Mengenal Tikus Endemik Pulau Gag Raja Ampat yang Terancam Akibat Tambang Nikel

11 Juni 2025 12:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Tikus niken endemik Pulau Gag Raja Ampat Foto: Dok. ResearchGate
zoom-in-whitePerbesar
Tikus niken endemik Pulau Gag Raja Ampat Foto: Dok. ResearchGate
ADVERTISEMENT
Di balik rimbunnya hutan di Pulau Gag, Raja Ampat, tersembunyi seekor makhluk mungil bernama tikus niken atau tikus Pulau Gag. Ia bukan sekadar tikus biasa, melainkan spesies endemik super langka yang hanya dapat ditemukan di pulau kecil ini.
ADVERTISEMENT
Kini, kehidupan si binatang pengerat berada di ujung tanduk akibat pertambangan nikel yang ramai terjadi di Pulau Gag, mengancam habibatnya.
Hewan bernama latin Rattus nikenii itu pertama kali ditemukan oleh peneliti dari LIPI (kini BRIN), Ibnu Maryanto, bersama ilmuwan dari Museum Zoologi Bogor pada 2010 lalu. Penelitiannya sudah terbit di situs ResearchGate.
Nama “nikenii” yang disematkan pada tikus merupakan persembahan Maryanto kepada istrinya yang bernama Niken Tunjung Murti Pratiwi, karena dianggap telah memberikan pengertian berarti selama dia melakukan ekspedisi di Papua.
Tikus niken memiliki ciri bulu berwarna putih di bagian dagu dengan bulu berwarna merah kecoklatan atau kekuningan di bagian tenggorokan. Dadanya berwarna coklat hingga coklat muda, perut berwarna krem, dan daerah skrotum berwarna coklat pucat bercampur krem. Warna ventral ini sangat kontras di sepanjang sisi tubuh dengan punggung berwarna coklat muda dan abu-abu pucat.
ADVERTISEMENT
Tikus niken jantan dewasa memiliki berat rata-rata 100 gram. Sementara betina dewasa jauh lebih ringan, sekitar 96 gram. Mereka hidup di hutan, biasanya bersembunyi di tanah dan aktif di malam hari.
Area tambang PT GAG Nikel di Pulau Gag, Raja Ampat. Foto: PT. GAG Nikel
Dalam studinya, Maryanto menyebut populasi tikus Pulau gag terancam akibat aktivitas tambang yang dilakukan manusia. Kini, kekhawatiran tersebut semakin nyata dengan keberadaan tambang nikel di Pulau Gag.
PT Gag Nikel diketahui menjadi salah satu perusahaan yang beroperasi di Pulau Gag. Tidak seperti perusahaan tambang lain di Raja Ampat, PT Gag Nikel menjadi satu-satunya perusahaan yang tidak dicabut izin operasinya oleh pemerintah.
PT Gag Nikel sendiri merupakan anak perusahaan PT Aneka Tambang (Antam), beroperasi di Pulau Gag dengan status Kontrak Karya (KK). Pemerintah menilai bahwa wilayah yang dijadikan tambang oleh perusahaan tersebut tidak masuk dalam kawasan geopark.
ADVERTISEMENT
IUCN sendiri menetapkan status spesies Rattus nikenii sebagai hewan Vulnerable alias rentan pada 2016, kemudian berubah menjadi Critically Endangered alias terancam punah pada 2024. Sanada dengan Maryanto, IUCN menyebut populasi tikus niken terus menurun akibat tambang nikel yang mencaplok sepertiga wilayah Pulau Gag.
“Oleh karena itu, aktivitas ini [tambang nikel] dapat mengurangi kualitas dan kuantitas habitat hutan yang tersedia bagi spesies ini,” papar IUCN.
Faktanya, Pulau Gag juga menjadi rumah atau lokasi singgah bagi 70 spesies burung. Salah satunya adalah Junai Mas (Nicobar pigeon) dan Gosong Kelam (Dusky megapode), keduanya dikenal sebagai spesialis pulau kecil.
Pulau Gag juga menjadi tempat singgah penting buat nuri kalung-ungu yang suka berpindah pindah dari pulau-pulau kecil di Raja Ampat untuk mencari makanan.
ADVERTISEMENT