Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Mengenal Penyakit Stroke yang Diderita Robby Tumewu
14 Januari 2019 14:30 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
ADVERTISEMENT
Pemain film serta sinetron ternama era tahun 90-an, Robby Tumewu, meninggal dunia. Ia meninggal pada Senin (14/1) pukul 00.15 WIB. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh rekan Robby, Becky Tumewu.
ADVERTISEMENT
"Aku dapet berita duka via whatsapp, kemudian karena udah beberapa yang masuk dan saya lihat beberapa teman dekat udah posting, berarti (kabar) ini enggak hoaks," ujar Becky Tumewu kepada kumparan lewat sambungan telepon, Senin (14/1).
Meski belum diketahui penyebab pasti kematian Robby, Becky menjelaskan bahwa Robby telah menderita penyakit stroke sejak beberapa tahun lalu.
"Robby itu pernah kena stroke, tapi sudah lama sekali. Tahun 2013 waktu saya ketemu, beliau masih segar. Setelah 2013, saya ada beberapa kali jenguk beliau tapi saya enggak foto atau apa karena kondisinya tidak menyenangkan buat saya. Masa, foto-foto," tutur Becky.
Mengenal penyakit stroke
Penyakit stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah menuju otak terganggu atau berkurang sehingga membuat ada jaringan otak yang kekurangan oksigen dan nutrisi. Akibatnya, jaringan otak bisa mati dan kehilangan fungsinya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa jenis stroke yang berbeda. Yang pertama adalah stroke akibat penyumbatan pembuluh darah oleh gumpalan darah atau stroke iskemik. Sekitar 80 persen dari kasus stroke adalah stroke iskemik. Mayo Clinic melaporkan bahwa gumpalan darah bisa berasal dari penumpukan timbunan lemak di pembuluh darah.
Gumpalan darah juga bisa berasal dari bagian tubuh lainnya yang berpindah ke otak. Misalnya, muncul gumpalan di jantung dan melalui aliran darah berpindah dan menyumbat arteri di otak.
Lalu ada stroke hemoragik atau stroke akibat pecah atau bocornya pembuluh darah. Kondisi ini dimulai dengan pembuluh darah yang melemah, pecah, dan menumpahkan darah ke sekitarnya. Darah itu menumpuk kemudian menghambat jaringan otak di sekitarnya. Kondisi stroke hemoragik bisa disebabkan oleh hipertensi, darah encer, dan aneurisma.
ADVERTISEMENT
Selain itu ada stroke ringan atau Transient ischemic attack (TIA). Kondisi ini disebabkan oleh berkurangnya suplai darah ke beberapa bagian otak dan biasanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek.
Mirip stroke iskemik, TIA terjadi ketika sebuah gumpalan darah menutup aliran darah ke sistem saraf. Bedanya TIA tidak menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen.
TIA juga merupakan penanda bagi penderitanya bahwa mereka lebih rentan mengalami serangan stroke.
Gejala stroke
Sahat Aritonang, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro Jaya, mengatakan bahwa kunci dari serangan stroke adalah "mendadak".
Apabila terjadi sesuatu yang tidak beres secara tiba-tiba alias mendadak, maka hal tersebut dapat menunjukkan gejala stroke.
"Tiba-tiba lemah, tiba-tiba kesemutan, tiba-tiba tidak bisa melihat, itu sudah kita kategorikan stroke," papar Sahat beberapa waktu lalu di acara peringatan World Stroke Day 2018.
ADVERTISEMENT
Kita bisa mengetahui apakah kita atau orang di sekitar kita mungkin terkena stroke dengan menggunakan acuan SeGeRa Ke RS.
Se = Senyum. Perhatikan, apakah ada yang berbeda dengan senyumanmu atau orang terdekatmu. Apakah tiba-tiba senyumannya tidak seimbang?
Ge= Gerakan. Bila tiba-tiba terjadi perubahan dalam pergerakan tangan atau kaki, maka hal tersebut juga harus diwaspadai sebagai tanda stroke.
Ra= Bicara pelo. Masalah pada saat berbicara, bisa tiba-tiba cadel, kesulitan berbicara, bicara tidak jelas, atau hanya bisa mengulang-ulang apa yang ia dengar juga bisa menjadi salah satu gejala stroke.
Ke= Kebas. Kebas yang tiba-tiba terjadi di wajah, separuh badan, ataupun hanya di tangan juga harus diwaspadai.
R= Rabun. Kerabunan yang terjadi secara tiba-tiba, baik di salah satu atau kedua belah mata merupakan gejala stroke yang paling sering muncul.
ADVERTISEMENT
S= Sakit kepala. Sakit kepala yang datang tiba-tiba juga harus diwaspadai sebagai gejala stroke.
Penyebab stroke
Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena stroke. Ada faktor gaya hidup, seperti kelebihan berat badan, obesitas, merokok, tidak aktif secara fisik, banyak minum alkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang.
Lalu ada faktor lainnya, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, penyakit kardiovaskular, usia di atas 55 tahun, ras, seks, hormon, dan bawaan atau genetik keluarga yang juga turut mempengaruhi risiko seseorang terkena stroke.
Pencegahan dan pengobatan stroke
Kita bisa mencegah mengalami serangan stroke dengan memulai gaya hidup sehat. Misalnya, dengan mulai menjaga gaya makanan, berhenti merokok, mengatasi diabetes, berolahraga, dan menghindari narkoba.
ADVERTISEMENT
Adapun untuk pengobatan stroke, Sahat mengatakan bahwa yang perlu dilakukan adalah tergantung pada faktor risikonya.
“Kalau misalnya dia stroke karena penyumbatan (pembuluh darah), maka dia (perlu) membuka penyumbatan itu. Tapi khusus pasien (stroke) dengan DM (diabetes melitus), berarti gulanya harus diturunkan normal,” ujar Sahat.
Sementara ketika terjadi stroke hemoragik, maka operasi otak perlu dilakukan. Tapi keputusan pelaksanaan operasi tergantung dari volume pendarahan yang terjadi.
“Pada pendarahan, kita lihat dari volumenya. Kalau misalnya volumenya kecil, kita tidak akan melakukan operasi kalau tingkat kesadarannya masih bagus. Kalau operasi kan dibuka, disedot, jangan sampai operasi yang kita lakukan makin mencederai pasiennya. Kalau kondisi umumnya bagus, tekanan darahnya terjamin, tidak perlu operasi,” kata Sahat.
ADVERTISEMENT
Sahat menambahkan jika seseorang baru terserang stroke dan jenisnya stroke iskemik, maka penanganannya cukup dengan obat saja.
“Bila (stroke baru terjadi) kurang dari 4,5 jam, masih bisa diberikan obat IV thrombolysis. Kalau terjadi penyumbatan, dimasukkan obatnya, harapannya penyumbatannya terbuka, sehingga aliran darah lancar," papar Sahat.