Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Monas Sediakan Teleskop untuk Lihat Bulan Merah Darah
31 Januari 2018 18:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Monumen Nasional atau Monas adalah salah satu tempat yang bisa dikunjungi warga Jakarta untuk melihat gerhana Bulan total pada Senin malam ini (31/1). Di sini pengunjung bisa melihat Bulan merah darah atau blood moon dengan menggunakan teleskop.
ADVERTISEMENT
Teleskop ini dipinjam pengelola Monas dari Planetarium dan Observatorium Jakarta. Teleskop itu adalah Celestron AstroMaster 130 yang ditempatkan di bagian cawan Monas.
Kepala Seksi Pelayanan Monas, Endrati Fariani, teleskop ini sengaja dipinjam untuk memfasilitas para pengunjung yang hendak melihat gerhana Bulan total pada malam ini. Pengunjung yang ingin menjajalnya bisa langsung antre untuk memanfaatkannya.
"Tidak ada sistem pendaftaran untuk meneropong Bulan dengan teleskop ini. Langsung antre saja," kata Endrati saat ditemui kumparan (kumparan.com).
Sayang, pemantauan gerhana Bulan total dari Monas kali ini tidak ada pendampingan dari ahli astronomi.
Gerhana Bulan terjadi ketika Matahari-Bumi-Bulan secara berurutan berada pada satu garis lurus. Kondisi ini menyebabkan bulan akan nampak lebih gelap selama beberapa jam.
ADVERTISEMENT
Yang membuat gerhana Bulan total kali ini sangat unik, adalah karena ada tiga kejadian yang terjadi bersamaan pada malam ini.
Super Blue Blood Moon
Yang pertama tentu saja gerhana Bulan total atau yang kemudian disebut blood moon atau Bulan merah darah. Julukan tersebut mengacu pada warna bulan yang berubah menjadi merah darah disebabkan oleh pantulan sinar matahari saat gerhana berlangsung.
Peristiwa kedua adalah Blue moon. Ini adalah istilah yang diberikan kepada astronom jika terjadi dua kali bulan purnama dalam satu bulan. Di Januari 2018 ini, bulan purnama pertama terjadi pada 1 sampai 2 Januari, lalu bulan purnama kedua terjadi pada 31 Januari 2018.
Yang terakhir adalah super moon atau Bulan super. Di sini Bulan berada pada posisi terdekat dengan Bumi sehingga ukurannya terlihat lebih besar dari biasanya.
ADVERTISEMENT
Karena keistimewaan tiga kejadian secara bersamaan ini, maka fenomena kali ini disebut sebagai super blue blood moon atau bulan super darah biru.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa, Thomas Djamaluddin, mengatakan fenomena super blue blood moon ini unik dan langka, karena tiga kejadian secara bersamaan seperti ini tidaklah muncul setiap tahun. Hal ini terakhir kali terjadi 150 tahun lalu.
"Itu yang diperkirakan sekitar 150 tahun keberulangan seperti itu," ujar Thomas.
Jadi, pada 31 Januari ini, ada baiknya kamu berhenti sejenak dari aktivitas untuk menikmati pemandangan menakjubkan yang amat langka ini.