Mengenal Maleo, Burung Misterius Asli Indonesia yang Konon Habis Kawin Pingsan

21 April 2022 2:30 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burung Maleo terancam punah. Foto: Antara/Basri Marzuki
zoom-in-whitePerbesar
Burung Maleo terancam punah. Foto: Antara/Basri Marzuki
ADVERTISEMENT
Indonesia begitu terkenal dengan keanekaragaman hayatinya, salah satunya adalah pulau Sulawesi yang juga dianugerahi banyak hewan endemik.
ADVERTISEMENT
Hampir 50 persen dari spesies vertebrata Sulawesi tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Ini terjadi karena faktor geologis Sulawesi. Pulau Sulawesi tidak pernah terhubung ke daratan benua Asia ataupun Australia. Jutaan tahun berada dalam kondisi relatif isolasi menghasilkan berbagai fauna endemik yang berkembang secara unik.
Dari sekian banyak hewan endemik yang ada di Sulawesi, salah satu yang menarik perhatian adalah burung Maleo. Dijelaskan Mongabay, burung ini bisa ditemukan di beberapa wilayah di Sulawesi, seperti di Taman Nasional Lore Lindu, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan Pantai Taima.
Ciri-cirinya, maleo punya panjang sekitar 55 cm, ada tonjolan atau jambul keras berwarna hitam, bagian atas badannya berwarna hitam, sedangkan bawahnya putih sedikit oranye, serta bagian sekitar mata berwarna kuning.
Burung Maleo Foto: Rizal Syam
Dalam Buku โ€œKonservasi Maleo Di Sulawesiโ€, dijelaskan bahwa asal-usul burung khas kawasan wallacea ini masih belum jelas. Ada dua teori yang beredar, pertama nenek moyang maleo berasal dari Australia, sementara teori kedua menyebut moyang maleo berasal dari Asia Tenggara sebelum akhirnya tiba di Australia.
ADVERTISEMENT
Kedua teori itu sama-sama menyebut moyang maleo telah terisolasi di Australia untuk waktu yang lama dan telah berevolusi menjadi burung yang tidak mengerami telurnya. Ya, tidak seperti burung lain, maleo betina tidak mengerami telurnya sendiri, melainkan menguburnya di dalam tanah maupun pasir.
Telur maleo punya ukuran sekitar 11 cm, dengan berat 240 hingga 270 gram per butir, atau kira-kira 5 - 8 kali lipat lebih besar dari telur ayam. Untuk bisa menetas, telur maleo membutuhkan suhu antara 32-35 derajat Celcius dengan waktu 62-85 hari. Setelah menetas, maleo kecil bisa langsung terbang dan bertahan hidup layaknya burung dewasa.

Misteri kawin maleo

Banyak cerita yang beredar soal burung maleo, ada yang menyebut bahwa mereka adalah spesies burung anti-poligami. Namun ini harus dibuktikan secara ilmiah. Seorang peneliti dari Institut Pertanian Bogor, Mobius Tanari, pernah melakukan penelitian terhadap unggas ini selama tujuh tahun lamanya. Tapi sampai sekarang, Tanari belum tahu bagaimana maleo kawin.
ADVERTISEMENT
Artinya, soal burung maleo disebut monogami masih menjadi misteri karena belum ada peneliti yang berhasil melihat bagaimana mereka kawin. Selain soal monogami, burung maleo juga disebut suka pingsan sehabis kawin.
Terlepas dari itu semua, bagaimanapun populasi burung maleo saat ini semakin sedikit di alam liar. Ini tak lain karena maraknya pembukaan lahan di habitatnya berupa kawasan pantai berpasir panas atau pegunungan dengan sumber air panas atau kondisi geotermal tertentu.
Pencurian telur maleo juga mengancam kelestarian burung itu. Seekor maleo memang hanya bertelur sebutir dalam satu musim. Belum lagi predator alami seperti babi hutan dan biawak yang kerap memangsa telur maleo.
Karena populasinya semakin menurun, burung ini masuk dalam kategori hewan dilindungi melalui PP No.7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, dan masuk daftar burung dengan kategori endangered oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan daftar Appendix 1 dari Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
ADVERTISEMENT
***
kumparan bagi-bagi starter pack kuliah senilai total Rp 30 juta untuk peserta SNMPTN 2022. Lolos atau nggak, kamu bisa tetap ikutan, lho! Intip mekanismenya di LINK ini.