Misteri Fosil Mirip Telur Berusia 132 Juta Tahun Akhirnya Terungkap, Apa Itu?

10 Desember 2023 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fosil Turtwig terbentuk dari bagian dalam cangkang bayi penyu.  Foto: Fabiany Herrera/Palma-Castro/Palaeontologia Electronica
zoom-in-whitePerbesar
Fosil Turtwig terbentuk dari bagian dalam cangkang bayi penyu. Foto: Fabiany Herrera/Palma-Castro/Palaeontologia Electronica
ADVERTISEMENT
Menganalisis fosil berusai ratusan juta tahun bukanlah perkara mudah. Terkadang, ilmuwan melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi benda-benda tersebut, dan justru diketahui kebenarannya puluhan tahun kemudian.
ADVERTISEMENT
Seperti dua fosil berbentuk telur berusia ratusan juta tahun ini. Dalam studi yang terbit di jurnal Palaeontologia Electronica peneliti berhasil mengungkap kasus kesalahan identitas terhadap fosil purba.
Fosil pertama kali ditemukan di Kolombia oleh seorang pendeta bernama Padre Gustavo Huertas antara tahun 1950 hingga 1970-an, tepatnya di wilayah dekat kota Villa de Levya. Fosil telur pertama diperkirakan berusia 132 jatun, dan kedua 113 juta tahun.
Awalnya fosil diklasifikasikan sebagai tumbuhan bernama Sphenophyllum colombianum. Identifikasi awal ini termuat dalam buku yang ditulis Huertas dan diterbitkan pada tahun 2003.
Fosil Turtwig terbentuk dari bagian dalam cangkang bayi penyu. Foto: Fabiany Herrera/ Palma-Castro/Palaeontologia Electronica
Klaim yang dikemukakan Huertas ini sempat menimbulkan keraguan di kalangan ilmuwan: ini karena Sphenophyllus diperkirakan telah punah lebih dari 100 juta tahun lalu, dan belum pernah terlihat di wilayah Villa de Levya.
ADVERTISEMENT
Perbedaan ini menarik perhatian ahli paleobotani. Hector Palma-Castro, dari National University of Colombia sehingga ia dan rekannya mulai menyelidiki fosil secara lebih rinci.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa spesimen tersebut lebih dekat ke tulang alih-alih daun. Tim lantas menghubungi ahli paleontologi Edwin-Alberto Cadena dari Del Rosario University, yang berpengalaman dalam mengidentifikasi penyu purba.
“Mereka mengirim saya foto, dan saya berkata, ‘Ini jelas terlihat seperti karapas’, yaitu cangkang penyu bagian atas yang bertulang,” kata Cadena sebagaimana dikutip Science Alert. “Saya berkata, ‘ini luar biasa, karena ini bukan hanya penyu, tapi juga spesimen tukik, ukurannya sangat kecil’.”
Fosil berusia lebih dari 130 juta tahun yang awalnya dikira sebagai tumbuhan padahal penyu. Foto: Fabiany Herrera/Palma-Castro/Palaeontologia Electronica
Benar saja, hasil analisis lebih lanjut menunjukkan fosil tersebut bukanlah tumbuhan melainkan cetakan bagian dalam cangkang penyu. Ilmuwan kini menjuluki fosil dengan sebutan ‘Turtwig’, diambil dari nama Pokemon yang memiliki tubuh setengah penyu, setengah tumbuhan.
ADVERTISEMENT
“Kami pergi ke koleksi fosil di Universidad Nacional de Colombia di Bogota dan mulai mengalami tumbuhan tersebut. Tak lama setelah kami memotretnya, kami pikir ini aneh,” kata Fabiany Herrera, ahli paleobotani dari Field Museum.
“Jika Anda melihatnya secara mendetail, garis-garis yang tampak pada fosil tersebut tidak terlihat seperti urat pada tumbuhan. Saya yakin kemungkinan besar itu adalah tulang.”
Menurut peneliti, fosil Turtwig kehilangan tanda khas yang sering dijumpai pada fosil bagian luar cangkang penyu. Hal ini yang menyebabkan salah identifikasi.
Sebaliknya, tanda pada fosil mewakili tulang belakang dan tulang rusuk penyu yang merupakan bagian dari cangkang. Tulang-tulang tersebut akan menyatu seiring pertumbuhan penyu, sehingga para peneliti dapat menentukan berapa umur penyu saat mati.
ADVERTISEMENT
Hasil analisis lebih lanjut, penyu itu kemungkinan sudah remaja, usianya sekitar kurang dari satu tahun. Mereka anggota kelompok penyu laut Panchelonioidea. Karena penyu remaja sangat rapuh, sangat jarang ditemukan sisa-sisanya.
Peneliti percaya, Turtwig kemungkinan berkerabat dengan penyu Kapur yang bisa tumbuh hingga panjang 4,5 meter. Turtwig telah mewakili siklus hidup misterius hewan purba.
Temuan ini menunjukkan pentingnya peninjauan ulang koleksi fosil yang disimpan di museum dan menerapkan pengetahuan baru pada tulang-tulang purba.