Misteri Bola Api Hijau yang Ciptakan Ledakan Sonik Awal Juli Akhirnya Terungkap

16 Juli 2020 19:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bola api diduga meteor yang melintas di langit Tokyo, Jepang. Foto: KAGAYASTUDIO/YouTube
zoom-in-whitePerbesar
Bola api diduga meteor yang melintas di langit Tokyo, Jepang. Foto: KAGAYASTUDIO/YouTube
ADVERTISEMENT
Pada awal Juli lalu, tepatnya Kamis (2/7) dini hari, sebuah bola api berwarna hijau melintas langit gelap kota Tokyo, Jepang. Menciptakan cahaya terang dan suara ledakan supersonik saat benda itu menabrak atmosfer Bumi.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini kemudian tertangkap kamera CCTV yang terpasang di salah satu rumah warga dan rekamannya menyebar di media sosial. Dalam rekaman tersebut tampak benda luar angkasa memancarkan cahaya hijau keunguan, menyembul di atas langit gelap sekitar pukul 02.30 waktu setempat. Ia juga mengeluarkan suara yang cukup keras dan terdengar oleh warga sekitar.
“Saya pikir seseorang yang tinggal di atas merobohkan rak,” ujar seorang warga setempat kepada Japan Times.
Sementara menurut International Meteor Organization (IMO), sebagian besar bola api terlihat di wilayah Kanto, Jepang. “Kami dapat menghitung sumber energi asteroid yang masuk sekitar 165 ton TNT,” papar IMO dalam sebuah pernyataan di blognya.
Potongan meteorit yang ditemukan kondominium di Narashino. Foto: National Museum of Nature and Science
Para peneliti menduga, benda luar angkasa di langit Tokyo merupakan meteor jatuh yang masuk ke atmosfer Bumi dan meledak sebelum berhasil menyentuh tanah. Dugaan itu ternyata benar, sebab serpihan fragmen meteor berhasil ditemukan.
ADVERTISEMENT
Meteorit diketahui mendarat di sebuah kondominium di Narashino, Prefektur Chiba. Ditemukan oleh seorang wanita yang tinggal di kondominium. Dia terbangun oleh suara keras pada 2 Juli pagi, dan menemukan serpihan fragmen meteorit di luar kamarnya.
Setelah mendengar kabar ihwal adanya bola api yang meledak di langit, wanita itu kemudian menyimpan fragmen batu dan berpikir bahwa apa yang ia temukan mungkin meteorit. Dua hari kemudian, ada tanda benturan yang mengarah ke penemuan fragmen batu kedua. Ketika ditemukan, batu kedua telah berkarat karena terkena hujan dan mengubah warna batu menjadi cokelat.
Meteorit diserahkan ke National Museum of Nature and Science dan mereka memastikan bahwa batu itu adalah meteorit, dengan kandungan isotop aluminium, natrium, dan mangan yang dihasilkan dari benturan sinar kosmik.
ADVERTISEMENT
Menurut National Museum of Nature and Science di Tokyo, pada awalnya batu memiliki diameter beberapa centimeter, namun pecah menjadi dua bagian. Berat masing-masing kedua batu adalah 63 gram dan 70 gram. Pihak museum berencana mendaftarkan meteorit yang diberi nama Narashino kepada Meteoritical Society. Jika diterima, Narashino bakal menjadi meteorit ke-53 yang didaftarkan dan berasal dari Jepang.
Meteor sendiri umumnya dikenal sebagai “bintang jatuh”. Sering terlihat di langit malam seperti garis-garis cahaya. Mereka berasal dari puing-puing asteroid atau komet yang masuk ke atmosfer Bumi dan terbakar pada kecepatan tinggi. Sebelum puing-puing ini masuk ke atmosfer, mereka dikenal sebagai meteoroid.
Sebagian besar meteor atau bola api terbakar sebelum jatuh ke tanah. Namun, jika sebuah meteor berhasil mencapai permukaan tanah, maka benda ini biasanya disebut sebagai meteorit. Ketika bola api meledak, mereka secara teknis disebut sebagai bolides.
ADVERTISEMENT
Setiap harinya, diperkirakan ada jutaan meteor yang memasuki atmosfer Bumi. Sebagian besar ukurannya sangat kecil, berukuran sekecil butiran pasir hingga sebesar kacang polong. Benda-benda itu terbakar sebelum benar-benar mencapai tanah.