Mitos dan Fakta Seputar Virus Corona

12 Oktober 2020 16:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuci tangan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuci tangan. Foto: Shutterstock
Penyebaran COVID-19 (virus corona) yang sudah menjangkau nyaris seluruh penjuru dunia tentunya mengkhawatirkan. Pandemi ini bahkan sudah sedemikian kuat memengaruhi kehidupan nyaris seluruh kalangan masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia, sehingga membuat tidak sedikit orang merasa cemas dan resah.
Di tengah situasi yang tidak menentu ini, yang kita butuhkan adalah informasi kredibel seputar COVID-19. Informasi yang kredibel menjadi penting agar kita bisa melewati pandemi dengan mental sehat dan fisik kuat.
Sayangnya, di tengah masyarakat kini banyak beredar informasi yang kurang kredibel sehingga tidak jarang kita bertanya-tanya apakah informasi yang kita dapatkan adalah fakta akurat atau mitos yang menyesatkan.
Karenanya, berkolaborasi dengan kumparan, Sun Life menggelar Positive Talks berformat intimate class. Kelas pertama Positive Talks, yang digelar pada Rabu (22/04) menghadirkan dr. Haekal Anshari dan bertema Mitos atau Fakta. Berikut beberapa mitos dan fakta yang dibahas pada kesempatan tersebut:

Dapatkah virus corona bertahan hidup di permukaan benda mati?

Utamanya, virus corona menular saat kita bersin, batuk, atau berbicara. Karenanya kita disarankan mengenakan masker dan menjaga jarak.
Virus corona juga dapat bertahan lama di benda mati. Bukan tidak mungkin virus ini menempel di permukaan yang sering kita sentuh. Karena itulah kita juga dianjurkan rajin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama 20 detik.

Benarkah virus corona dapat menyebar melalui udara?

Virus corona pada droplet bisa berubah menjadi aerosol dan menyebar lewat udara. Di udara, COVID-19 bisa bertahan hingga tiga jam. Namun hal ini hanya terjadi di lingkungan rumah sakit, di mana kondisi memungkinkan perubahan itu terjadi.

Di manakah tempat penularan dengan risiko paling tinggi: indoor atau outdoor?

Karena belum ada penelitian yang benar-benar mantap, risiko penularan di dalam dan di luar ruangan masih dianggap sama besar. Cara penularan utamanya pun tetap melalui droplet atau sentuhan tangan yang terkontaminasi.
Ada anjuran ekstra untuk Anda yang masih memilih berolahraga di luar ruangan. Guna menghindari potensi tertular atau menularkan, disarankan berolahraga di kompleks rumah saja. Durasinya cukup 30-45 menit, satu kali per minggu.
Olahraga saat pandemi. Foto: Shutterstock

Apakah COVID-19 bisa menular lewat hewan?

Meski ada kasus penularan dari manusia kepada hewan peliharaan, belum ada bukti COVID-19 bisa menular dari hewan peliharaan kepada manusia.
WHO dan CDC menganjurkan untuk tidak mengonsumsi hewan liar atau daging mentah/kurang matang; tidak mengunjungi pasar hewan; menghindari jilatan hewan peliharaan.
WHO dan CDC juga menganjurkan untuk mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setelah menyentuh hewan peliharaan. ODP, PDP, atau pasien positif dianjurkan menjaga jarak dengan hewan peliharaan sebagaimana menjaga jarak dengan orang lain.
Banyak ditemukan pasien positif COVID-19 tanpa gejala, apakah benar itu terjadi karena COVID-19 bermutasi?
Mutasi adalah sifat alami virus dalam masa hidupnya. Mutasi virus ini bisa membuat orang tampil tanpa gejala atau menunjukkan gejala ringan saja.
Secara khusus, dr. Haekal Anshari menekankan OTG bukan alasan untuk beraktivitas seperti biasa dan mengabaikan penerapan upaya preventif. Semua orang berpotensi tertular virus corona — bahkan yang memiliki daya tahan tubuh kuat sekalipun.

Ada berapa varian mutasi virus dan apakah benar virus corona ditemukan di selokan?

Di Jerman dan China, mutasi virus corona sudah mencapai empat puluh varian; di Indonesia, tiga. Mutasi tidak serta merta membuat virus mudah mengalahkan pertahanan tubuh yang sudah terbangun.
Menyoal penemuan virus di selokan, hal ini benar terjadi di kota Massachusetts, Amerika Serikat. Di air selokan, virus bersifat tidak aktif atau dengan kata lain tidak bisa menular kepada manusia.

Apa ada risiko tinggi bagi orang-orang yang kembali terinfeksi?

Belum ada kesimpulan pasti mengenai kasus re-infeksi. Orang yang antibodinya sudah terbentuk baru bisa terinfeksi virus yang sama setelah bertahun-tahun.
Dugaan sementara, re-infeksi terjadi karena tiga kemungkinan: hasil negatif palsu pada pemeriksaan darah setelah gejala-gejala penyakit hilang; jumlah virus menurun hingga angka yang tidak terdeteksi, namun “hidup kembali” saat daya tahan tubuh menurun; serta virus telah bermutasi sehingga tidak menimbulkan gejala atau hanya menyebabkan timbulnya gejala ringan.

Bolehkah kita mendonorkan darah saat pandemi?

Donor darah tetap aman dilakukan karena tidak ada laporan kasus yang menunjukkan COVID-19 bisa menular lewat transfusi darah.
Walau demikian pendonor tetap harus melakukan langkah preventif untuk menekan penularan virus, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, serta mencuci tangan sebelum dan setelah mendonorkan darah.
Ilustrasi jaga jarak. Foto: Shutterstock

Apa benar jenazah pasien COVID-19 masih dapat menularkan virus?

Jenazah pasien COVID-19 tidak bisa menularkan virus. Seiring waktu, virus akan ikut mati karena sel inangnya mati. Jenazah pasien COVID-19 dikebumikan dengan lima lapis pelindung yang membuat virus tidak mungkin tembus keluar.
Semua lubang dalam tubuh jenazah disumbat, kemudian jenazah dibungkus lapisan plastik erat. Lapisan berikutnya adalah kain kafan, dan setelahnya ada satu lapisan plastik lagi. Setelahnya, jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dan dikebumikan di dalam peti yang sudah didekontaminasi.

Apa yang harus dilakukan saat menerima pesanan online?

Saat menerima paket pesanan online, dianjurkan untuk menggunakan masker dan tetap menjaga jarak dengan kurir. Untuk meminimalisir kontak, dianjurkan melakukan pembayaran secara cashless.
Jika yang diterima adalah paket makanan, segera pindahkan isinya ke dalam wadah yang dimiliki di rumah dan buang bungkusnya. Jika yang diterima adalah paket barang, bersihkan pembungkus paket dengan disinfektan sebelum membukanya.

Bagaimana efektivitas Avigan dan Klorokuin untuk membantu pasien COVID-19?

Klorokuin adalah obat malaria. Sampai sekarang belum ada bukti klinis klorokuin dapat mengobati COVID-19. Sebagai obat malaria sendiri klorokuin sudah mulai ditinggalkan karena menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Beberapa hasil penelitian awal menunjukkan Avigan dapat membantu mempersingkat waktu pemulihan pasien. Walau demikian, fungsinya hanya sebagai pengobatan suportif karena obat maupun vaksin COVID-19 hingga saat ini belum ditemukan.

Kapan waktu terbaik untuk berjemur matahari?

Waktu berjemur terbaik di wilayah Indonesia bagian barat adalah pukul 9-10. Hindari berjemur pada pukul 10-14; berjemur di waktu tersebut membuat kulit terbakar. Hindari menjemur wajah dan leher; cukup kedua lengan dan tungkai.
Tidak perlu berjemur setiap hari; cukup 2-3 kali sepekan. Jika tidak terbiasa berjemur, dianjurkan untuk berjemur selama 5 menit saja. Seiring waktu, durasinya boleh pelan-pelan ditingkatkan.

Seberapa efektif masker kain, sarung tangan, dan face shield?

Masker kain mampu menyaring hingga 70 persen droplet yang masuk. Tingkat kebocorannya saat bersin atau batuk mencapai 90 persen. Tidak dianjurkan mengenakan masker bedah dan N-95, karena jenis ini khusus untuk tenaga medis.
Masyarakat umum tidak dianjurkan menggunakan sarung tangan lateks. Penggunaan sarung tangan lateks oleh masyarakat umum hanya akan memberikan rasa aman yang semu.
Face shield hanya efektif bila dibarengi pula dengan penggunaan masker. Tanpa masker, face shield tidak memberikan cukup perlindungan karena tidak menutupi mulut, hidung, dan mata.
Ilustrasi ibu memakaikan anaknya masker. Foto: Shutterstock.
Apakah rempah-rempah bisa diandalkan untuk meningkatkan imun tubuh?
Kandungan antioksidan jahe merah, temulawak, biang kunyit, kayu manis, dan sereh membantu meningkatkan imunitas tubuh dan meredakan peradangan, namun belum ada penelitian yang menunjukkan rempah-rempah dapat mencegah infeksi virus corona.

Bagaimana prediksi akhir corona yang belakangan sering muncul di berita?

Belum ada prediksi pasti mengenai waktu berakhirnya pandemi. Semakin disiplin kita sebagai masyarakat, maka semakin efektif upaya pemutusan rantai penularan virus corona.
Dengan menerapkan physical distancing kita sangat bisa memutus rantai penularan, karena virus corona tidak bergerak; kita yang menggerakkannya.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Sun Life Indonesia