Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meteorit aneh itu ditemukan di Maghreb, Afrika Utara, dan dijual di Maroko pada 2018. Batu dijuluki Northwest Africa 13188 dengan berat 646 gram. Penemuannya diungkap dalam Konferensi Goldschmidt 2023 tentang geokimia.
Komposisi kimianya didominasi oleh dua mineral, plagioklas, dan piroksen yang membentuk sekitar tiga perempat meteorit. Selain itu, tim juga melihat komposisi isotop batuan, khususnya oksigen.
Sifat atau unsur kimia ditentukan oleh jumlah proton dalam nukleus dan jumlah elektron yang terkandung di nukleus. Namun, mereka bisa datang dalam varian yang lebih ringan atau berat, bergantung pada jumlah neutron di dalam nukleus.
Pun dengan oksigen. Oksigen terdiri dari dua isotop, yaitu O-15 dan O-16 (yang memiliki 8 proton dan 8 neutron), tapi ada persentase kecil O-17 dan O-18 di alam.
ADVERTISEMENT
Benda langit yang berbeda memiliki fraksi yang berbeda, sehingga para ilmuwan dapat menggunakan ini seperti sidik jari, untuk melacak dari mana objek berasal. Mineral dan komposisi isotop menunjukkan bahwa batuan ini sangat mirip dengan batuan Bumi .
Menurut ilmuwan, batuan aneh ini memiliki kerak fusi yang berkembang dengan baik. Ini adalah unsur yang sering ditemukan dari batuan meteorit sehingga kecil kemungkinan batu ini dimanipulasi alias palsu.
Hal lain yang bikin batu ini diyakini sebagai meteorit adalah, batuan memiliki konsentrasi isotop berilium, helium dan neon yang ditemukan pada batu yang terpapar sinar kosmik selama 10.000 tahun.
“Oleh karena itu, kami menganggap NWA 13188 sebagai meteorit, terlempar dari Bumi ke luar angkasa dan diakumulasi kembali ke permukaan,” tulis para peneliti dalam sebuah makalah, sebagaimana dikutip IFL Science.
ADVERTISEMENT
“Kesulitannya, tentu saja membuktikan bahwa ini telah terjadi, tetapi baut terestrial yang telah terpapar sinar kosmik dan memiliki kerak fusi yang berkembang dengan baik sudah semestinya dianggap sebagai meteorit terestrial.”
Sederhananya, ilmuwan menyebut batu ini terlempar dari Bumi, terbang melintas ruang angkasa selama mungkin ribuan tahun, lalu kembali ke Bumi. Saat ini mereka sedang melakukan analisis isotop lebih lanjut untuk memahami lebih dalam apa yang terjadi pada meteorit tersebut, dan bagaimana batu bisa terlempar dari Bumi ke luar angkasa.