Mengenal Kafan Turin, Kain yang Dipercaya Digunakan oleh Yesus Kristus

17 Juli 2018 14:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi disalib. (Foto: raheel9630 via pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi disalib. (Foto: raheel9630 via pixabay)
ADVERTISEMENT
Bagi umat Kristiani, kain kafan Turin merupakan salah satu benda suci. Kain itu dipercaya digunakan untuk menutupi tubuh Yesus Kristus yang telah dibaringkan, setelah diturunkan dari salib, untuk kemudian dimakamkan.
ADVERTISEMENT
Sebagian orang percaya kain tersebut memiliki gambar serta bekas-bekas darah yang dipercaya milik Yesus. Saat ini, kain kafan tersebut ditaruh di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di Turin (Torino dalam bahasa Indonesia), sebuah kota di Italia bagian utara.
Ukuran dari kain tersebut adalah 4,2 meter x 1,1 meter dan pada kain tersebut terdapat gambar seorang laki-laki. Laki-laki dalam kain kafan tersebut digambarkan sebagai seseorang yang memiliki janggut, kumis, rambut sebahu, dan badan dengan tinggi sekitar 1,70 meter hingga 1,88 meter.
Gambar kain kafan Turin pertama kali diambil pada 28 Mei 1898 oleh Secondo Pia, fotografer dari Italia.
Sejarah mengenai dari mana asal kain kafan itu belum diketahui sepenuhnya. Pada 1993, sebuah dokumen yang bernama Hungarian Pray Manuscript yang ditulis tahun 1192 mengatakan bahwa kain kafan itu ada di Konstantinopel. Manuskrip itu juga berisi gambar saat Yesus sedang dikuburkan dan gambar pada manuskrip tersebut persis dengan gambar yang terdapat pada kain kafan Turin.
Kain Kafan Turin (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Kain Kafan Turin (Foto: Wikimedia Commons)
Dari Konstantinopel, kain tersebut diduga kemudian dicuri oleh tentara Perang Salib dan akhirnya sampai ke Eropa. Geoffrey de Charny, seorang tentara dari Prancis, menulis surat kepada Paus Clement VI dan mengatakan ia ingin membangun sebuah gereja di Lirey, Prancis, sebagai ucapan syukur. Ia juga mengatakan bahwa kafan Yesus ada di tangannya.
ADVERTISEMENT
Menurut D’Arcis Memorandum, tahun 1355 adalah tahun pertama kafan itu diperlihatkan untuk umum di Lirey. Pada 1578, kain kafan tersebut dibawa ke Turin, Italia, untuk selamanya disimpan di sana dan beberapa kali diperlihatkan untuk umum.
Setiap kali diperlihatkan untuk umum, para peziarah berbondong-bondong datang untuk menyaksikan kafan yang dipercaya digunakan oleh Yesus tersebut.
Pada masa Perang Dunia II, kain kafan Turin sempat dipindahkan secara diam-diam ke Napoli untuk diamankan. Namun akhirnya kain tersebut dikembalikan lagi ke Turin pada 1946.
Yesus terbang ke langit (Foto: John Singleton Copley)
zoom-in-whitePerbesar
Yesus terbang ke langit (Foto: John Singleton Copley)
Keasliannya dipertanyakan
Meski terus menarik perhatian peziarah yang ingin melihatnya, keaslian dari kain kafan Turin sebenarnya masih dipertanyakan. Bahkan jauh sebelum adanya pengujian ilmiah terhadap kain kafan tersebut, para ahli agama sudah mempertanyakan keasliannya.
ADVERTISEMENT
Pada 1389, Pierre d’Arcis, Uskup dari Troyes, menulis memorandum kepada Paus Clement VII. Isinya, ia mempertanyakan keaslian dari kafan tersebut.
“Banyak ahli teologi dan orang bijak yang mengatakan kalau ini bukanlah kafan milik Tuhan kami dan hanya meniru wajah dari Sang Juru Selamat karena dalam Kitab Suci tidak ada yang menyebutkan mengenai jejak pada kafan ini,” tulis d’Arcis.
Yang lebih mengejutkan lagi, pada 1989 terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Amerika Serikat, Inggris, dan Swiss yang mencoba untuk mengetahui tahun pembuatan kain kafan Turin.
Hasil penanggalan radiokarbon dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kafan Turin bukan berasal dari masa Yesus Kristus, melainkan dari Abad Pertengahan, yakni sekitar tahun 1260 hingga 1390 Masehi.
ADVERTISEMENT
Penelitian terbaru pada 2018 ini juga menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan pola bercak darah pada kain kafan tersebut tidak konsisten dengan apa yang dipercaya selama ini. Hasil pemeriksaan menunjukkan darah tersebut berasal dari seseorang yang sedang berdiri, bukan berbaring, dan bercak darahnya banyak yang jatuh secara acak.