Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara supaya orang bisa jadi viral di internet, mulai dari mencari sensasi hingga unggah video absurd diam selama 2 jam di YouTube. Beberapa orang lain viral karena keahlian bahasa mereka seperti Thuch Salik, bocah asal Kamboja yang sukses mencuri perhatian dunia karena bisa ngomong dalam 16 bahasa berbeda.
ADVERTISEMENT
Popularitas Salik sebenarnya dimulai pada November 2018. Saat itu, seorang turis asal Malaysia berhasil mengabadikan video Salik berbicara dengan berbagai bahasa dan mengunggahnya di internet. Berkat video tersebut, Salik jadi viral .
Salik datang dari keluarga menengah ke bawah dari kota Siem Reap, Kamboja. Sejak umur 11 tahun, ia rutin membantu ibunya menjadi pedagang asongan di candi Angkor Wat dan Ta Phrom. Karena pekerjaannya itu, Salik tak punya cukup banyak waktu untuk pendidikan. Ia hanya sekolah setengah hari saja.
Nasibnya berubah 180 derajat setelah bertemu seorang turis Malaysia pada 2018, saat Salik berusia 14 tahun.
Kala itu, Salik hendak menjual suvenir dagangannya. Sang wisatawan, yang sebenarnya enggan membeli dagangan Salik, mencoba menolak dengan berbagai macam bahasa. Secara mengejutkan, Salik ternyata bisa menanggapi setiap ucapan sang wisatawan.
ADVERTISEMENT
“Saya melihatnya (wisatawan) berjalan ke kuil Ta Prohm,” kata Salik, kepada South China Morning Post pada 2018 lalu.
“Saya memutuskan untuk mengikutinya. Pertama dia berbicara kepada saya dalam bahasa Thailand dan mengatakan kepada saya bahwa dia tidak ingin membeli barang dari anak-anak. Saya menjawab dalam bahasa Thai, tapi kemudian dia melanjutkan dalam bahasa China. Dia kemudian berbicara dalam tiga dialek Cina yang berbeda, dalam bahasa Spanyol, Jerman dan Inggris. Saya terus mengikutinya dan bercakap-cakap dengannya dalam semua bahasa yang berbeda ini,” katanya dalam bahasa asli Khmer.
Dalam percakapan itu, Salik tidak menyadari kalau dirinya sedang direkam. Ia baru sadar kalau dirinya telah viral di Facebook setelah diberi tahu sopir tuk-tuk beberapa hari setelahnya.
Belajar bahasa secara otodidak
Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Channel News Asia pada 2018 lalu, Salik mengatakan bahwa bahasa yang dia kuasai dipelajari secara otodidak untuk menjual suvenir ke wisatawan.
ADVERTISEMENT
Selain bahasa Inggris, Jepang, Tagalog, dan Vietnam, sejumlah bahasa yang relatif sulit dipelajari seperti Rusia dan Jerman telah dikuasai oleh Salik. Ia bahkan bisa berbicara bahasa China dengan tiga aksen berbeda.
"Saya belajar sedikit bahasa Inggris, tapi kemudian ibu saya mengirim saya untuk berjualan di gunung Bak Kheng. Ada lebih banyak tamu China daripada yang lain di sana dan saya belajar berbicara dengan mereka untuk urusan kecil saya. Jika saya melihat mereka sekarang, saya akan mulai bernyanyi," katanya.
“Turis China akan berkata, 'Wah, kamu bisa berbicara bahasa saya juga. Kamu akan menjadi superstar di negara saya'," sambungnya.
Menariknya, bakat poliglot Salik ternyata tidak diketahui oleh Mann Vanna, ibunya.
"Meskipun saya adalah ibunya, saya tidak menyadari betapa pintarnya putra saya dan bahwa dia tahu lebih dari 10 bahasa," kata Vanna kepada Channel News Asia pada 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak berpikir bahwa anak saya dapat menyerap semua pengetahuan ini, otaknya dapat mengingat begitu banyak dan dia dapat menggunakan bahasa-bahasa ini untuk menjual barang-barang guna menghidupi keluarga. Saya hampir tidak percaya itu dan saya merasa terkejut."
Viral yang mengubah kehidupan
Berkat kemampuan bahasanya tersebut, Salik, yang saat ini berusia 16 tahun, berhasil mengubah nasib dirinya dan keluarga. Seorang pebisnis Kamboja tanpa nama tertarik untuk membiayai pendidikan Salik serta melunasi utang keluarganya yang saat itu mencapai 60 ribu dolar AS (Rp 839 juta).
Sejak 2019, Salik pun melanjutkan pendidikan di Hailiang Foreign Language School, sebuah boarding school privat di kota Zhuji, provinsi Zhejiang, bagian China timur. Sekolah tersebut didirikan oleh Hailiang Education Group, salah satu pemain terbesar di sektor sekolah swasta China dengan lebih dari 60.000 siswa dan guru dari 23 negara.
ADVERTISEMENT
“Dalam video (lain), Salik mengatakan bahwa dia ingin datang ke China, untuk (belajar) di Beijing - dia suka bahasa Mandarin. Jadi beberapa kata ini menyentuh hati pendiri saya," kata Chen Junwei, ketua dan kepala eksekutif Hailiang Education Group kepada Channel News Asia pada 2020 lalu.
"Dia ingin membantu Salik mewujudkan mimpinya."
Meski Salik lebih kecil dari teman sekelasnya, ia giat dalam hal belajar. Menurut laporan Bangkok Post, Salik mesti belajar 10 hari beruntun per dua minggu, dengan waktu libur 4 hari setelahnya.
Salik mengatakan, ia ingin kuliah di sebuah universitas di Beijing. Cita-citanya hendak menjadi pebisnis. Kata dia, lebih melelahkan menjadi pedagang asongan ketimbang belajar.
“Saya sangat suka di sini, karena sangat indah,” katanya kepada Bangkok Post pada 2019 lalu. “Saya suka belajar bahasa Inggris dan Mandarin. Saya suka ruang kelas, saya suka makan nasi, dan saya suka kamar saya."
ADVERTISEMENT
"Tidak melelahkan (untuk belajar). Saya suka itu. (Dulu), saya (harus) menjual barang saat saya tidak sekolah. Itu sangat melelahkan.”