membuang sampah rumah tangga ke laut. Foto: Antara/Rahmad
“Sebenernya zero waste bukan hal baru, tapi diberi 'makna' baru oleh mereka, Bea Johnson, tepatnya. Dijadikan lifestyle sehari-hari, tidak hanya menjadi istilah industri,” terangnya.
Mulanya, Maurilla mengaku ada beberapa kendala yang harus ia hadapi sebelum benar-benar bisa menerapkan gaya hidup nol sampah dalam kesehariannya.
ADVERTISEMENT
“Saat itu saya tertarik untuk mencari informasi dalam Bahasa Indonesia tapi belum mudah dicari. Selalu bertemunya dengan orang-orang dari luar negeri, yang menunjukkan bahwa gaya hidup ini belum terlalu populer atau belum aksesibel di Indonesia,” kata Maurilla menceritakan kisahnya kepada kumparanSAINS.
Jadi gaya hidup sehari-hari
Zero Waste lifestyle, seperti dijelaskan Maurilla, merupakan gaya hidup mengurangi sampah yang seseorang hasilkan sehari-hari. Bukan berarti meng-nolkan secara harfiah, sebab menurut Maurilla, setiap manusia sudah pasti akan menghasilkan sampah. Yang ditekankan dalam gaya hidup ini adalah bagaimana manusia mengurangi, memilah, serta mengolah sampah yang mereka hasilkan.
Gaya hidup nol sampah bertujuan agar sampah yang dihasilkan setiap individu tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Maurilla juga menegaskan bahwa gaya hidup ini mengajarkan masyarakat masyarakat untuk tidak membakar, mengubur, atau bahkan membuang sampah ke lautan.
Ilustrasi tempat pembuangan akhir (TPA). Foto: AFP/Bay Ismoyo
Dari situ, Maurilla bertekad untuk memperkenalkan gaya hidup nol sampah kepada masyarakat Indonesia. Bersama seorang rekannya, Maurilla kemudian menciptakan sebuah platform digital bernama Zero Waste ID pada 2018. Platform digital sengaja dipilih karena saat itu Maurilla belum kembali ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Saya berpikir masyarakat Indonesia perlu untuk difasilitasi akan hal-hal seperti ini, jika tidak, akan sangat sulit untuk memberi gambaran,” ujarnya. “Dengan format digital maka akan mudah untuk sharing dari mana pun, dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun.”
Rara Sekar, salah satu publik figur yang juga menerapkan gaya hidup zero waste. Foto: Instagram @rarasekar
Menurut Maurilla, tak sedikit influencer di Indonesia yang sebelumnya telah memperkenalkan gaya hidup nol sampah, hanya saja menurutnya, belum ada sebuah online platform one-stop-solution yang memiliki fitur untuk mendukung gaya hidup tersebut.
Untuk menerapkan gaya hidup nol sampah dalam keseharian kita, seseorang bisa melakukannya dengan 5R. Maurilla menjabarkan 5R, yakni dengan refuse (menolak), reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi), recycle (memisah dan daur ulang) dan terakhir adalah rot (kompos).
Hal yang paling mudah dari kelima hal tadi menurut Maurilla adalah dengan refuse atau menolak hal-hal yang tidak perlu. Maurilla mencontohkannya dengan menolak single use plastic atau penggunaan plastik sekali pakai.
ADVERTISEMENT