Momen Langka Laba-laba Janda Palsu Terekam Makan Tikus Tanah

30 September 2024 14:07 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi laba-laba janda palsu yang mulia. Foto: Andi111/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi laba-laba janda palsu yang mulia. Foto: Andi111/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Momen langka laba-laba janda palsu mulia (Steatoda nobilis) memakan mangsa berukuran lebih besar dari tubuhnya, yakni seekor tikus tanah. Tikus itu tampak sudah mati, menggantung di jaring laba-laba yang tipis tapi kuat.
ADVERTISEMENT
Diterbitkan di jurnal Ecosphere yang terbit 2023, para peneliti mengatakan bahwa laba-laba janda palsu yang mulia kemungkinan secara rutin memangsa vertebrata, termasuk kadal, kelelawar, dan tikus tanah.
Dalam peristiwa kali ini, laba-laba janda palsu berhasil menangkap tikus tanah kerdil (Sorex minutus) yang memiliki tubuh jauh lebih besar. Tikus tanah biasanya punya ukuran panjang sekitar 5 centimeter, ditambah ekor 4 centimeter. Ukuran tersebut tiga kali lipat lebih besar ketimbang laba-laba janda palsu yang memiliki panjang sekitar 1,4 centimeter. Bobot tikus diperkirakan 10 kali lebih berat ketimbang laba-laba.
Laba-laba janda palsu menangani mangsa yang lebih besar dengan kombinasi racun dan sutra yang kuat. Inilah yang terjadi di sebuah rumah di kota Chichester, Inggris selatan, tempat ahli zoologi di University of Galway, Dawn Sturgess, merekam video luar biasa seperti yang terlihat di bawah ini:
ADVERTISEMENT
Video berdurasi 40 detik itu memperlihatkan jaring laba-laba janda palsu yang menempel di luar jendela kamar tidur sebuah rumah di Chichester, dengan seekor mamalia kecil terjerat di dalamnya. Analisis menunjukkan bahwa hewan tersebut adalah tikus tanah kerdil. Saat terjerat jaring laba-laba, tikus tanah tampak masih hidup karena melakukan beberapa gerakan kecil. Pergerakan tikus yang semakin lemah kemungkinan disebabkan oleh racun neurotoksik laba-laba yang kuat, diketahui dapat menyebabkan kelumpuhan saraf otot secara cepat.
Di video, laba-laba janda palsu terlihat bergerak maju mundur di antara tikus tanah dan kasau di atas jendela, menggunakan sutranya untuk mengangkat tikus tanah ke atas sekitar 25 centimeter.
Setelah 20 menit, laba-laba mulai mengangkat mangsanya ke atas, membungkus tikus dengan sutra, memakannya selama tiga hari, lalu menjatuhkan sisanya dari jaring. Menurut peneliti, bagian tikus tanah yang tersisa hanyalah bulu, tulang, dan kulit. Tidak jelas bagaimana laba-laba janda pertama kali menangkap tikus tanah tersebut.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah laporan ketiga dalam lima tahun tentang janda palsu yang mulia menangkap vertebrata,” papar peneliti dalam studinya.
“Pengamatan ini semakin menunjukkan bahwa janda palsu yang mulai sangat coock untuk menerkam mangsa besar, dengan memadukan racun dan sutra yang kuat, dan perilaku berburu yang kompleks,” tambah Michael Dugon, penulis utama studi dan ahli zoologi di University of Galway.
Peneliti menduga, tikus tanah memanjat semak wisteria di dekat jendela kamar tidur, tempat laba-laba menjebaknya dengan sutra, melumpuhkannya dengan racun, dan kemudian mengangkatnya ke langit-langit. Ini adalah pertama kalinya anggota keluarga laba-laba Therididae tercatat memangsa tikus tanah di Irlandia atau Inggris. Ini juga jadi yang pertama spesies laba-laba janda palsu dilaporkan memangsa tikus tanah di Bumi.
ADVERTISEMENT
Laba-laba janda palsu yang mulia merupakan hewan asli Madeira dan Kepulauan Canary. Mereka telah menjadi spesies invasif di beberapa negara selama seabad terakhir, terutama Inggris. Meski laba-laba janda palsu mampu memberikan gigitan menyakitkan dan menyuntikkan bakteri patogen dengan bisa neurotoksik, racun itu tidak mematikan bagi manusia dan tidak menyebabkan risiko berbahaya bagi kesehatan.
Kendati tidak berbahaya, laba-laba janda palsu merupakan spesies invasif yang bisa menjadi masalah bagi manusia dan satwa liar.
“Janda palsu yang mulia adalah laba-laba yang sangat menarik, dan masih banyak yang harus kita pelajari tentangnya,” papar penulis senior, John Dunbar, ahli zoologi di University of Galway sebagaimana dikutip Science Alert.
“Kami sangat berterima kasih kepada masyarakat yang berbagi pengamatan mereka dengan kami. Hal ini memungkinkan kami untuk lebih memahami bagaimana spesies invasif dapat memengaruhi kita dan lingkungan.”
ADVERTISEMENT