Mikroplastik, Ancaman Tersembunyi bagi Tubuh dan Lingkungan

20 Februari 2018 16:45 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah plastik di perairan Indonesia (Foto: Dok. Orb Media)
zoom-in-whitePerbesar
Sampah plastik di perairan Indonesia (Foto: Dok. Orb Media)
ADVERTISEMENT
Mikroplastik, zat plastik berukuran sangat kecil, bahkan tak lebih dari beberapa mikron, mulai mengancam kesehatan lingkungan serta biota laut di perairan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mikroplastik sendiri berasal dari polimer beserta zat turunannya seperti polystyrene. Selain polimer, zat ini ternyata juga berasal dari kantong plastik yang biasa kita gunakan, yang secara perlahan-lahan hancur tapi tidak terurai.
Menurut M. Reza Cordova, peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, dari 76 juta plastik yang manusia gunakan, hanya dua persen yang didaur ulang. Sementara 32 persen sisanya masuk ke ekosistem.
Semua sampah plastik yang ada di ekosistem nantinya dapat dipastikan berakhir pada lautan dan mengancam biota yang ada. Bagi biota laut, sampah plastik dapat berakibat fatal.
Reza mencontohkan seekor penyu yang biasa memangsa ubur-ubur. Ketika berada di dalam air laut, plastik akan terlihat layaknya ubur-ubur dan membuat si penyu akan langsung memakannya.
ADVERTISEMENT
"Ketika dimakan biota, plastik akan merusak dan merobek bagian dalam saluran pencernaan (hewan)," ujar Reza saat ditemui kumparanSAINS di Kantor P2O LIPI di Ancol, Selasa (20/2).
Ia menambahkan bukan itu saja dampak buruk plastik. Ketika plastik berubah menjadi mikroplastik, biota laut seperti plankton dapat memakan zat tersebut.
Plankton yang kemudian dimakan oleh ikan dan ikan itu nantinya akan dimakan oleh manusia. Hal ini membuat mikroplastik yang awalnya berada di plankton bisa berpindah ke makhluk lain seperti ikan dan manusia.
Meski belum diketahui secara pasti dampaknya bagi manusia, riset yang dilakukan Reza menemukan sesuatu yang mengkhawatirkan.
Dalam riset tersebut ditemukan, hewan yang mengkonsumsi mikroplastik mengalami tumor pada bagian saluran pencernaan. Hal ini menjadi indikasi bahwa plastik berdampak buruk pada biota.
ADVERTISEMENT
Selain itu, imbuh Reza, mikroplastik juga dapat membawa zat polusi ke dalam tubuh.
"Mikroplastik atau plastik secara umum bisa menjadi tempat menempel bahan polusi lain. Akibatnya, bahan pencemar bisa masuk ke tubuh," jelasnya.
Sampah Plastik di Tepi Laut (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Sampah Plastik di Tepi Laut (Foto: Wikimedia Commons)
Mikroplastik di Indonesia Masih Sedikit, Tidak Berbahaya?
Meski Indonesia adalah salah satu negara penyumbang polusi plastik terbanyak di dunia, ternyata jumlah mikroplastik di Indonesia masih sedikit.
"Mikroplastik di Indonesia sebenarnya sedikit. Jika dibandingkan dengan China dan AS, kita masih lebih rendah," papar Reza.
Menurut hasil risetnya, kandungan mikroplastik di Indonesia masih kurang lebih sama dengan kandungan mikroplastik di Samudra Hindia.
Diperkirakan, ada sekitar 30 sampai 960 partikel mikroplastik per liter air. Sementara di China ditemukan ada sekitar 17 ribu partikel zat tersebut dalam tiap satu liter air.
Data mikroplastik di dunia. (Foto: LIPI)
zoom-in-whitePerbesar
Data mikroplastik di dunia. (Foto: LIPI)
Meski jumlah mikroplastik di Indonesia masih terhitung sedikit, apa yang ditemukan Reza dalam risetnya di atas menunjukkan bahwa mikroplastik bisa jadi membawa ancaman dan bahaya tersembunyi, setidaknya pada biota laut.
ADVERTISEMENT
"(Memang) mikroplastik dampaknya ke jangka pendek lebih rendah dan belum diketahui dampak jangka panjangnya (pada manusia). Tapi bukan berarti kita bisa mengabaikannya," ujarnya.
Reza mengatakan, dirinya akan melakukan riset jangka panjang terhadap mikroplastik untuk mendalami bahaya tersembunyi zat ini.