Mengenal Glioblastoma, Kanker Otak yang Diderita Agung Hercules

17 Juni 2019 10:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Agung Hercules dirawat di rumah sakit. Foto: Instagram/isa_bajaj
zoom-in-whitePerbesar
Agung Hercules dirawat di rumah sakit. Foto: Instagram/isa_bajaj
ADVERTISEMENT
Agung Hercules saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang, Banten. Pria berusia 51 tahun itu menderita kanker glioblastoma stadium 4.
ADVERTISEMENT
Glioblastoma membuat Agung tak lagi tampak perkasa seperti Hercules. Dulu, ia terlihat kekar, berotot, dan berambut gondrond. Sekarang, Agung tampak kurus dan telah kehilangan otot, serta rambut gondrongnya juga sudah dicukur habis.
Glioblastoma sendiri merupakan jenis kanker otak yang paling umum dan mematikan, menurut American Cancer Society. Kanker ini bisa terjadi pada orang di semua usia, tapi cenderung lebih sering terjadi pada orang berusia lanjut.
Tumor ini muncul dari suatu jenis sel di otak yang bernama astrocyte atau astrosit. American Brain Tumor Association (ABTA) menjelaskan, astrosit adalah sel berbentuk bintang yang membantu kerja sel saraf di otak.
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
Glioblastoma termasuk ganas. Ini karena astrosit bisa bertambah dengan sangat cepat. Selain itu, banyak pembuluh darah yang terhubung dengan astrosit. Kondisi itu membuat tumor di sana mudah mendapat suplai darah untuk berkembang.
ADVERTISEMENT
ABTA menuliskan bahwa ada "primary" glioblastoma yang tumor terbentuk dengan sangat cepat. Lalu, ada "secondary" glioblastoma yang awalnya adalah tumor yang tidak terlalu ganas, kemudian menjadi semakin agresif.
Ada beberapa simtom yang disebabkan glioblastoma, seperti sakit kepala, mual, hingga muntah-muntah. Kemudian, ada juga simtom yang tergantung lokasi tumornya, macam masalah memori, bicara, serta visual. Simtom-simtom itu biasanya disebabkan pertumbuhan tumor yang menekan beberapa bagian di otak.
Pengobatan glioblastoma biasanya dilakukan dengan mengangkat tumor dari otak melalui prosedur operasi. Tapi, karena jenis kanker ini bisa menembus jaringan otak yang sehat, sulit untuk mengangkat semua tumor.
Hal itu membuat pasien harus menjalani beberapa terapi tambahan, misalnya, terapi radiasi atau kemoterapi untuk menghilangkan sel tumor yang tersisa.
Ilustrasi penderita kanker (Foto: Thinkstock)
Barbara O’Brien, asisten profesor di University of Texas, MD Anderson Cancer Center, mengatakan kepada Popular Science bahwa tidak ada obat bagi tumor ini. Menurutnya, pengobatan yang dokter lakukan adalah untuk menjaga kualitas hidup pasien dengan mencegah massa tumor berkembang.
ADVERTISEMENT
O'Brien menambahkan, rata-rata tingkat kelangsungan hidup setelah diagnosis kurang dari dua tahun. Meski begitu, ada sebuah riset terbitan 2009 yang menemukan bahwa pasien yang mendapat perawatan radioterapi dan temozolomide bisa bertahan hingga lima tahun.
Tapi, sekarang para peneliti sedang berusaha mengembangkan pengobatan bagi glioblastoma. O'Brien mengatakan, salah satu riset yang menjanjikan adalah penggunaan imunoterapi untuk pengobatan glioblastoma.
"Salah satu area yang menjanjikan adalah imunoterapi, yaitu menggunakan terapi untuk meningkatkan sistem imun pasien untuk melawan kanker," kata O'Brien. "Pendekatan ini telah terbukti sangat sukses di kanker lain, seperti melanoma, dan bahkan di kanker paru-paru."
Ilustrasi pasien kanker. (Foto: Thinstock)
O'Brien menambahkan, ada solusi lain yang sedang diteliti, seperti vaksin, virus, dan terapi yang disebut checkpoint inhibitors.
ADVERTISEMENT
"Kita masih di fase awal dalam mempelajari teknik-teknik ini. Mereka dipelajari dalam bentuk uji klinis dan sebelum uji klinis dilakukan, pendekatan-pendekatan ini diuji di laboratorium," ujarnya.
"Memang masih banyak hal yang harus kita pelajari, tapi ini adalah beberapa terapi yang sangat kita harapkan (bisa berhasil)."