Mumi Badak Berbulu Purba Berusia 32.000 Tahun Ditemukan di Siberia

4 Oktober 2024 17:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mumi badak berbulu purba berusia 32.000 tahun.  Foto: Doklady Earth Science/Boeskorov
zoom-in-whitePerbesar
Mumi badak berbulu purba berusia 32.000 tahun. Foto: Doklady Earth Science/Boeskorov
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekelompok ilmuwan telah menemukan mumi badak berbulu purba yang terawetkan baik di bawa es di Siberia. Badak ini kemungkinan dimakan oleh predator puluhan ribu tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Peneliti menggali bangkai badak berbulu ini pada Agustus 2020 di tepian Sungai Tirekhtyakh di bawah es di Republik Sakha, Rusia timur laut. Mereka menjuluki hewan tersebut sebagai “badak Abyisky”, berdasarkan nama distrik tempat ditemukannya badak tersebut. Ilmuwan mengirim sisa-sisa mumi badak berbulu ke Academy of Science of the Republic of Sakha, tempat bangkai saat ini berada di dalam lemari es.
Periset mencairkan bangkai badak untuk mengambil sampel kulit, bulu, dan jaringan lunak. Sampel-sampel tersebut diambil untuk dianalisis, termasuk memeriksa gigi, mengukur panjang salah satu tanduknya, dan memperlihatkan ukuran punuk besar di punggungnya, yang tampak berisi lemak.
Hasil studi menunjukkan, cula badak memiliki panjang 24 centimeter, dengan tiga hingga empat bercak gelap yang biasanya menjadi acuan jumlah tahun yang dijalani seekor badak. Tinggi bahunya sekitar 130 cm. Secara keseluruhan, ini menunjukkan bahwa dia berusia 4 hingga 4,5 tahun saat mati, belum mencapai kematangan secara seksual.
ADVERTISEMENT
Bulunya lebih gelap daripada anak badak berbulu yang pernah ditemukan pada 2014 di distrik yang sama. Anak badak yang diberi nama “Sasha” telah membeku selama 10.000 tahun dan ditutupi bulu tipis pirang. Sebaliknya, badak berbulu dewasa memiliki bulu kasar berwarna cokelat tua.
Bangkai badak berbulu ditemukan di permafrost pada Agustus 2020 di tepi sungai Tirekhtyakh di wilayah Yakutia di timur Siberia, Rusia. Foto: Handout via Reuters
“Bulu badak Abyisky memiliki warna cokelat muda yang seragam karena kombinasi bulu putih, krem, dan cokelat,” tulis para peneliti sebagaimana dikutip Live Science. “Bulunya lebih gelap di telinga dan kaki, dan lebih terang di punggung, perut, dan kaki belakang.”
Hebatnya, badak Abyisky memiliki punuk setinggi 13 cm yang dipenuhi massa lemak di punggungnya. Hal ini belum pernah terlihat di bangkai badak berbulu mana pun. Menurut Love Dalen, profesor genomik evolusi di University of Stockholm di Swedia yang tidak terlibat dalam penelitian, punuk lemak relatif umum pada hewan yang hidup di Arktik. Mereka berevolusi untuk melawan dingin dan menyimpan energi saat dalam keadaan sulit.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hasil analisis juga menunjukkan sisi bagian kanan badak berbulu ada dalam keadaan baik dengan bercak kulit dan bulu yang tetap utuh selama ribuan tahun. Sedangkan sisi kiri tubuhnya hancur yang diduga disebabkan oleh predator beberapa jam sebelum atau sesudah dia mati.
“Dari bagian atas paha hingga tulang belikat, hancur parah,” tulis para peneliti dari Russian Academy of Science dan Academy of Science of the Republic of Sakha dalam studi yang diterbitkan di jurnal Doklady Earth Science pada 1 Juli 2024. “Rongga bagian dalam tubuh terekspos, dan sebagian besar ususnya hilang.”
Sisa-sisa krustasea kecil yang ditemukan di bulu juga menunjukkan badak berbulu (Coelodonta antiquitatis) mati di kolam air dangkal. Hasil penanggalan radiokarbon menyebut, hewan itu mati dan membeku lebih dari 32.000 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Badak berbulu menjelajah tundra Arktik antara 460.000 hingga 12.000 tahun lalu, selama Zaman Es Terakhir. Mereka adalah binatang dan herbivora terbesar kedua di ekosistem padang rumput setelah mammoth berbulu (Mammuthus primigenius). Sama seperti mammoth, badak berbulu beradaptasi baik dengan iklim dingin berkat bulu lebatnya. Namun, baru sedikit yang diketahui tentang seluk beluk hewan prasejarah ini.
Penemuan langka badak berbulu yang bangkainya nyaris utuh dapat membantu para peneliti dalam mengisi beberapa kekosongan informasi.