Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Film 'Joker' (2019) garapan sutradara Todd Phillips begitu membekas di hati para penontonnya. Film ini dibintangi Joaquin Phoenix sebagai Arthur Fleck alias Joker, yang mengisahkan sosok Arthur yang berprofesi sebagai seorang komedian yang kerap mendapat perlakuan buruk dari orang-orang di sekitarnya, seperti diintimidasi dan diasingkan.
ADVERTISEMENT
Arthur yang malang perlahan berubah menjadi sosok Joker yang kejam. Ia memperoleh kebahagiaan setelah membunuh orang lain dengan cara yang sadis.
Dalam film berdurasi 122 menit ini, Arthur juga diceritakan mengalami sebuah kondisi yang disebut pseudobulbar affect (PBA). Kondisi ini sering membuatnya tertawa terbahak-bahak meski dalam suasana hati yang buruk. Kelainan yang diderita Arthur di satu sisi mendukung profesi sehari-harinya sebagai badut.
Banyak anggapan yang menyebut bahwa PBA dialami oleh karakter fiksi yang hanya ada dalam film-film. Namun faktanya, PBA juga diderita oleh orang-orang di kehidupan nyata.
Apa itu PBA?
Dilansir Mothership.org, Mayo Clinic menjelaskan bahwa PBA biasanya akan mudah dialami oleh orang-orang dengan cedera neurologis tertentu. Misalnya, mereka yang awalnya sudah mengidap stroke, alzheimer, parkinson atau cedera otak akibat trauma. Demi mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan penyakit ini, penderitanya diwajibkan mengonsumsi obat yang disarankan dokter.
Saat didapuk memerankan tokoh ikonik Joker, Phoenix pun telah melakukan beberapa riset untuk menjiwai karakter serta melatih kemampuan aktingnya, terutama saat tertawa sebagai orang yang mengidap PBA. Dalam mempersiapkan film produksi Warner Bros. tersebut, Phoenix banyak menyaksikan video orang-orang yang terkena tawa patologis.
ADVERTISEMENT
Ketika menggambarkan sosok Arthur Fleck yang mengalami kondisi PBA, sutradara lebih banyak menampilkan Arthur yang gemar tertawa. Padahal, penderita PBA pada kenyataannya lebih sering menangis dibandingkan tertawa.
Setelah menonton film 'Joker', banyak penonton yang kemudian sepakat bahwa perilaku keji Joker didorong oleh trauma psikologis dan kondisi mentalnya yang bermasalah. Tak dapat dipungkiri, tokoh Joker ini akhirnya banyak mengundang simpati publik.