Menjadi Kanibal, Cara Makhluk Kuno Bertahan Hidup di Dasar Laut Mati

4 April 2019 14:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Laut mati di Israel Foto: Pixabay/rdshanky
zoom-in-whitePerbesar
Laut mati di Israel Foto: Pixabay/rdshanky
ADVERTISEMENT
Laut Mati, yang berbatasan dengan Yordania, Israel, dan Tepi Barat, sebetulnya bukanlah lautan dalam kaidah nyata. Wilayah perairan ini ialah danau hipersalin (kondisi air dengan kadar garam di atas 35 gram per liter) yang terkurung oleh daratan.
ADVERTISEMENT
Garis pantainya juga merupakan daratan terendah di Bumi, bahkan diyakini sebagai cekungan air terdalam sedunia. Selain itu, perairannya hampir 10 kali lebih asin daripada air laut dengan salinitas (tingkat kandungan garam air) danau 34,2 persen. Hal itu membuat Laut Mati menjadi salah satu ekosistem paling "ekstrem" di planet ini.
Lantas, bagaimana bisa masih ada makhluk yang hidup di sana? Menurut studi terbaru dari para ilmuwan Swiss dan Prancis, dasar Laut Mati menampung makhluk-makhluk yang secara unik mampu beradaptasi untuk bertahan hidup dari situasi paling sulit.
Ilustrasi mikroba Foto: Pixabay/mmmccc
Kenyataannya, memang tidak mudah untuk makhluk apa pun hidup di lapisan biosfer yang dalam, mengingat kurangnya cahaya dan oksigen (hal-hal yang mudah didapatkan oleh sebagian besar makhluk di permukaan). Akan tetapi, di lapisan biosfer yang gelap itulah beberapa makhluk paling kuno berdiam diri.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penemuan Camille Thomas dan para peneliti dari University of Geneva, Swiss, makhluk yang hidup di Laut Mati dengan kedalaman 243 meter itu ialah jenis mikroba yang membutuhkan lebih sedikit energi guna bertahan hidup. Makhluk-makhluk ini telah berjuang keras dalam berevolusi sehingga mampu beradaptasi dengan tingkat stres yang tinggi, seperti di lingkungan hipersalin.
Selain itu, mikroba ini bertahan hidup dengan memanfaatkan lipid (zat lemak yang tidak larut dalam air) dari tubuh rekan-rekannya yang telah mati. Tak hanya menjadi kanibal dengan memakan jasad sesama spesiesnya, organisme ini juga kemungkinan besar memproduksi daur ulang lipid yang berasal dari bangkai beberapa jenis bakteri berbeda.
Senja Indah di Laut Mati, Yordania Foto: Shutter Stock
Dengan mengombinasikan sejumlah lipid inti terhidrolisis, populasi mikroba ini telah menciptakan molekul air (tawar) yang mudah diakses yang mendukung kelangsungan hidupnya.
ADVERTISEMENT
"Ketersediaan air (tawar) adalah masalah utama, tidak hanya di lingkungan yang kering, tetapi juga dalam kondisi hipersalin karena konsentrasi garam yang tinggi," tutur peneliti dari University of Geneva, seperti dilansir Science Alert.
Para ilmuwan tersebut mengatakan, hipotesis itu menjelaskan mekanisme bertahan hidup paling mungkin tentang bagaimana bisa terdapat makhluk hidup di dasar Laut Mati.