Mumi Austria yang Terawetkan Sangat Baik Dibalsem dengan Metode Aneh

9 Mei 2025 11:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakkan mumi pendeta yang ditemukan di Austria. Foto: Frontiers in Medicine
zoom-in-whitePerbesar
Penampakkan mumi pendeta yang ditemukan di Austria. Foto: Frontiers in Medicine
ADVERTISEMENT
Saat berbicara soal mumi, gambaran pertama yang ada di benakmu pasti adalah Mesir Kuno. Namun, tahukah kamu bahwa mumifikasi telah dipraktikkan oleh banyak budaya di seluruh dunia, dan setiap wilayah memiliki cara atau metode pembalseman berbeda.
ADVERTISEMENT
Contohnya adalah mumi tak dikenal yang ditemukan di ruang bawah tanah gereja St Thomas am Blasenstein, di sebuah desa kecil di Austria. Mumi ini terawetkan dengan sangat baik, namun tak ada satu pun orang yang tahu bagaimana bisa bertahan sangat lama.
“Mumi yang terawetkan baik di ruang bawah tanah gereja St Thomas am Blasentein adalah mayat seorang pendeta paroki setempat, Franz Xaver Sidler von Rosenegg, yang meninggal pada 1746,” papar Dr. Andreas Nerlich, seorang ahli patologi di Ludwig-Maximilians-Universität menjelaskan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip IFL Science.
Nerlich dan rekannya memeriksa tubuh mumi Sidler menggunakan berbagai metode, termasuk pemindaian CT, otopsi fokal, dan penanggalan radiokarbon. Mereka menemukan bahwa tubuh bagian atas mumi masih utuh, tapi bagian bawah dan kepalanya menunjukkan tingkat pembusuk pasca-mortem yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Menariknya, selama penyelidikan, peneliti menemukan berbagai bahan asing yang dimasukkan ke dalam rongga perut dan panggul. Ketika peneliti membedah mayat, mereka mengidentifikasi bahan-bahan tersebut sebagai serpihan kayu dari pohon cemara dan potongan ranting, serta kain seperti linen dan rami. Bahan-bahan ini mudah ditemukan oleh orang pada saat itu, dan tampaknya telah digunakan sebagai metode dasar untuk mengeringkan bagian tubuh yang basah setelah kematian.
“Jelas, serpihan kayu, ranting, dan kain kering menyerap banyak cairan di dalam rongga perut,” kata Nerlich.
Mumi pendeta yang terawetkan dengan sangat baik di Austria. Foto: Frontiers in Medicine
Metode pembalseman ini sangat berbeda dengan praktik lain di mana jenazah dibuka dan disiapkan. sebaliknya, orang yang membalsem pendeta ini melakukannya dengan memasukkan bahan-bahan ke dalam rektum jenazah, seperti kalkun yang disiapkan untuk perayaan Natal.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah kasus pertama di mana tubuh mumi diidentifikasi telah ‘dibalsem’ dengan memasukkan berbagai zat ke dalam rongga perut dan panggul melalui lubang anus,” tutur Nerlich.
“Pengisian ini dilakukan untuk menyerap cairan dari bagian dalam tubuh, dan ini menghasilkan pengawetan toraks dan abdomen yang sangat baik. Jika tubuh ini dikubur dalam tanah biasa, dinding abdomen dapat menghilang setelah beberapa waktu.”
Selama pemeriksaan, para peneliti juga menemukan bola kaca kecil, seperti manik-manik dengan lubang di kedua ujungnya. Benda ini kemungkinan merupakan bagian dari kain di dalam tubuh. Studi ini tidak hanya menjelaskan metode yang digunakan untuk mengawetkan jasad, tapi juga membantu mengidentifikasi mumi tersebut.
Analisis para peneliti mengungkapkan, Sidler meninggal di usia sekitar 35 hingga 45 tahun, dan kemungkinan besar hidup antara tahun 1734 hingga 1780. Hal ini sesuai dengan tanggal kehidupan sidler. Tim juga menemukan fakta bahwa Sidler memiliki gaya hidup berkualitas tinggi, dengan menu makan utama berupa biji-bijian Eropa Tengah, produk hewani, serta ikan. Peneliti juga menemukan bukti adanya tanda-tanda kebiasaan merokok dan tuberkulosis paru-paru menjelang ia meninggal.
ADVERTISEMENT
Menurut Nerlich, ada bukti mayat-mayat dipersiapkan untuk diangkut atau dibaringkan dalam waktu yang lama, tapi semua laporan ini semua laporan ini tidak punya bukti kuat. Dengan demikian, ada kemungkinan pendeta tersebut direncanakan untuk diangkut ke biasa asalnya, tapi kemudian tidak jadi dikirim karena beberapa alasan yang tak diketahui.