Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Saat ini India tengah dihantam gelombang kedua virus corona yang menyebabkan runtuhnya layanan kesehatan. Kasus COVID-19 per hari mengalami peningkatan pesat yang sebelumnya sempat mengalami penurunan pada Januari hingga Februari 2021.
ADVERTISEMENT
Kasus corona bahkan melesat tajam pada April hingga memecahkan rekor dunia di mana tambahan kasus per hari mencapai lebih dari 315 ribu orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Bertambahnya kasus corona diiringi orang jumlah kematian yang terus melonjak, kremasi massal jenazah pun mulai dilakukan.
Ada sejumlah faktor mengapa hal ini bisa terjadi. Utamanya soal masyarakat yang mulai abai protokol kesehatan, tak pakai masker, dan tak jaga jarak saat festival keagamaan di Sungai Gangga, salah satu peristiwa penyebab lonjakan angka penularan. Selain itu, mutasi varian ganda yang terjadi di India juga disebut lebih cepat menular sehingga memicu terjadinya ledakan kasus COVID-19 di sana.
Varian "Mutasi Ganda" India memiliki nama resmi B.1.617. Ia membawa dua mutasi L452R dan E484Q yang sebelumnya terpisah. Namun, kini keduanya ada dalam satu varian mutasi ganda B.1.617.
Mutasi L425R menyebar di California, AS, dan dilaporkan dapat meningkatkan daya ikat protein lonjakan virus pada sel manusia, membuatnya lebih menular dan juga berpotensi punya kemampuan replikasi lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Sementara mutasi E484Q dilaporkan mirip dengan mutasi E484K yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan. Varian virus corona ini terbukti menurunkan efektivitas vaksin. Para ahli India mengatakan bahwa hampir 60 persen dari semua kasus positif COVID-19 di Maharashtra, India, disebabkan oleh varian B.1.617, dan ini menambah kekhawatiran mereka.
Varian B.1.617 juga telah terdeteksi di beberapa negara lain, termasuk Inggris, AS, Israel, Australia, Selandia Baru, dan Jerman. Pada Selasa (20/4), Israel mencatat delapan kasus mutasi ganda dari India, kebanyakan dibawa oleh orang yang sudah melakukan perjalanan dari luar negeri. Berita baiknya, Israel menyebut bahwa vaksin Pfizer-BioNTech efektif mencegah penularan B.1.617 di antara masyarakat.
Pertanyaannya, apakah B.1.617 lebih menular ketimbang varian corona lainnya?
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Bloomberg, mutasi L452R telah dipelajari di AS dan terbukti 20 persen punya tingkat penularan lebih tinggi ketimbang varian corona lain, serta mengurangi kemanjuran antibodi lebih dari 50 persen. Artinya, vaksin corona yang kini sedang dipakai tak akan efektif menangkal varian L452R.
Namun, laporan Israel mengatakan bahwa satu dari sekian banyak vaksin yang kini digunakan masih menawarkan perlindungan terhadap varian corona ini. Faktanya, uji sampling dan sequencing genom yang dilakukan India kalah cepat dengan penularan SARS-CoV-2.
"Kita perlu melacak mutasi secara real-time. Saya khawatir tentang kualitas surveilans karena kami kewalahan dengan jumlah kasus. Data sequencing, klinis dan epidemiologi harus disatukan untuk memahami bagaimana mutasi akan mempengaruhi,” kata Prof Gagandeep Kang, ahli Mikrobiologi dari Christian Medical College di Vellore, India.
ADVERTISEMENT
India baru melaporkan sekuens genom SARS-CoV-2 sebanyak 0,06 persen dalam basis data GISAID dari total kasus COVID-19, yang 61 persennya adalah varian B.1.617. Ini menunjukkan bahwa jumlah sekuens masih kalah jauh dibandingkan dengan jumlah penularan di lapangan.
Artinya gambaran varian B.1.617 dalam dugaan berperan meningkatkan infeksi COVID-19 pada gelombang kedua masih perlu dianalisis lebih lanjut. Kendati demikian, jumlah populasi India yang mencapai 1,4 miliar orang dengan laporan kasus lebih dari 250.000 orang per hari dikhawatirkan dapat mengarah pada mutasi varian virus corona lain yang mungkin tidak terdeteksi hingga menyebar ke negara lain, kata peneliti.