Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Mengenal Neuropati dan Gejalanya yang Sering Diabaikan Orang
31 Juli 2018 17:24 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut penjelasan Manfaluthy Hakim, Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), neuropati biasanya menyerang sistem saraf tepi. Saraf tepi adalah sistem yang menghubungkan saraf pusat di otak dan tulang belakang ke seluruh bagian tubuh.
"Kerusakan pada bagian sistem saraf tepi bisa membuat bagian tubuh awalnya terasa kesemutan, kemudian kebas, dan jika tidak ditangani akan mengalami mati rasa total," ujar Manfaluthy dalam acara temu media bertajuk 'Kenali Gejala dan Dampak Fatal Neuropati ' di Jakarta, Selasa (31/7).
Ia memaparkan bahwa neuropati biasanya terjadi akibat pola hidup yang tidak sehat serta kurangnya asupan vitamin B1, B6, dan B12.
"Risiko neuropati bisa terjadi pada siapa saja. Apalagi gaya hidup zaman sekarang, yang menurut riset terbaru, sudah membuat satu dari empat orang berusia antara 26-30 merasakan gejala serangan neuropati," kata Manfaluthy.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup pemicu neuropati yang ia maksud adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan secara berulang, seperti naik mobil atau motor, menulis di ponsel, duduk dalam posisi waktu yang lama, dan menulis menggunakan komputer dalam waktu yang lama. Ia juga menyoroti rendahnya kesadaran konsumsi vitamin B, yang menurut riset terbaru hanya sekitar 30 persen tingkat konsumsinya di kalangan usia tersebut.
Gejala
Meski risiko neuropati bisa menyerang siapa saja, menurut Manfaluthy, gejala dari gangguan saraf ini justru sering diabaikan banyak orang. Gejala awal seperti kesemutan, kram, kebas, dan nyeri berulang sering kali tidak dianggap serius oleh sebagian besar orang. Padahal jika ditangani saat masih gejala awal, jumlah penderita neuropati bisa ditekan.
"Tapi kram atau kebas yang terjadi tidak melulu menjadi gejala neuropati. Jika kesemutan terjadi karena Anda duduk terlalu lama dan tidak berulang, maka itu bukan gejala neuropati," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Pencegahan
Manfaluthy menyarankan untuk menjaga gaya hidup sehat dan menghindari terlalu lama duduk serta melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.
"Gerakan misalnya kayak naik motor, mengetik di komputer, atau bermain ponsel bisa berbahaya dan menyebabkan neuropati. Untuk mencegahnya coba lakukan gerakan senam untuk membantu bagian tubuh, seperti tangan atau kaki, tetap sehat," kata dia.
"Bisa juga dengan menambah konsumsi vitamin B yang banyak ditemukan dalam kacang-kacangan," imbuhnya.