shutterstock_1351245920.jpg

Mereka yang Memanfaatkan Sampah Plastik untuk Kegiatan Ekonomi

8 Januari 2020 10:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Ilustrasi daur ulang. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi daur ulang. Foto: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang sampah plastik, yang terlintas di pikiran kebanyakan orang adalah lautan plastik botol yang melimpah di lautan, bekas kemasan yang berserakan di jalan, hingga tumpukan sampah yang menggunung di TPA seperti Bantar Gebang.
ADVERTISEMENT
Hal-hal tersebut tidaklah keliru; sampah plastik memang menimbulkan berbagai masalah karena sifatnya yang sulit didaur ulang. Namun siapa sangka, sampah plastik juga bisa memberikan manfaat. Salah satunya adalah untuk kegiatan ekonomi melalui daur ulang plastik.
Daur ulang memang salah satu solusi yang paling bijak saat ini untuk mengurangi jumlah sampah plastik. Pasalnya, sampah plastik tidak bisa dibakar begitu saja karena akan melepaskan zat yang berbahaya bagi alam dan kesehatan. Dengan daur ulang, sampah plastik — yang tadinya dianggap sudah mencapai tahap akhir siklusnya di pembuangan — dapat digunakan kembali sehingga tercapai keberlanjutan.
Tentu diperlukan tangan-tangan terampil dan niat mulia untuk melakukan daur ulang sampah plastik. Akan tetapi, bukan tetapi hal tersebut sulit untuk dilakukan. Siapa saja bisa mendaur ulang plastik.
ADVERTISEMENT
Wiwin (55) dan Nana Mulyana (42) adalah dua dari sekian orang yang berhasil memberikan bukti nyata. Tanpa mengikuti kursus atau pelatihan khusus, kedua sosok tersebut mampu berkarya dengan plastik bekas pakai, bahkan menjadikannya sumber penghasilan.
Wiwin merupakan warga Kampung Pojok, Desa Pagelaran, Pandeglang. Belajar secara otodidak, dia mulai merintis kegiatannya pada 2018. Beberapa produk daur ulang plastik yang dihasilkannya adalah tas dan tikar serta kerajinan lainnya.
Jenis plastik yang digunakan Wiwin biasanya adalah plastik bekas kopi. Jika bahannya memadai, Wiwin bisa menghasilkan satu hingga dua tikar atau tas daur ulang.
"Sehari bisa menghasilkan dua unit, tergantung ada bahannya," ujar Wiwin.
Keterampilan Wiwin perlahan mulai terkenal di masyarakat. Dia pun mendapatkan banyak pesanan. Wiwin pun mematok tarif 50‒100 ribu rupiah untuk setiap tas atau tikar, tergantung ukurannya.
com-Kerajinan dari daur ulang plastik. Foto: Shutterstock
Lain lagi dengan cerita Nana Mulyana. Guru mengaji dari Kampung Bojong Malati, Rancaekek, Bandung, tersebut berkreasi dengan plastik botol bekas pakai untuk membuat perahu.
ADVERTISEMENT
Untuk menyusun perahu, Nana mengikat botol-botol 350 milimeter untuk perahu berdimensi 2,7 x 1,6 meter, dengan durasi pengerjaan selama tiga minggu. Satu perahu bisa ditumpangi dua hingga empat orang.
Satu perahu dijual dengan harga 3 juta rupiah; harga yang cukup tinggi mengingat bahan yang digunakan adalah plastik bekas pakai. Perahu tersebut bisa digunakan sebagai sarana wisata di kolam renang, sungai dangkal, atau bendungan kecil.
"Kalau secara materi itu tidak ada apa-apanya karena tenaga dan waktunya juga cukup besar. Yang penting dari perahu ini adalah masyarakat mau secara kolektif mengumpulkan botol bekas dan membiasakan diri untuk tidak membuang sampah tapi memilah dan mengolahnya jadi bernilai. Ini yang disebut sampah jadi berkah," ujar Nana.
ADVERTISEMENT
Selain perahu, Nana juga memproduksi perabot seperti meja dan kursi dengan metode ecobrick. Metode tersebut menjadikan plastik botol yang berfungsi seolah batu bata jika disusun. Tentu botol-botol tersebut dipadatkan terlebih dahulu volumenya dengan sampah plastik seperti plastik kemasan.
Karena metode ecobrick tersebut, kursi dan meja yang diproduksi Nana menjadi kokoh. Nana bahkan sempat menjual beberapa unit ke puskesmas.
Ternyata, Nana telah mengelola bank sampah sejak empat tahun silam. Karena itulah dia bisa mendapatkan banyak plastik bekas hingga bisa membuat perahu. Nana juga dibantu oleh para santri yang dibinanya saat produksi.
Wiwin dan Nana merupakan inspirasi yang membuktikan bahwa siapa saja bisa memanfaatkan plastik bekas pakai yang bahkan bisa bernilai ekonomi. Jika daur ulang dilakukan oleh banyak orang di berbagai daerah Indonesia bahkan dunia, maka permasalahan sampah plastik pun bisa berkurang, sehingga kita bisa mewariskan bumi yang lebih baik untuk generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan Ades
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten